Beranda / CEO / Ok, Aku Nyerah Bos! / Bab 102. Restu Turun?

Share

Bab 102. Restu Turun?

Penulis: Lavinka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-19 13:44:46

Suara ketukan pintu dari luar membuatku mengalihkan perhatian. Kutatap pintu kaca itu dengan mata membelalak, terkejut. “M-mas Tama,” ujarku tak percaya.

“Apa kamu ada di dalam, Sayang?” Suara Mas Tama masih tersengal dan aku pun langsung bergegas menuju pintu. Kubuka pintu itu dengan cepat dan dia langsung memelukku.

Ruangan ini terbuat dari kaca satu arah, jadi tidak tembus pandang. Didesain hanya dari dalam saja yang bisa melihat, sedangkan dari luar hanya gelap.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Mas? Apa kamu baru saja dikejar hantu?” Aku kembali bertanya karena sedari tadi Mas Tama hanya diam saja, dan hanya memelukku erat.

“Aku bahagia, Na. Sangat-sangat bahagia,” tuturnya senang tanpa melepaskan pelukan.

Keningku mengernyit. “Kenapa?”

Mas Tama mengurai pelukan kami, memegang bahuku dengan bibir tersenyum lebar. Aku sanksi jika sedikit lagi bibirnya akan robek. Aish, ngomong apa aku coba. Amit-amit jabang bayi.

“Akhirnya, kita bisa menikah, Sayang,” kata Mas Tama semangat

Aku ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 103. Seminggu Sebelum Hari H

    “Aku gak setega itu melihat cucu satu-satunya yang yang aku punya terus memarahiku, Na. Lagian, Tama adalah anak yang baik, gigih, dan tentunya menyayangimu. Jadi, menikahlah kalian berdua!”Kata-kata Kakek 2 hari yang lalu masih jelas terngiang-ngiang dalam benakku. Tidak kupungkiri jika aku sempat marah dan menyesal menjadi cucunya waktu itu. Maaf, Kek. Tapi, perbuatan kakek benar-benar membuatku melakukan itu.Namun, di sisi lain aku juga tahu betapa keras usaha kakek menjadikanku sebesar sekarang. Bagaimana pengorbanannya? Lalu, jatuh-bangkit untuk membuat bisnisnya selalu menjadi yang pertama.Terima kasih, Kek. Dan, maaf karena belum bisa menjadi cucu yang berguna buatmu. Tapi, aku janji setelah ini akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Apalagi setelah kakek merestuiku dengan Mas Tama. Hehe, nanti aku akan berikan cicit yang banyak, deh, buat Kakek.Belum lagi semalam, ketika aku akan tidur, kakek datang ke kamar. Mengusap puncak kepalaku dengan tatapan penuh sayang. “Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 104. Perasaan Sebelum Hari H

    Satu hari sebelum menikah, aku benar-benar gelisah. Malam ini beberapa temanku menginap di rumah. Niat hati kami ingin begadang, tetapi kakek tiba-tiba datang dan menyuruh kami untuk tidur.Alhasil, aku ditinggal sendiri. Sementara Nadia dan beberapa temanku yang lain sudah terlelap, bahkan saking nyenyaknya mereka mendengkur halus.Apa ini perasaan setiap calon pengantin sebelum menikah? Takut dan juga gugup. Takut jika besok tidak ada yang namanya pernikahan karena pihak lelaki batal datang dengan berbagai macam alasan.Gugup jika diriku akan mengecewakan semua orang karena tiba-tiba ingin menghentikan pernikahan esok hari.Aku mengumpat. Kenapa hatiku makin tak karuan begini, sih? Aku pun bangun, berjalan menuju balkon. Kubuka tirai yang yang menutupi pemandangan, lalu ku geser pintu itu hingga terbuka. Angin pun langsung menyergap kulit tubuhku yang hanya berbalut piyama pendek. Aku melangkah menuju pagar pembatas, menatap ke langit malam yang begitu indah, bertabur bintang.“M

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 105. Janji Suci Pernikahan

    Aku menatap lurus punggung lebar di atas altar itu dengan pandangan haru. Belum apa-apa, mataku sudah berkaca-kaca. Benarkah ini bukan mimpi? Aku tak sedang menghalu bukan? Setiap langkah yang kupijaki sekarang tengah mengantarkanku menuju hidup baru. Kini, aku bukan lagi wanita bebas yang bisa melakukan hal seenak jidat. Ada seseorang yang harus kumingai izin.Orang itu adalah Mas Tama. Lelaki yang kini tengah menitikkan air matanya setelah melihatku. Mas Tama bahkan berjanji pada Kakek akan selalu setia padaku, menemaniku dalam keadaan suka maupun duka, sakit maupun sehat, miskin maupun kaya.Genggaman tangannya membuatku tak bisa untuk tak menangis. Ini bukanlah tangis duka, melainkan bahagia. Akhirnya, kehidupan kami akan segera dimulai. “Kamu adalah tanggung jawabku sekarang, Naina, dan aku berharap kamu bisa mengandalkan diriku sekarang. Kita sama-sama berjuang dalam rumah tangga kita. Apakah kau bersedia?” Aku mengangguk dalam haru. “Aku Naina, bersedia menemanimu dalam kea

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 106.

    “Ah, segarnya,” ujarku ketika baru saja selesai mandi.Setelah hampir seharian berdiri, menyalami para tamu undangan yang jumlahnya lumayan bikin perut melilit, akhirnya aku bisa merasakan kesunyian ini lagi.Aku tersenyum, bersenandung kecil dengan menggunakan bathrobe menuju walk in closet. Namun, mataku langsung melotot shock saat membuka lemari. “What?!”“Arghh!” Aku berteriak. “Apa-apaan ini? Kemana semua bajuku?”Aku mengumpat kala tak menemukan bajuku sama sekali di lemari. Mataku menatap horor sisa pakaian, yang, entahlah bisa disebut pakaian apa tidak. “Apa ini? Lingerie?” Aku menelan kasar, membayangkan memakai baju dinas para istri Sholehah. “Kyaa! Kalau kayak gini nanti yang ada Mas Tama akan langsung menganggapku gila!”Kubuang lingerie berwarna merah darah dengan potongan tali tipis berkain sutra itu ke atas meja. Belum lagi model baby doll yang makin membuatku merana. Aku jongkok, menatap pasrah setiap gaun tidur yang menurutku sangatlah bukan aku banget. Biasanya aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 107. Setelah Malam Pertama

    Bangun tidur dalam dekapan Kim Taehyung adalah cita-citaku selama ini, tapi itu dulu. Sekarang, lelaki yang ingin selalu kupandangi setiap membuka mata adalah dia, Gartama Wirasesa, suamiku.Aku terkikik geli membayangkannya. Lebay banget kan diriku. Ya, biasalah. Penganten baru makanya kayak gini, bucin dan bikin geli. Apalagi kalau lakinya modelan kaya Mas Tama.Melihat wajah lelapnya bagaikan bayi, adem, dan begitu polos, tetapi tetap ganteng abis. Aku membekap mulut, mencoba menahan kikikanku agar lelaki di hadapanku tak bangun.Sikap narsisme yang kumiliki ini emang suka gak tahu tempat. Jadi, harap dimaklumi.Pandanganku lalu turun ke bagian bahunya yang polos, dan hei! Sejak kapan ada tanda merah di bagian tulang selangkanya? Apa itu aku yang buat? Seriously? Wah, gila, sih! Aku baru tahu jika membuat kissmark ternyata se-se… aish, aku terlalu malu untuk menceritakannya. Pasangan suami-istri pasti tahulah bagaimana rasanya olahraga malam. “Sshhh!” Aku meringis pelan saat mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 108. Terpenjara

    Aku linglung, tidak ada suara apa pun yang keluar dari mulut Mas Tama. Perasaan mulai tidak tenang, segera kuintip sekitar dari celah jari-jariku yang berada di depan wajah. “Eh, kok Mas … arghhh! Yakh, kau mengagetkanku, Mas!” Kutepuk bahunya dengan kesal. Aku mendengkus dan sengaja balik badan agar Mas Tama tahu jika aku tengah merajuk.Dia tak tahu saja jika jantung ini hampir copot karena ulahnya. Namun, dua buah tangan tiba-tiba memelukku. Mas Tama tergelak, bahkan bahunya berguncang saking puasnya tertawa di belakang.Haish, bisa banget itu laki satu nyari kesempatan. Aku kan jadi kaget, sekaligus senang. Hehe. Ku balik tubuh ini dan menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.Tatapan kami bertemu, tapi segera kutepis pelan tangan Mas Tama yang memegang daguku. Tapi, lagi-lagi bibirnya mengulas senyum.“Kenapa tak membangunkanku, Dear?” tanyanya dengan lembut.Oh, Tuhan. Bagaimana bisa aku merona merah hanya ditatap olehnya? Bahkan aku menggila hanya mendengar suara husky-nya.Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 109. Pindah Rumah

    Haish! "Sumpah, yah! Situ gak on lagi, ‘kan?!" Naina melotot merasakan bagian bawah Tama yang kembali keras. “Arghh, kenapa dirimu mesum banget sih, Mas!”"Aku nggak bisa nahan kalo deket kamu, Sayang." Mas Tama hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia dengan santai tidur menyamping dan menjadikan satu tangannya sebagai tumpuan. Melihatku yang bagaikan Badut Mampang yang sedang mangkal di lampu merah."Tidak!” "Ada apa, Sayang?" tanya Mas Tama panik. Dia hendak beranjak dari atas kasur. Akan tetapi, aku melarangnya. "Jangan mendekat!" teriakku sambil memegang handle pintu. Mataku sudah menatapnya dengan penuh peringatan. Yang tadi pagi aja masih sakit, Cuy. Ya, kali mau digempur lagi. Bisa modar aku nanti yang ada."Kenapa?" Mas Tama mengernyit. Dia sudah duduk di tepi ranjang, menatapku yang sudah blingsatan di pintu. "Aku lapar!" Wajahku memelas, bahkan demi bisa membuat Mas Tama semakin yakin aku mengusap perut datarku. “Aku masih ingin hidup, Mas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 110. Kejutan

    Aku berjalan menuju pintu depan sambil menepuk-nepuk tangan ke bagian celana. Sesekali netraku mencari keberadaan Mas Tama, tetapi batang hidungnya tak jua nampak. “Ke mana sih, dia?” Bibirku mengerucut.“Eh! Kok, mati?” Langkahku langsung terhenti ketika lampu tiba-tiba padam. Refleks, aku menjerit, “Mas Tama! Please, deh! Ini gak lucu!”Mataku melihat sekitar dengan perasaan takut. Dengan bibir bawah yang kugigit, aku berusaha mencari pegangan. Namun, kaki ini justru harus menjadi korban karena terantuk meja. “Auw, sakit,” ringisku.Aku mencebik kesal, tapi bibirku mendumel, “jangan-jangan Mas Tama belum bayar listrik lagi? Terus, bagaimana ini?” Nyaliku semakin menciut saat hanya bisa mendapatkan pencahayaan sedikit dari sinar bulan yang menerobos masuk lewat jendela. “Semoga saja itu hantu dan makhluk sejenisnya gak ada yang berani ke sini. Soalnya, aku takut sama mereka,” gumamku.“Mas, kamu di mana? Iki kenapa lampu padam, yah?” Aku mencoba memanggil suamiku lagi. Berharap den

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23

Bab terbaru

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 121. End

    “Mama! Di mana kaos Abang?”“Huwaa! Abang kenapa buang dasi Nina?”Suara teriakan dan tangisan mengawali pagiku hari ini. Astaga! Kepalaku hampir pecah mengurus dua bocil kesayangan Tama. Setiap hari, bahkan setiap pagi telingaku hampir berdengung mendengar teriakan duo kembar itu.Itu sebenarnya anak siapa, sih? Sumpah berisik banget.“Mah, gak usah dumel dalam hati, deh! Buruan bantu Abang cariin kaos kaki!” Teriakan dari dalam kamar anak pertamaku kembali terdengar. Aku menghela napas. Tangan yang sedang memegang spatula rasanya sudah gatal ingin melempar benda tersebut. Namun, jika teringat bagaimana aku mengandung, melahirkan, dan menyusui, semua amarahku langsung luruh.Berganti menjadi rasa sayang. “Mama lagi masak, Abang,” balasku berteriak. Berharap Nino mau mengerti akan kesibukan mamanya juga.Ya, Nina dan Nino adalah anakku dan Mas Tama. Mereka kini sudah besar, bahkan sudah belajar di sekolah swasta, kelas 2. Usia mereka 8 tahun dan sedang aktif-aktifnya. Jadi, ibunya ju

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 120. Menyambut Kelahiran Penerus Wirasesa

    Masa kehamilan adalah masa di mana semua para ibu harus bekerja extra untuk menjaga diri serta calon jabang bayi di dalam kandungan. Dia tidak boleh stres, tidak boleh makan makanannya yang terlalu manis, atau pedas, dan masih banyak pantangan lainnya.Seperti yang sedang kurasakan sekarang. Pada trimester pertama dan kedua, aku tak begitu banyak keluhan. Namun, ketika trimester akhir, aku jadi sulit tidur, tidak leluasa bergerak, bahkan ketika bangun tidur pun kesulitan bangun.Oh my God. Ini jelas sangat menyiksa. Namun, tidak semua ibu hamil buruk, kok. Ada kalanya aku merasa menjadi orang yang spesial, yaitu ketika semua keluarga memberikan apa pun yang aku inginkan. Dari perhatian hingga semua kasih sayang tercurah untukku.I’m so happy.Kini di usia kehamilanku yang sudah mencapai 37 minggu, perutku sudah beberapa kali mengalami yang namanya kontraksi palsu. Aku sedikit ada cerita. Waktu itu, pada saat pertama kali mengalami kontraksi palsu, aku sampai heboh dan memanggil Mas T

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 119. Kunjungan

    “Ya, aku memang gila karena dirimu. Jadi, jangan pernah bermain-main denganku! Mengerti!”Aku terkikik, mengangguk sambil menangkupkan kedua tangan dengan menundukkan kepala sebagai tanda menyerah. “Ok, aku takut dikutuk eh kamu, Sayang. Jadi, kita akhiri inis emua sebelum merembet ke mana-mana!”“Nah, gitu, dong! Itu baru istri Gratama Wirasesa.” Senyumnya culas. Perdebatan kecil itu pun berakhir dengan kemenangan Mas Tama. Lebih tepatnya aku yang mengalah.Astaga, random banget emang itu calon bapak satu. Dia pikir manusia bisa memilih? Jelas tidak. Takdir itu sudah diatur oleh Tuhan. Jodoh, rezeki, anak, hidup, dan mati seseorang semua hanyalah Tuhan yang tahu. Jadi, daripada perdebatan kami tak selesai, akhirnya aku mengalah. “Mas, kita telpon kakek, yuk!”“Ah, benar. Sebentar, biar aku ambilkan ponselmu.”Aku menunggu dengan kaki selonjor yang digoyang-goyang, lucu. Apalagi sandal bulu dengan kepala boneka kelinci yang besar semakin membuat gak henti memainkannya.Mas Tama data

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 118. Dikutuk Suami

    Setelah aku mengusir Mas Tama, aku tidak mendengar suara apa pun lagi. Aku pikir, dia pergi dan lebih memilih mementingkan egonya. Tanpa sadar, aku mendengkus dan menitikkan air mata.Bodoh.Akan tetapi, aku langsung menghentikan tanganku yang hendak mengusap mata. Mataku mengerjap ketika merasakan sisi ranjang di belakang punggungku bergerak. Aku sedikit berjengit kala kepalaku diangkat olehnya.Akan tetapi, yang membuat bibirku tak bisa menahan senyum adalah saat tangan Mas Tama dijadikan bantalan untuk kepalaku. Semua emosi yang sempat mengisi relung hatiku seketika luruh. Digantikan oleh rasa hangat dan nyaman di mana darahku berdesir mendapati perhatian-perhatian kecil itu. Aku tetapi, aku tetap bergeming. Tak mengatakan apa-apa, walau kini tubuhku sudah ditarik untuk didekap erat olehnya. Bibir bagian bawahku seketika turun. Ragu, antara ingin tetap diam, atau bicara padanya.“Maaf, Naina,” bisiknya tepat di sisi telingaku.Aku melipat bibir ke dalam, menunggu kelanjutan ucapa

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 117. UGD

    Sebuah kecelakaan baru saja terjadi. Mobil yang kami tumpangi ditabrak oleh mobil yang lawan arah. “Ada apa ini?” Mas Tama keluar dari mobil untuk mengecek kondisi di luar.Sementara diriku hendak menyusul dan membuka pintu, tetapi mulutku langsung merintih kesakitan sambil memegang bagian perut. “Arkh, kenapa sakit sekali?” tanyaku bingung.Aku menarik napas, membuangnya lewat mulut, berusaha untuk menetralisir rasa sakit itu. Namun, hal itu sama sekali tidak membantu. Perutku terasa melilit, seperti diaduk-aduk hingga membuat keringat mulai keluar dari pori-pori kulitku.“M-mas,” panggilku tertatih. Aku mendongak, menatap Mas Tama dari kaca jendela. Dia sedang berdebat di luar. Aku kembali menunduk, memelukku perutku sendiri. Rasanya, aku ingin meraung dan menangis sejadi-jadinya. Ini benar-benar sakit sekali.“Nona.”Kepalaku mendongak saat mendengar bunyi pintu dibuka dan ditutup dari depan. Jack–supir pribadi Mas Tama– masuk untuk mengecek keadaanku. “Nona? Nona kenapa?” Wajah

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 116. Kecelakaan

    "Bagaimana, Dok?” tanya Mas Tama tak sabar.Aku sendiri baru saja duduk di kursi samping Mas Tama, setelah dokter memeriksa perutku. Entah cream apa yang digunakan karena terasa dingin di kulit perutku. Tangan kami saling bertaut satu sama lain di bawah meja. Aku yakin Mas Tama juga merasakan apa yang sedang kurasakan. “Sebentar, yah!” Dokter bernama Karina tersenyum sambil menulis sesuatu di kertas catatan milikku. Untuk sementara waktu, kami semua dilingkupi keheningan hingga perasaan gugup dan juga deg-degan begitu terasa. Dokter Karina sendiri tetap santai di kursinya dan jujur aku kesal.Dia tak tahu saja jika sekarang jantungku dugun-dugun gak jelas, kayak lagi nungguin Mas Tama nyatain cinta sama aku. Jadi, please, deh, Dok! Gak usah bikin anak orang mati penasaran.“Dok,” panggil Mas Tama sekali lagi.Aku melirik Mas Tama yang juga sudah tak sabar menunggu hasil pemeriksaan. Aku menepuk punggung tangannya dan mengusapnya lembut. Dia lalu mengangguk, tersenyum kecil sambil m

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 115. Cek Kandungan

    Tiga hari kemudian, aku dikejutkan dengan suara seseorang yang tengah muntah-muntah. “Itu siapa, sih?” keluhku. Aku meraba ke sisi ranjang, mencari keberadaan suami tercintaku. Namun, kosong. Sontak, mataku terbuka. Rasa kantukku langsung hilang tatkala menyadari jika Mas Tama tak ada di mana-mana. “Mas, kamu di mana?” Suaraku serak. Aku segera bangun, duduk di atas ranjang dengan sedikit sisa kantuk. Aku mengucek kelopak mataku, lalu bergumam, “Mas Tama ke mana, sih? Masa iya, dia udah ke kantor?”Mulutku menguap, tetapi segera kututup dengan lengan. Setelah itu, mataku mengedar dengan tangan menggaruk rambut, linglung. Sekitar kosong, dan lagi-lagi suara itu kembali terdengar. “Itu siapa, sih, yang lagi muntah? Atau, jangan-jangan….”Mas Tama.Sontak, perasaanku dilingkupi cemas. “Mas, apa kamu di dalam?” Aku segera turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Rambut segera ku gelung ke atas agar tidak mengganggu. Ketika tiba di depan pintu kamar mandi yang terbuka, suara

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 114. Tama Berubah

    Sepanjang perjalanan, Mas Tama tak pernah melepaskan tautan tangan kami. Dia bahkan melakukan pemindahan perseneling saja masih dengan tangan kami seperti itu.Seneng, sih, dapat perhatian, dan merasa disayang. Tapi, ngeri-ngeri sedep juga, kalau terjadi sesuatu. Apalagi, kita kan lagi di jalan raya, dan tahu dong, bagaimana kondisi lalu lintasnya? Mau heran, tapi dia suamiku. “Kita mau makan apa, Dear?” tanya Mas Tama. Dia melirik ke arahku sekilas, lalu kembali melihat ke arah depan.“Mas. Bukankah kita baru saja makan tadi di rumah mama?” Aku bertanya heran. Ya, kali perutnya yang udah kek roti sobek itu mau dihancurkan dengan makan malam, lagi. “Aku lapar, Sayang. Aku pengin makan di tempat langganan aku beli. Kamu mau ikut, kan?” Wajahnya begitu memelas. Aku pun menggaruk belakang kepala. Mau menolak, tetapi gak enak. Tapi, kalau aku iyakan, mau ditaruh mana itu makanan. Secara, aku masih kenyang. Kalaupun diisi, palingan hanya minuman saja yang muat.“Apa aku punya pilihan?”

  • Ok, Aku Nyerah Bos!   Bab 113. Apaan, sih?

    Menjadi seorang istri adalah hal yang baru buatku. Namun, untuk membuatkan sarapan, menyiapkan teh, dan juga baju untuk Mas Tama, itu sudah menjadi kebiasaan untukku beberapa tahun lalu. Maksudnya, aku hanya menyiapkan roti panggang dengan selai saja. Untuk memasak, aku masih harus menjalani kursus agar tidak membakar apartemen suamiku.Tidak lucu, kan, kalau pasangan suami istri yang baru saja menikah dikabarkan mati, dikarenakan si istri membakar rumahnya karena lupa cara mematikan kompor. Itu jelas nanti akan sangat mencoreng nama baik Naina. Jadi, hari ini aku berkesempatan untuk mengikuti les memasak dengan para mama muda yang usianya di bawahku. Iya, kalian gak salah lihat. Seorang Naina rela meluangkan waktunya hanya untuk membuat dirinya dianggap sebagai istri yang pandai memasak. Aish, tolong jangan melihatku dengan syirik begitu. Santai saja.Tapi, aku sedikit canggung karena, you know lah, usiaku paling tua di sini. Huhuhu, nyesel banget sekarang. Kenapa gak sedari dulu

DMCA.com Protection Status