Home / Pernikahan / Istri Kedua Tuan Farraz / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Kedua Tuan Farraz: Chapter 31 - Chapter 40

206 Chapters

Bab 31. (21+)

Ketiga maid itu menegang, saat melihat Farraz sudah pulang dari kantornya. Sang atas menatap satu persatu maid yang sedang berbincang di depan gudang. Dia merasa curiga, curiga jika mereka memberikan pertolongan pada Shanaya.Farraz menatap ke arah pintu gudung. Tampak sunyi, apalagi ini sudah malam hari."Kembali bekerja! Jangan menentangku!" ketus Farraz."Tuan ... suara Non Shanaya tidak lagi terdengar, saya khawatir terjadi sesuatu," cicit Nuri dengan takut."Kau mau membantah? Ini bukan urusanmu! Biarkan saja gadis itu tersiksa di dalam sana!" Farraz pergi meninggalkan gudang setelah berkata demikian.Jika sudah begini, tak ada cara lain bagi para maid untuk patuh pada sang atasan. Nuri dan Alya masih diam, berbeda dengan Luna yang ikut masuk ke dalam.Luna meliuk-liukan tubuhnya, ingin memerkan lekukan tubuh indahnya. Si maid itu menghampiri meja makan, untuk menghidangkan makan malam. Luna terpesona dengan ketampanan Farraz dengan ciri khas wajah datarnya, bagaimana dia tidak
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 32. Membawa Shanaya

Tuan Aryan mendatangi kediaman anaknya pagi buta seperti ini, dia tidak memberitahu Farraz terlebih dahulu. Sengaja, dia ingin tahu apa yang terjadi di rumah ini.Para pelayan dan penjaga menyapa dan menyajikan hidangan. Sayangnya Tuan Aryan sedang tidak selera. Anak dan menantunya belum terlihat pagi ini.Kedatangan Tuan Aryan ke sini untuk menemui Farraz dan Shanaya, mumpung Farraz sedang libur bekerja hari ini. Dia ingin menghabiskan waktu bersama keduanya."Oh iya, apa Shanaya dan Farraz belum bangun?" tanya Tuan Aryan kepada Nuri yang sedang membawakan kopi.Nuri mengangguk sopan. "I-iya Tuan, Tuan Farraz masih di dalam kamarnya."Gelagat Nuri membuat Tuan Aryan penasaran. "Bagaimana dengan, Shanaya? Apa menantuku masih di kamarnya?"Maid di depan matanya gemetar. "Nyonya Shanaya...." ucapnya menjaga."Kenapa? Ada apa dengan menantuku, Nuri?" tanya Tuan Aryan, hatinya merasa tidak enak karena memikirkan menantunya. Akibat permasalahan kemarin, Tuan Aryan takut jika Farraz akan me
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 33.

Shanaya berdiam diri di kamar luas dan megah ini, matanya tidak beralih menatap bingkai foto seorang wanita berukuran besar. Dia cantik dan cocok bersanding dengan suaminya, pantas jika Farraz sangat mencintai Grisella. Melihat foto kemesraan mereka, Shanaya menunduk, hatinya berdenyut sakit.Dilihat dari foto kebersamaan mereka, keduanya terlihat sangat bahagia. Shanaya bersalah, sudah masuk ke dalam kehidupan mereka dan dia juga ingin diperlakukan baik layaknya istri oleh suaminya sendiri. Sepertinya Shanaya terlalu berharap. Farraz tidak mungkin memperlakukannya seperti yang diharapkan. Pria itu bahkan lebih senang jika berjauhan dengannya. Air mata Shanaya menitik, dia benci jika dirinya lemah seperti ini.Shanaya menepis kasar pipinya dan buru-buru menghapus air matanya, karena mendengar suara pintu dibuka. Mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, Shanaya meremas selimut yang menutupi tubuhnya."Aku terpaksa membiarkanmu di sini, jadi tahu dirilah. Jangan menyentuh bar
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 34. Anak Angkat

Prayoga berdiri sembari bersedekap dada, menyandarkan lengannya ke tembok ketika melihat kedua orang tuanya turun dari mobil. Pria berusia 30 tahun itu menatap intens ke arah Ibunya yang tampak lelah, seperti kurang tidur, dilihat dari kantung matanya saja Prayoga bisa menebak.Begitu kedua orang tuanya dihadapan Prayoga, Prayoga hanya tersenyum simpul ketika bersitatap dengan mereka. Dua hari ini, Prayoga menghabiskan waktunya di rumah, ia belum diizinkan bekerja sebelum kondisinya pulih.Arsinta menghampiri Prayoga, dia mengembangkan senyum sembari mengusap lengan sang putra."Kau dari mana saja, Bu?" tanya Prayoga menatap intens wanita yang melahirkannya."Ibu 'kan dari luar kota, kau lupa?" balas Arsinta. Baru kali ini Prayoga tidak yakin dengan perkataan Ibunya. Gelagat Ibunya sangat mencurigakan."Oh, ya sudahlah. Lebih baik Ibu istirahat saja. Kau terlihat lelah dan kurang tidur," ucap Prayoga. Arsinta mengulum bibirnya, tubuhnya menegang mendapati pertanyaan Prayoga."Lanjutka
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Bab 35. Membuat Strategi

Karena panik dengan keadaan Shanaya yang kembali tak sadarkan diri. Tuan Aryan dan Prayoga memutuskan untuk membawa Shanaya agar dibawa ke Rumah Sakit untuk ditangani. Firasat Tuan Aryan benar, bahwa Shanaya tidak baik-baik saja. Untungnya dia dan Prayoga datang.Sekitar 15 menit lamanya, akhirnya mereka sudah sampai di Rumah Sakit terdekat. Tubuh mungil Shanaya sudah diletakkan di atas brankar untuk dipindahkan ke ruang rawat. Di depan ruangan Shanaya, Tuan Aryan dan Prayoga tampak begitu khawatir."Sebenarnya apa yang terjadi dengan Shanaya?" tanya Prayoga yang penasaran dengan keadaan Shanaya."Panjang ceritanya jika Ayah ceritakan. Tadi pagi dia sudah ditangani Dokter, Dokter mengatakan jika Shanaya kurang istirahat dan belum makan sejak kemarin," jawab Tuan Aryan.Prayoga meraup oksigen, khawatir dan cemas menjadi saat ketika melihat wajah Shanaya yang pucat dengan mata terpejam.Tuan Aryan mengepalkan tangan, entah kemana perginya sang putra. Hingga Farraz membiarkan istrinya se
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Bab 36. Hanya Sandiwara

"Kenapa kau hanya melihatnya saja? Buka mulutmu!" ujar Farraz yang sedang mengarahkan sendok ke mulut istrinya.Shanaya meremas selimut di bawah dadanya, lantaran dia gugup karena Farraz memilih untuk menyuapinya. Yang lebih membuat Shanaya malu, ada Tuan Aryan dan Prayoga sedang duduk di sofa sembari memperhatikan ke arah mereka.Di sofa sana, Tuan Aryan tersenyum melihat sikap Farraz manis pada istrinya. Sementara Prayoga, pria itu tidak suka dengen kemesraan keduanya."Mas, biar aku makan sendiri saja," ucap Shanaya. Pipinya terasa memanas saat diperlakukan manis seperti ini, meski ini hanyalah pura-pura saja, tidak bisa dipungkiri jika Shanaya merasa salah tingkah dan senang."Keadaanmu belum pulih, biar aku saja. Anggap saja ini sebagai penembusan rasa bersalahku karena sudah abai menjagamu," ujar Farraz. Sepasang mata dua insan itu saling menatap satu sama lain, melihat mata lentik sang istri, hati Farraz berdesir.Mau bagaimana pun juga dia pria normal, yang akan terpana dengan
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Bab 37. Terlukanya Hati Shanaya

Karena pagi ini Shanaya sudah diizinkan pulang, lantaran tidak ada kondisi serius yang terjadi padanya, ia bisa dipulangkan cepat. Gadis yang baru selesai membersihkan diri itu sedang mengemasi baju-bajunya. Di ruangan seluas ini, dia dibiarkan sendiri tanpa ditemani.Suaminya entah kemana perginya, sedari dia sarapan Farraz masih belum juga kembali. Bahkan sang suami menolak sarapan saat ditawari.Shanaya menarik resleting tasnya, gegas ia menentengnya untuk keluar dari ruangan inapnya. Di luar ruangan, ada banyak sekali orang yang berlalu lalang. Membuat Shanaya kesulitan menemukan dimana keberadaan sang suami. Langkahnya menapaki lantai 2, siapa tahu saja dia berpaspasan dengan Farraz.Masih jelas teringat, waktu pertama kali dirinya bertemu dengan Farraz di Rumah Sakit ini. Saat itu dirinya akan menjenguk temannya, tapi entahlah Farraz, apa yang dilakukan pria itu."Apa istri pertama Mas Farraz dirawat di Rumah Sakit ini ya?" gumamnya.Melangkahkan kakinya menelusuri setiap ruanga
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Bab 38.

Cuaca pagi ini di kita Jakarta sedang mendung, langit sudah terlihat keabuan sejak tadi, menandakan akan turun hujan sebentar lagi. Shanaya melipat sebelah tangannya dengan bertumpu pada jendela. Kini, dia dan Farraz sedang berada diperjalanan menuju pulang.Yang dilakukan Shanaya hanya bungkam, dengan pandangan menatap pemandangan sekitar. Lumayanlah, untuk mengurangi rasa bosannya. Berdua dengan sang suami pun tetap dicekam sunyi.Farraz lebih fokus menyetir kendaraannya, memang biasanya sang suami jarang mengajaknya mengobrol sih. Shanaya bahkan bisa menghitung dengan jari jika bicara dengan suaminya."Tutup jendelanya, gerimis!" titah Farraz.Namun, gadis di sampingnya hanya diam sambil melamun. Farraz menjitak kepalanya, hingga sang empu meringis kesakitan.Pletak. Shanaya tersentak, sembari mengusap keningnya yang terkena sentilan."Kenapa sih, Mas? Kok main sentil-sentil aja?" gerutu Shanaya, melayangkan delikan tajam kepada pria di sampingnya."Kau tuli? Tutup jendelanya!" tit
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Bab 39. Sebenarnya Apa Maumu, Mas?

Ketika keduanya sudah berjalan memasuki kediaman, banyak pelayan yang ikut senang karena Shanaya sudah dipulangkan. Mereka semua turut merasa iba, dengan apa yang menimpa Shanaya tempo lalu."Siapkan salep, antarkan ke kamarku!" titah Farraz kepada Nuri yang sedang membereskan ruang tamu. Maid itu mengangguk.Shanaya hanya menolah, malas rasanya jika mengeluarkan suara. Rasanya lelah, dia ingin buru-buru sampai di kamarnya. Kaki jenjang keduanya menaiki setiap anak tangga hingga sampai dilantai atas.Farraz menahan tangan Shanaya ketika istrinya berjalan ke lawan arah."Kau akan ke mana, Shanaya?" tanya sang suami.Kening Shanaya mengerut. "Ke kamarku, Mas. Ada apa?""Ikut aku ke kamarku." 'Sebenarnya apa maumu, Mas? Kenapa kau selalu bertindak sesukamu?' batinnya meraung pilu.Shanaya hanya bisa pasrah saja ketika Farraz menarik tangannya dan melangkah memasuki kamar utama. Kamar yang tidak boleh Shanaya masuki saat itu. Kini, Farraz malah membawanya. Jujur saja. Shanaya merasa asin
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Bab 40. Prayoga Memergoki Arsinta

Mendapatkan kabar jika Prayoga dirawat di Rumah Sakit, Arsinta bergegas untuk menemui anaknya. Dia sangat kaget ketika mendengar kabar ini. Tidak tahu apa yang terjadi hingga Prayoga dirawat seperti ini.Tadinya dia dan sang suami akan pergi ke kediaman Farraz, tapi ia urungkan, karena kondisi putranya jauh lebih penting.Sesampainya di ruangan rawat Prayoga, Arsinta membekap mulut, tidak percaya melihat kondisi Prayoga yang terbaring lemah di atas brankar. Padahal tadi baik-baik saja sebelum berangkat."Yoga, apa yang terjadi denganmu?" tanya Arsinta, menatap sendu ke arah wajah Prayoga yang babak belur."Diam Bu, jangan banyak bertanya. Mulutku terasa perih jika digerakkan!" umpat Prayoga."Kau bertengkar lagi? Dengan siapa?" Arsinta mencekal tangan Prayoga yang tak henti-hentinya mengaduh kesakitan.Untung saja dia sudah ditangani oleh Dokter, luka di wajahnya masih terasa perih meski sudah diolesi alkohol."Kita harus memberikan pelajaran pada si Farraz, Bu! Dia sudah membuatku se
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status