“Aku gak setega itu melihat cucu satu-satunya yang yang aku punya terus memarahiku, Na. Lagian, Tama adalah anak yang baik, gigih, dan tentunya menyayangimu. Jadi, menikahlah kalian berdua!”Kata-kata Kakek 2 hari yang lalu masih jelas terngiang-ngiang dalam benakku. Tidak kupungkiri jika aku sempat marah dan menyesal menjadi cucunya waktu itu. Maaf, Kek. Tapi, perbuatan kakek benar-benar membuatku melakukan itu.Namun, di sisi lain aku juga tahu betapa keras usaha kakek menjadikanku sebesar sekarang. Bagaimana pengorbanannya? Lalu, jatuh-bangkit untuk membuat bisnisnya selalu menjadi yang pertama.Terima kasih, Kek. Dan, maaf karena belum bisa menjadi cucu yang berguna buatmu. Tapi, aku janji setelah ini akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Apalagi setelah kakek merestuiku dengan Mas Tama. Hehe, nanti aku akan berikan cicit yang banyak, deh, buat Kakek.Belum lagi semalam, ketika aku akan tidur, kakek datang ke kamar. Mengusap puncak kepalaku dengan tatapan penuh sayang. “Kamu
Read more