Semua Bab Istri Kedua Tuan Farraz: Bab 181 - Bab 190

206 Bab

(S2) Bab 180. Melahirkan

2 bulan pun tak terasa sudah berlalu. Tak banyak perubahan yang terjadi pada hubungan Arash dan Shiena. Ternyata yang dikatakan Shiena benar, wanita itu menjaga jarak dan lebih banyak diam.Kandungannya kian membesar, memasuku usia 9 bulan. Masa-masa kehamilan yang cukup melelahkan, tak membuat Shiena semangat menanti si buah hati.Meski tanpa perhatian sang suami, Shiena beruntung ada Farraz dan Shanaya yang selalu menemani. Seperti hari ini, ia dan ketua mertuanya akan belanja keperluan bayi.Arash hanya bisa memperhatikan Shiena dalam diam. Ia sudah siap, mengenakan stelah jas formal karena janjian dengan Zeva."Aku akan pergi ke luar kota bersama Zeva, sekitar 3 hari," kata Arash."Silahkan saja. Aku tidak peduli," timpal Shiena acuh. Dia membereskan bekas sarapan dan mencucinya.Kehamilannya yang besar, membuat Shiena gampang merasakan pegal dan sakit pinggang."Jangan ke mana-mana, di rumah saja," Arash memberikan pesan. Walau tidak perhatian, dia selalu memberi pesan pada Shien
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-29
Baca selengkapnya

(S2) Bab 181. Kecurigaan Farraz

Di dalam ruangan bersalin, kini sedang berada di posisi yang sangat tegang. Shiena dibaringkan di atas brankar sembari mengaduh kesakitan. Peluh keringat membanjiri wajahnya.Shiena terus mengeluh sakit, andai saja Arash ada di sini. Dia ingin sang suami yang menemani. Namun sayang, Arash sedang menghabiskan waktu bersama dengan kekasihnya."Dok, panggilkan Mommy!" ujar Shiena kepada Dokter spesialis kandungan, yang sedang memantau Shiena sampai selesai pembukaan.Dokter spesialis itu mengangguk, berjalan ke arah pintu.Shanaya sendiri ditenangkan oleh Farraz, karena perasaannya berkecamuk, campur aduk."Ibu masuk ke dalam? Pasien ingin anda menemaninya," pinta Dokter.Dia menoleh pada Farraz yang mengangguk menyetujui. Shanaya ikut masuk ke dalam. Sedangkan Farraz tetap di luar. Dia mulai menghubungi putranya. Yang tidak mengangkat panggilan darinya."Ke mana kau Arash? Bajingan, istri melahirkan malah sulit dihubungi!" umpat Farraz, tak gentar terus menelpon Arash berkali-kali.Di d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 182. Kekecewaan Orang Tua

Dengan penuh percaya diri, Zeva mengangkat kepala, angkuh. Saat dirinya dan Arash sedang di lorong Rumah Sakit sambil mengaitkan tangannya di lengan kekar Arash.'Aku sangat gugup. Aku ... sudah menjadi seorang ayah? Berjenis kelamin apa anakku?'Yang Arash rasakan antara gugup dan takut, menghadapi bagaimana sikap sang ayah nanti saat dirinya sudah sampai. Dia juga senang, atas kelahiran anaknya yang tidak tahu jenis kelaminnya apa.Mereka berjalan beriringan, menuju salah satu ruangan VVIP. Di sana ada Shanaya dan Farraz yang sedang duduk di kursi. Dari kejauhan, Farraz sudah menatap tajam, pada dua insan.Shanaya yang mengikuti arah pandang suaminya terperangah, pada Arash yang berdekatan dengan Zeva. Lantas ia berdiri, dengan kebingungannya."Arash? Bisa jelaskan apa maksudnya ini?" tanya Shanaya pada putranya ketika di depannya.Arash menunduk, seakan-akan tidak punya muka datang dengan kekasihnya. "JAWAB!" Shanaya membentak."Mo—"Plak!Badan Arash langsung menabrak tembok, ket
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 183. Penyesalan

Terseok-seok, Arash membawa langkah lebarnya kembali ke ruangan tempat istrinya dirawat. Dengan fakta yang baru ia ketahui, justru membuatnya benar-benar shock.Pikirannya berkecamuk, tidak bisa menyangka jika Zeva memiliki niat buruk kepada ibunya. Andai tidak ada Farraz, dia mungkin sudah lebih percaya pada wanita yang selama ini cintai.Sakit memang, tapi ... jika dibandingkan dengan Shiena, dia jauh lebih sakit dengan apa yang ia lakukan padanya.'Shiena ... maafkan aku,' batin Arash.Memegang tembok, agar tubuhnya tak limbung. Arash belum mampu menopong badan sendiri dengan apa yang terjadi.Juga, pikirannya sangat gamang. Antara masuk atau tidak, dia malu dan menyesal, jika menunjukkan wajah di hadapan orang ia buat kecewa. Shiena, Farraz dan Shanaya."Bodoh! Kau benar-benar brengsek!" makinya pada diri sendiri.Menahan isak tangis, dirundung perasaan bersalah yang kian besar. Sekarang, Arash ingin menemui anak dan istrinya. Urusan Zeva, biarlah diurus nanti."Kenapa kau datang?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 184. Baby Rara

Shiena merasa lega. Karena Baby Rara—anaknya mendapatkan kasih sayang sepanjang hari dari mertuanya. Farraz dan Shanaya begitu baik, mengurus Akira.Dengan begitu, Shiena bisa istirahat sejenak. Paling dibangunkan jika anaknya sudah ingin menyusui. Seperti sekarang ini, Shanaya sedang duduk di sofa sambil menggendong cucu pertamanya, di sebelahnya Farraz yang ikut nimbrung."Wajahmu kenapa mirip sekali dengan putraku, Sayang? Ah, mengingat ayahmu itu, Grandma jadi kesal," bisik Shanaya, telunjuknya menoel pipi chubby Akira yang sedang tidur.Mendengar nama 'Grandma' diucapkan Shanaya, Farraz terkikik geli dengan panggilan baru itu. Dia tidak menyangka, keduanya sudah memiliki cucu."Aku malah kesal, mendengar kata grandma terlontar di mulutmu," kekeh Farraz, melingkarkan tangan di perut istrinya dan menyandarkan dagu di bahunya.Shanaya mencebik kesal, dia tidak menyangka sudah setua ini. "Mau bagaimana lagi? Kita memang sudah tua, Mas. Kita sudah memiliki cucu yang cantik dan lucu."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 185. Bertahan Demi Anak

Arash meneguhkan hatinya untuk menemui Shiena dengan mata yang basah. Dia membuka pintu, Shiena sedang berjalan tertatih untuk duduk di ranjang. Terdengar ringisan, dengan wajah kesakitan.Shiena menyusui Baby Rara yang menangis, kemudian dibaringkan jika sudah tenang.Diam dan memperhatikan, Arash tidak tega melihat perjuangan Shiena yang pertama kalinya menjadi seorang ibu."Baby rewel?" tanya Arash, mengejutkan.Kepala Shiena terangkat. "Kau belum berangkat, Mas? Maaf tidak bisa membantumu.""Tidak apa, aku bisa melakukannya sendiri. Duduklah." Shiena yang sempat berdiri, diminta duduk kembali.Tubuh Arash berjongkok di hadapan Shiena, kedua pasang mata mereka saling menatap satu sama lain. Shiena menunduk, sakit setiap kali melihat wajah rupawan itu."Ada apa, Mas? Kenapa matamu merah?" Suaminya menggelengkan kepala, menyembunyikan kesedihannya di depan sang istri. "Kelilipan mungkin," alibinya.Di tempat duduknya, Shiena makin tak karuan, dia ingin menjauh lantaran tak sanggung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 186. Kedatangan Raisa

Malam ini, anggota keluarga sedang kelimpungan menenangkan Baby Rara yang terus menangis dan susah ditenangkan. Membuat Shiena khawatir, takut terjadi sesuatu pada anaknya.Guna menghalau kekhawatiran Shiena, Shanaya mengambil alih cucunya, menimang-nimang supaya tenang. Sayangnya, Baby Rara tidak berhenti mengeluarkan tangisan."Apa yang terjadi pada Rara, Mom? Apakah Rara baik-baik saja?" tanya Shiena melirih pilu, siapa saja pasti sedih, jika melihat anaknya seperti itu."Tenang, Sayang. Jangan khawatir. Mommy tenangkan dulu," ujar Shanaya. Melihat ke arah Shiena yang masih belum bisa bergerak leluasa, lantaran nyeri dibagian inti tubuhnya."Apa sebaiknya telpon Dokter saja?" usul Farraz, ikut gelisah jika cucunya belum menenang juga dari tadi. Alhasil, mereka bertiga begadang di tengah malam.Shanaya terus menenangkan, sesekali mengusap bokong Baby Rara. "Kelihatannya Rara baik-baik saja, Mas. Mungkin lagi haus. Asi Shiena macet," katanya."Ada apa? Kenapa ramai sekali?" tanya ses
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 187. Orang Tua Shiena

Shiena yang sedang nyamannya bersandar, terpaksa menjauhkan badan. Tidak enak dilihat tamu mertuanya. Mereka bersalaman, meski Shiena tidak tahu dan tidak kenal. Melihat keakraban Arash dan wanita itu, sepertinya mereka berdua memang kenal dekat."Selamat atas kelahiran anak kalian, ya. Tante senang bisa berkunjung ke sini. Maaf, saat nikahan Tante tidak datang," kata Raisa, sambil menepuk pundak Arash yang lebih tinggi darinya, mirip Farraz sewaktu muda.Arash dan Raisa memang kenal dekat, karena Shanaya sering mengajak Raisa jalan-jalan bertiga saat itu."Terima kasih, Tan. Aku senang bertemu denganmu. Oh iya. Perkenalkan, dia Shiena, istriku," kata Arash pada istrinya yang menurunkan kaki."Eh, duduk saja, Nak. Biar Tante yang menghampirimu," pekik Raisa, mencegah Shiena yang akan berjalan.Raisa menghampiri, bersalaman dan berpelukan pada wanita muda. Ia kagum, dengan istri keponakannya itu, cantik dan manis. Apalagi bayi di gendongannya."Aku Shiena, Tante," kata Shiena memperke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 188. 4 Tahun Kemudian

Tak terasa, 4 tahun sudah berlalu. Rumah tangga Arash dan Shiena juga jauh lebih baik dari sebelumnya. Keduanya membesarkan putrinya sama-sama.Arash tengah disibukkan dengan pekerjaannya di tengah malam. Terdengar suara pintu dibuka, Arash menghentikan ketikan tangannya."Lho, Rara belum tidur, Nak?" tanya Arash pada Akira yang masuk ke dalam ruangan ayahnya.Akira kini sudah berumur 4 tahun, tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar. Tidak jarang, Akira selalu mencari kesempatan menyusul ayahnya jika sedang disibukkan dengan pekerjaannya."Belum, Rara mau bersama Daddy. Rara mau tidur kalau Daddy selesai," kata Akira yang sudah pandai bicara.Arash menahan senyum, melihat wajah kantuk putrinya. Ia merengkuh tubuh mungil Akira dan mendudukkan di pangkuannya."Nanti Mommy mencarimu jika kau tidak ada di kamar. Pekerjaan Daddy masih banyak, Sayang," kata Arash, mengecup wajah Akira berulang-ulang."Rara mau tidur bareng Mommy dan Daddy, kenapa Mommy dan Daddy tidurnya tidak bareng?" t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya

(S2) Bab 189. Tertembak

Karena usia Akira akan menginjak 4 tahun, semua anggota keluarga sepakat untuk merayakan ulang tahun putrinya.Saat ini, mereka sedang berada di pantai untuk mengadakan acaranya di sini, sembari bisa bermain.Akira begitu antusias, bermain pasir bersama Farraz dan juga Shanaya. Melihatnya, Arash dan Shiena ikut merasa bahagia, putri mereka sudah tumbuh dewasa."Lho, kok menangis?" tanya Arash pada Shiena yang matanya sudah mengembun.Bukannya menjawab, Shiena justru memeluk suaminya. Membenamkan kepalanya di dada suaminya yang bidang."Aku terharu saja. Bayi yang baru aku lahirkan dan aku gendong, sudah tumbuh dewasa," isak Shiena.Bukannya sedih, Arash justru terkekeh dengan tingkah istrinya ini. Tangannya terulur, membelai surai panjang istrinya."Kenapa kau harus sedih, hmm? Jika kau ingin punya bayi, kau 'kan tinggal bilang padaku," kekeh Arash, mendapatkan cubitan pelan di perutnya."Itu maumu! Kau memang modus terus jadi orang!" kesal Shiena menimpali suaminya. Mereka melerai p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status