Home / Romansa / My Assistant, My Husband / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of My Assistant, My Husband: Chapter 71 - Chapter 80

108 Chapters

Keadaan Damar

“Kenapa malah kau yang ada di sini?” tanya Damar, ketika melihat Mathilda sudah duduk cantik di meja yang sudah dia reservasi. “Tante Fiana yang menyuruhku datang,” jawab Mathilda dengan senyum lebar. “Katanya, kau mau mengajakku makan malam.” Malam ini, Damar sudah membuat janji dengan sang ibu. Dia memang tidak mengatakan akan mengajak Audrey, Fiana mau datang. Siapa yang sangka, kalau sang ibu justru menipu Damar. “Aku mengajak ibuku makan malam,” balas Damar setenang mungkin. “Bukan kau.” “Dari pada membahas itu, bagaimana kalau kau duduk dulu.” Mathilda menunjuk kursi kosong di depannya. “Kita bisa bicara sambil duduk dan makan malam.” “Menurutmu, kenapa aku memesan meja untuk empat orang?” tanya Damar, mengikuti permintaan Mathilda untuk duduk. Tapi, lelaki itu memilih duduk di arah berlawanan dari Mathilda. “Kau mungkin ingin memesan banyak makanan,” jawab Mathilda asal saja. “Kudengar selera makanmu cukup tinggi dan kuharap hormon seksualmu sama tingginya.” “Wah
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Terlalu Gaul

“Pokoknya kau harus cerai.” Fiana mengatakannya, sembari mengikuti langkah sang putra masuk ke dalam rumah. Setelah nyaris saja terjadi perang di restoran, mereka pada akhirnya memilih untuk pulang. Itu pun Audrey terpaksa harus pulang sendiri, karena Fiana tidak ingin anaknya mengantar. Mau tidak mau, Damar pada akhirnya yang menyerah. Tentu saja dengan syarat Mathilda harus pulang sendiri juga. Apalagi, karena Damar tadi datang dengan mobil Audrey dan akan pulang dengan taksi. “Tidak bisa,” sergah Damar benar-benar terlihat sangat lelah. “Apa pun yang terjadi, aku tidak mau cerai.” “Mumpung kalian belum punya anak, segera saja pisah.” Sayang sekali Fiana tidak mau mendengar. “Lagi pula, kenapa bisa kau menikah tanpa izin?” “Madre.” Damar menghentikan langkahnya, tepat sebelum menaiki tangga. Lelaki itu tampak begitu gusar. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak tahu bagaimana cara merangkai kata. Biar bagaimana, Fiana adalah orang yang sangat berjasa dalam membesarkan
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Rencana Mommy

“Kau yakin?” tanya Damar yang kini berjalan mondar-mandir, dengan ponsel menempel di telinga. “Aku yakin, Damar.” Suara Audrey bisa terdengar dari benda pipih yang dipegang oleh yang empunya nama. “Aku bisa ke kantor sendirian. Aku punya sopir. Selain itu, aku juga harus pergi menemani Mommy dulu.” “Oke.” Pada akhirnya, Damar mengangguk pelan. “Kalau kau bersama sopir dan Mommy, aku tidak masalah. Tapi tolong kabari aku kalau mereka berdua tiba-tiba berhalangan.” “Astaga! Kau pikir aku ini anak-anak? Aku bisa bawa mobil sendiri atau memesan taksi.” “Tapi itu berbahaya. Kau tidak boleh melakukan hal berbahaya,” sergah Damar dengan tidak sabaran. “Kau itu sebenarnya asistenku, suamiku atau ayahku sih?” tanya Audrey dengan nada gemas yang sangat jelas. “Rasanya kau lebih posesif dari Daddy padahal hubungan kita palsu.” Walau Audrey mengecilkan suaranya di beberapa kata terakhir, Damar tetap menoleh ke kiri dan kanan. Dia tidak ingin kalau ibunya tiba-tiba muncul dan mendengar
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Bukan Partner Kerja

“Aduh, ini mobil kenapa ya?” Fiana bisa mendengar hal itu, ketika dia membuka pintu pagar. Sebuah mobil mewah dan seorang perempuan paruh baya, adalah hal yang pertama dia lihat. “Kok mobilnya parkir di sini ya, Bu?” Fiana tentu saja akan bertanya. “Aduh maaf.” Seorang perempuan paruh baya yang ternyata adalah Vita, langsung mendekati yang empunya rumah. “Ini tiba-tiba saja mobil saya mogok, gak tahu juga kenapa.” “Oh, sudah telepon bengkelnya?” Fiana bertanya, sekedar untuk basa-basi saja. “Bengkelnya belum buka, dan suami saya gak mau di bengkel lain. Anak saya juga gak bisa dihubungi karena ponselnya ketinggalan di dalam mobil.” Fiana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sesungguhnya, dia merasa bingung harus melakukan apa. Ingin menolong juga, Fiana tidak tahu apa-apa. Lagi pula, dia juga tidak mengenali perempuan yang sepertinya lebih muda di depannya. “Apa di rumah, Mbak gak ada orang yang bisa bantu?” tanya Vita terlihat begitu nelangsa. “Mobil saya harus cepat di
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

Marah

“Isi sesuai dengan keinginanmu.” Damar mendongak, ketika mendengar suara itu dan melihat selembar kertas di lempar ke atas mejanya. Itu adalah sebuah cek kosong yang sudah ditanda tangani. Hal yang jelas membuat semua orang, termasuk Damar bingung. “Maaf, saya tidak mengerti.” Damar menatap perempuan di depannya dengan senyum sopan. “Astaga!” Patricia memutar bola matanya karena gemas. “Kau itu seorang asisten pribadi milik Audrey kan? Masa iya mengisi cek saja tidak tahu?” “Maksudnya, Bu Patricia mau dibantu untuk diisikan ceknya?” tanya Damar hanya untuk memastikan saja. “Isi dengan nominal yang kau inginkan,” balas Patricia dengan senyum sombongnya. “Aku bisa membayarmu jauh lebih besar, dari pada Audrey. Lalu jangan panggil aku dengan sebutan ibu.” Damar menaikkan kedua alisnya. Sungguh, dia tidak mengerti kenapa perempuan di depannya berpikir kalau dirinya bisa dibayar. Memang benar Damar menerima bayaran dari Audrey, tapi itu hanya sekedar gaji menjadi asisten saj
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

Marahnya Damar

“Ada apa lagi dengan kalian berdua?” Carl bertanya pada putri dan menantunya. “Bertengkar lagi? Gara-gara tidak ada solusi untuk pernikahan tidak masuk akal kalian.” “Pernikahan kami adalah hal yang paling masuk akal yang pernah kulakukan.” Damar menjawab mertua lelakinya dengan cepat dan tegas. “Aku yang sedang marah, belum tentu karena kami bertengkar. Tolong jangan mengambil keputusan seenaknya.” Carl melongo melihat tingkah menantunya, apalagi Damar langsung naik ke lantai dua tanpa pamit. Itu jelas sesuatu yang sangat aneh, karena tidak biasanya sang menantu seperti itu. “Ada apa dengan dia?” Vita yang baru bergabung dan sempat melihat kejadian itu, bertanya pada sang putri. “Ada yang berbuat onar di kantor,” jawab Audrey tanpa berpikir. “Walau pekerjaannya berakhir dengan sangat baik, tapi dia jadi sensiif.” “Siapa yang berani berbuat onar?” Tentu saja Carl akan bertanya. “Apa sepupumu lagi?” “Bersama dengan beberapa orang yang lain.” Walau Audrey tidak berniat menc
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more

Korban

“Sialan,” gumam Damar dengan sangat lirih. Lelaki yang baru saja mengumpat itu, kini menoleh ke sebelah. Di sana, dia bisa melihat Audrey yang tertidur pulas dalam keadaan telanjang dan hanya dibalut selimut. Jangan tanyakan apa yang terjadi, karena Damar saja bingung. Padahal, dia biasanya benar-benar akan mengurung diri jika sedang kalut. Tapi anehnya, hanya karena kecupan di kening dan pipi, dia malah jadi terbawa suasana. “Padahal dia melakukan itu untuk membuatmu tenang, dasar bodoh.” Damar memukuli kepalanya sendiri. “Tapi kenapa kau malah pergi mencium bibirnya dan berlanjut ke hal lain lagi.” “Hei, kenapa kau memukul kepalamu?” Suara parau yang tiba-tiba terdengar, membuat Damar terlonjak. Siapa yang sangka kalau ternyata perempuan di sebelahnya, terbangun dan kini menatap sang suami kontrak dengan mata mengantuk. “Ada masalah apa?” Audrey beranjak, sembari mengucek mata. “Kau masih ingin lagi atau kau tiba-tiba jadi panik lagi?” “Kenapa pertanyaanmu blak-blakan
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

Pingsan

“Bagaimana mungkin kalian berdua terlambat bangun, di hari yang penting seperti sekarang ini?” “Ya, maaf,” jawab Audrey dengan santainya, dan ponsel menempel di telinga. “Ini juga bukan sesuatu yang disengaja.” “Bukan disengaja kepalamu.” Carl kembali menghardik. “Kau pikir Dad tidak bisa menebak apa yang kalian lakukan sampai terlambat bangun? Hanya orang bodoh yang tidak tahu.” Damar yang ikut mendengar hal itu karena teleponnya dalam mode pengeras suara, langsung meringis. Siapa sih yang tidak malu karena ketahuan oleh mertuanya? “Daddy seperti tidak pernah menikah saja.” Audrey yang kesal balas menghardik. “Lagi pula, kan Daddy yang mau cucu. Jadi jangan protes.” “Ya sudah, tapi jangan terlalu lama ya. Biar bagaimana, kau yang sekarang memimpin. Mereka ingin bertemu denganmu.” “Aku tahu, makanya Damar sedang berusaha untuk menyetir dengan cepat dan aman. Daddy tunggu saja di sana.” “Bagaimana?” tanya Damar setelah panggilan teleponnya dimatikan. “Pihak dari sana mas
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

Orang Itu

“Ada apa lagi dengan dia?” Damar bisa samar-samar mendengar suara yang dia kenali. Kalau dia tidak salah menebak, itu adalah suara mertua perempuannya yang terdengar khawatir. “Dokter bilang tidak ada apa-apa,” gumam Audrey terdengar pelan. “Katanya mungkin hanya terlalu stres saja.” Kali ini, Damar mendengar suara mertua lelakinya. Hal yang membuatnya ingin sekali segera membuka mata dan mencari tahu apa yang terjadi. Hal yang juga mengingatkan Damar kalau mereka sedang ada pertemuan. Merasa situasi yang dia alami tidak benar, Damar memaksakan diri untuk membuka mata. Agak sulit, tapi akhirnya dia berhasil. “Audrey.” Itu adalah kata pertama yang Damar katakan, walau dengan terbata-bata. “Damar?” Audrey dengan cepat meraih tangan lelaki yang sedang terbaring itu. Tidak peduli ada selang infus yang tertempel di sana. “Bagaimana perasaanmu?” “Tidak buruk,” jawab Damar disertai dengan senyuman. “Tapi bisakah tidak menekan tanganku terlalu kuat? Rasanya agak sakit.” “Oh
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Hadiah

“Damar coba ke sini kenalan dulu sama bibimu.” Yang empunya nama berbalik dan tersenyum riang. Damar kecil yang bahkan belum berumur sepuluh, segera berlari menghampiri perempuan yang sudah sekitar setahun dia panggil Madre. “Madre.” Damar kecil segera berlari dan memeluk pinggang sang ibu. Dia baru setinggi itu. “Astaga! Dia lucu sekali.” Seorang perempuan lain ikut berbicara, sampai berjongkok untuk melihat Damar dengan lebih saksama. “Dia sedikit mirip dengan suamimu.” “Benar kan.” Fiana yang lebih muda, nyaris saja memekik girang. “Kami sangat beruntung karena bertemu anak ini, apalagi dia sangat pintar.” Mendengar dirinya dipuji, telinga Damar langsung memerah. Dia memang masih agak canggung berbahasa Italia, tapi sudah bisa memahami perkataan orang lain dengan sangat baik. “Ayo, Nak.” Fiana mendorong pelan bahu putranya. “Ini adiknya Madre, namanya Tante Fiona. Dia baru saja selesai berkuliah Bologna dan memilih untuk liburan dulu di sini.” “Halo, Tante.” Damar ke
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status