Home / Romansa / My Assistant, My Husband / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of My Assistant, My Husband: Chapter 61 - Chapter 70

108 Chapters

Perang

“Oh, kau bukan ibunya Damar?” tanya Felix pura-pura terkejut. “Maaf kalau begitu.” Fiana tidak membalas dan memilih untuk menatap putranya dengan tatapan antara kecewa dan bingung. Ini jelas bukan sesuatu yang ingin dia dengar dari mulut orang lain. “Madre ini ....” Damar ingin menjelaskan, tapi dia kehabisan kata-kata. Lebih tepatnya, tidak tahu apa yang harus dia katakan. Jangankan Damar, Audrey saja merasa kehilangan kata-kata. Yang tertinggal hanyalah segala macam umpatan dan keinginan untuk menendang Felix tepat di selangkangan. Membuat lelaki itu impoten kalau perlu. “Felix.” Tiba-tiba saja, seseorang memanggil. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Tere?” Jelas saja Felix bingung dengan kehadiran perempuan yang dia kenali sebagai sekretaris Audrey. “Ada apa denganmu?” “Itu harusnya jadi pertanyaanku?” tanya Tere yang matanya sudah terlihat merah. “Untuk apa kau berdiri di sebelah meja mantan pacarmu? Apa kau ingin cari gara-gara dengan menyebar gosip palsu lagi?” Keni
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Orang Baik

“Aku tidak mengerti, apa yang kau sukai dari dia,” hardik Fiana setelah dia sudah duduk di sofa ruang tamu, di rumah sang putra. “Banyak hal,” jawab Damar dengan refleks. “Rasanya aku sudah memberi tahu Madre tentang itu.” “Dia memang cantik, kaya dan mungkin berotak cerdas. Tapi sifatnya itu jelas sebuah masalah. Madre tidak suka!” Damar yang baru mendaratkan bolong, memiringkan kepalanya karena bingung. Dia tahu Audrey itu tegas, kuat dan sedikit pemarah. Tapi itu semua rasanya bukan sebuah keburukan. Bukankah itu masih bisa dibilang kelebihan? “Aku tidak mengerti kenapa Madre mengatakan hal seperti itu, tapi bagiku sifat Audrey bukan suatu masalah.” Damar mengedikkan bahu dengan santainya. “Astaga! Kau sudah terkena guna-guna.” Fiana hanya bisa menggeleng, kemudian segara beranjak pergi. *** “Pagi Mbak Tere.” Damar langsung menyapa sang sekretaris, ketika hari kerja sudah tiba. “Kok sepertinya lesu banget sih.” “Anu. Bu Audrey dan Pak Damar.” Perempuan yang dipanggil
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Pelaku yang Sebenarnya

“Apa maksudmu, Brengsek?” Audrey tidak segan untuk memaki, walau mereka sekarang berada di tempat umum. “Sabar, Audrey.” Felix yang sedang duduk, langsung berdiri. “Aku bisa menjelaskan semua ini dan aku harap kau mau mengerti.” “Duduk saja dulu, Rey.” Damar tiba-tiba mendorong pelan dan memanggil Audrey dengan cara berbeda. “Segala sesuatunya pasti bisa dijelaskan.” “Awas saja kalau penjelasanmu tidak masuk akal atau sama dengan yang dulu pernah kau katakan.” Audrey menyempatkan diri untuk menunjuki wajah Felix, sebelum menghempaskan diri di atas sofa. Jam makan siang, Felix mengajak Audrey keluar. Tentu saja ini bukan untuk kencan, tapi untuk membicarakan pekerjaan. Lebih tepatnya, membicarakan alasan Felix harus mundur dari pekerjaan yang sudah dipercayakan padanya. “Jadi ... aku merasa harus mundur, karena aku mengalami sesuatu yang disebut kehabisan ide,” gumam Felix terdengar sedikit ragu. “Aku sedang dalam fase yang tidak bisa melakukan sesuatu.” “Bukannya itu bers
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Penasaran

“Ini benar-benar membingungkan.” Audrey memijat pelipis, untuk mengurangi rasa sakit yang ada di kepala. “Maaf, tapi aku harus menanyakan ini. Apa kau punya musuh?” Damar bertanya dengan hati-hati, tidak ingin perempuan yang sudah sakit kepala itu mengamuk. “Banyak,” jawab Audrey tanpa ragu. “Rasanya aku sudah pernah mengatakan itu sebelumnya.” “Aku hanya ingin memastikan saja,” ringis Damar, merasa tidak enak sudah menanyakan hal tadi. “Padahal aku sudah hampir melupakan urusan ini, tapi sekarang harus mengingatnya lagi.” Audrey mengembuskan napas lelah. “Bagaimana perkembangan yang kemarin?” “Sulit.” Sayangnya, Damar menggeleng. “Ciri-cirinya terlalu umum dan tidak mungkin juga kita mencari foto pegawai saingan. Ada cukup banyak yang seperti itu dan yang namanya tampan, adalah hal relatif bukan?” “Apa aku harus mulai mencari dari orang dalam saja?” Tiba-tiba saja, Audrey memberi ide. “Maksudku, aku juga punya banyak musuh dari dalam perusahaan dan keluarga.” Kedua ali
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Calon Suami

“Itu ide yang sangat bagus.” Itulah kalimat yang keluar dari mulut Fiana, ketika Damar bertanya untuk menggunakan rumahnya sebagai tempat acara. Kalimat yang membuat Damar, menaikkan kedua alis dan membuka mulut dengan lebar. “Yakin?” tanya Damar sekali lagi. “Yakin.” Fiana mengangguk cepat. “Aku bahkan tidak keberatan membuatkan beberapa kudapan. Setidaknya, aku bisa melihat calon potensial lain untukmu. Tentu saja dia hanya cadangan, kalau kau benar-benar gagal dengan Mathilda.” Ekspresi Damar makin melongo. Sungguh, demi apa pun juga, Damar merasa tidak percaya dengan keputusan sang ibu. Padahal, biasanya Fiana kurang suka dengan acara semacam ini. Setidaknya, itulah yang sering terjadi di Italia. Tentu itulah yang Damar lihat, selama kunjungan singkatnya ke sana. Tapi coba lihat sekarang. Hanya karena tidak ingin menerima Audrey, Fiana bahkan rela bersusah payah untuk acara arisan yang tidak masuk akal. Lalu, di sinilah semua orang berada. “Maaf,” gumam Happy dengan p
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

Tantangan

Tatapan mata tajam dan rahang yang mengeras, membuat wajah Jennie jadi terlihat sedikit lebih seram. Dia benar-benar terlihat sangat geram, terutama ketika melihat Mathilda yang tampak begitu akrab dengan Fiana. “Gigimu bisa hancur, kalau kau seperti itu terus,” bisik Audrey yang duduk di sebelah Jennie, mencoba untuk sedikit mengejek. “Kenapa bisa perempuan sialan itu yang jadi calonnya Damar?” desis Jennie yang langsung menyambar gelas jus setelahnya. “Dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya berpakaian yang benar.” “Dia mungkin kalau ini adalah acara prom atau pesta kolam.” Audrey mengedikkan bahunya dengan santai, sembari menatap perempuan dengan gaun hijau yang berdiri agak jauh di depannya. Gaun yang dimaksud Audrey adalah sejenis gaun yang biasa dipakai orang-orang ke pesta kelulusan di luar negeri. Hanya ada masing-masing satu tali tipis di pundaknya, belahan dada rendah dan belahan paha yang tinggi. Benar-benar tidak sesuai tema arisan yang kasual. Yah, arisan ini j
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Kemarahan Mertua

“Ada masalah?” tanya Audrey, ketika dia sudah masuk kantor pada hari kerja berikutnya. “Tidak ada, Bu.” Karyawan yang terpergok berbisik sembari melirik Audrey, langsung menurunkan pandangannya. “Kalau begitu bekerjalah,” desis Audrey tampak kesal. Bukan hanya karyawan tadi yang meringis, tapi juga Damar yang mendampingi. Bisa dibilang, mood Audrey tiga hari belakangan anjlok. Lebih tepatnya, gara-gara tantangan yang diajukan Mathilda. Ya. Hari Sabtu lalu, Mathilda tidak segan menunjuk Audrey sebagai kandidat ketiga. Hal yang tentu saja membuat para karyawan lain, dan juga Damar syok berat. “Kenapa semuanya terlihat aneh?” tanya Mathilda kala itu. “Apa kalian tidak tahu hubungan Damar dan Audrey?” Tentu saja tidak ada yang menjawab pertanyaan itu, dan tidak ada juga yang mau mengoreksi. Alhasil, sisa hari dijalani dengan canggung dan mood Audrey yang sangat jelek. “Maaf,” gumam Damar dengan pelan, ketika dia sudah masuk ke dalam ruangan Audrey. “Kenapa minta maaf?” Au
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Siapa?

“Dasar kau bajingan.” Carl kembali ingin melayangkan pukulan, tapi segera di tahan oleh Happy. “EH, SEBENTAR,” teriak Happy refleks saja memegang tangan lelaki yang menjadi atasannya. “Tolong jangan asal pukul, Pak.” Tere ikut menenangkan Carl dan menolong Damar berdiri. “Kalian berani melawanku?” desis Carl berusaha meredam amarah, karena tidak ingin sampai melukai orang tidak bersalah dan perempuan. “Mereka mungkin tidak, tapi aku berani.” Audrey muncul di depan pintu ruangannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “Kau berani membela lelaki tidak tahu malu ini?” tanya Carl makin emosi saja, apalagi dua sekretaris sang putri sudah beranjak menjauh. “Kalau Daddy ingin bicara, masuklah ke ruangan. Tidak perlu membuat keributan seperti ini dan membuatku jadi bahan pembicaraan.” Carl sedikit tersentak mendengar kalimat sang putri. Dia melihat ke belakang dan menemukan ada beberapa karyawan berkumpul di sana. Memang tidak banyak, tapi gosip bisa menyebar dengan mudah.
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Berpisah

“Atau jangan-jangan, ada yang kalian sembunyikan?” Carl kembali bertanya, karena merasa curiga. “Kalian berbohong tentang sesuatu?” “Bukan seperti itu, Dad.” Audrey berusaha untuk menjelaskan, tapi dia pun sebenarnya tidak tahu harus mengatakan apa. “Audrey.” Damar memanjangkan tangan, untuk meraih tangan istrinya. Walau Audrey tampak cukup tenang, tapi entah kenapa Damar merasa perempuan itu tengah panik. Terbukti dengan telapak tangan Audrey yang terasa basah karena keringat. Begitu tangannya digenggam, Audrey menoleh. Dia bisa melihat Damar mengangguk, seolah mengatakan tidak apa-apa kalau rahasianya terbongkar. Lelaki itu tidak masalah, kalau dirinya yang kena marah. “Tidak ada yang mau berbicara?” tanya Carl mulai terlihat kesal lagi. “Saya akan bicara.” Damar mengajukan diri dengan senang hati. “Damar.” Audrey sempat menegur dengan nada pelan, tapi lelaki itu hanya tersenyum saja. Mengatakan dirinya tidak apa-apa. “Saya memang lahir sebagai yatim piatu.” Damar m
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Permohonan Cerai

“Apa yang harus kita lakukan?” Audrey menanyakan itu, seraya berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. “Mau tidak mau, kita harus jujur.” Damar pada akhirnya memberi solusi yang menurutnya paling masuk akal. “Kita tidak punya pilihan lain kan?” “Tapi memangnya ibumu mau langsung menerimaku begitu saja? Lalu bagaimana dengan kontraknya? Ayahku bisa kena serangan jantung kalau mendengar tentang kontrak itu,” hardik Audrey terlihat emosi. Damar mengembuskan napas pelan. Bukan hanya ayah Audrey saja yang akan kena serangan jantung kalau kontrak itu sampai tersebar. Ibunya juga akan bereaksi sama. Perempuan itu memang sudah lama tinggal di Italia, tapi pikirannya masih serupa orang Asia yang kuno. “Kita cukup katakan tentang pernikahan saja,” gumam Damar yang baru saja menyugar rambutnya dengan ekspresi frustrasi. “Tidak ada cara lain. Kita sudah berjanji.” “Atau kita langsung cerai saja?” “Kau lupa tujuanmu menikah? Perusahaan belum sepenuhnya di tanganmu, Re.” Audrey mengg
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status