Semua Bab Istri Kedua Tuan Farraz: Bab 151 - Bab 160

206 Bab

(S2) Bab 150. Kumpul Kebo

Badan Shiena sudah segar ketika keluar dari kamar mandi. Wanita itu hanya mengenakan bathrobe dan handuk yang melilit di rambut panjangnya.Pekerjaan membersihkan rumah sangat melelahkan, ia jadi pegal-pegal. Saat hendak akan menutup pintu, Shiena tergugu saat mendengar suara desahan di kamar sebelah.Tepatnya kamar sang suami, yang kini sedang bersama kekasihnya di sana, mereka bercinta disaksikan olehnya."Sabar, jangan dihiraukan."Shiena mengunci pintu, ia duduk di tepian ranjang sambil melirik ke arah ponselnya. Menunggu kabar dari Marveen. Sebab, pria itu tidak ada kabar sama sekali.Dia hanya ingin mendengar penjelasan, tentang tragedi yang menimpanya di Club malam. Karena dirinya dalam keadaan mabuk, sementara Marveen sadar."Di mana kau, Marveen? Setelah kejadian naas itu kau menghilang begitu saja."Jarum panjang jam menunjukkan pukul 22.30 malam, rasa kantuk pun sudah menyerang Shiena. Ia berbaring, menutup telinga saat suara itu masih terdengar."Dasar tidak tahu malu, bis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-26
Baca selengkapnya

(S2) Bab 151. Satu Perusahaan

Shiena hanya mampu menepis rasa sakit yang mendera dirinya, dia mencoba untuk tidak peduli pada dua insan yang entah sudah berhenti atau berlanjut melakukan hubungan terlarang itu.Selagi ada waktu, Shiena memakai blouse putih dan rok span selutut berwana hitam. Pakaian formal yang akan ia gunakan untuk bekerja.Meskipun hanya lulusan S1 saja, Shiena bersyukur bisa diterima di perusahaan besar dan menjadi pegawai di staff biasa."Bisa-bisa gila jika lama melihat mereka!"Ia menyambar tas miliknya, ia sudah siap dengan riasan dan pakaian sederhana miliknya."Shiena! Bersihkan kamarku!" teriak seorang pria, berhasil menghentikan langkah Shiena yang hendak menuruni tangga.Ia mendengus kesal, aktivitasnya selalu saja terganggu dengan perintah Arash. Perintahnya adalah hal mutlak, yang harus dituruti olehnya.Kaki jenjang Shiena menuju kamar suaminya. Dia pikir, Arash masih bercinta dengan Zeva."Bagaimana jika nanti saja, Mas? Aku sedang buru-buru mau bekerja," Shiena berkomentar, karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 152. Pergantian Jabatan

Saat ini, di kediaman Farraz Arsawijaya. Shanaya dengan sigap menyiapkan semua keperluan suaminya yang akan ke kantor, seperti biasa, Shanaya selalu melayani kebutuhan suaminya.Wanita paruh baya itu mengeluarkan jas untuk digunakan Farraz, disaksikan oleh Farraz yang kagum dengan tanda bakti Shanaya sebagai istrinya."Bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu, semakin tua kau malah semakin cantik, Sayang," puji Farraz. Meski umurnya tak lagi muda, badannya tetap terlihat kekar dan gagah di usianya menginjak kepala 5.Shanaya terkekeh geli, dengan sikap manja suaminya yang tidak sadar umur. "Mas Farraz gombal terus, malu ah sama umur," katanya.Farraz memeluk istrinya dari belakang, hanya dengan menggunakan handuk sebatas pinggang saja, karena baru selesai mandi."Memangnya kenapa? Salah jika kita bermesraan di masa sekarang? Kan memang benar, kau itu memang cantik," Jari Farraz mengelus perut rata Shanaya yang terhalang bathrobe. "Apa perlu kita buat adik untuk Arash? Sepertinya kita ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 153. Merayakan Peresmian

Mendengar bahwa pulang kerja akan diadakan acara peresmian, sembari memperkenalkan pemimpin baru diacara itu.Jika semua orang kegirangan dengan undangan ini, berbeda dengan Shiena yang memelas, masih shock pada kenyataan.Sedari tadi, Shiena lebih banyak melamun dan kehilangan fokus. Entah bagaimana reaksi Arash, saat tahu jika Shiena bekerja di perusahaannya."Shiena, jangan melamun. Kau harus fokus. Karena berkasmu akan diberikan langsung pada Pak Arash," kata Naomi, menepuk pundak Shiena.Shiena menyangga dagunya, dadanya bertalu cepat. Badannya gemetar, saat berkas di ruangan ini ia yang memberikannya. Karena rekan lainnya tidak mau, menolak berbagai alasan."Kau sajalah yang mengantarkannya, Mi," ujar Shiena, kurang minat bertemu Arash.Naomi begidik ngeri. "Aku tidak berani mendatangi ruang atasan, takut dimarahi jika ada berkas yang tak sesuai ekspetasi. Kau 'kan istrinya, Pak Arash tidak akan memarahimu."Andai berani, dia ingin sekali membantah ucapan Naomi. Apalah daya, dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 154. Sebuah Pengkhianatan

Shiena berdiri, ingin memperingati dua insan yang sedang menghindari keramaian. Yang Shiena khawatirkan, ada orang tak bertanggung jawab melihat kemesraan mereka. Shiena tidak mau, jika nama suaminya tercoreng dengan issue ini."Selamat atas peresmian jabatanmu, Sayang," ucap Zeva."Thanks, Babe. Aku senang kau datang."Shiena mencari Arash, yang sedang berada di lorong dan mengungkung Zeva ke tembok. Pria itu menelusupkan tangan, menarik tengkuk Zeva dan melakukan percumbuan.Arash tahu, bahwa ada orang datang. Dia menatap ke arah Shiena yang bergeming. Bukannya berhenti setelah dipergoki, Arash semakin melahap bibir Zeva dengan menuntun.Tidak memperdulikan bagaimana Shiena sekarang. Karena Arash juga tahu, bahwa keduanya sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini.'Bagaimana aku bisa menjaga citra suamiku, jika dia memang brengsek seperti itu,' batin Shiena.Suara decapan percumbuan, begitu menggelikan di indra pendengaran. Terlebih ciuman mereka semakin intim.Shiena pergi, mengh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 155.

Arash kembali, sambil membawa kotak P3K untuk mengobati lutut Shiena yang terluka. Dia berjongkok, mensejajarkan tubuh dengan sang istri.Luka di lutut Shiena cukup besar, darah segar mengalir di sana jika dibiarkan. Tak heran Shiena berjalan lunglai, jika kakinya luka seperti ini."Aku bisa sendiri," cicit Shiena. Menahan tangan Arash.Arash menepis istrinya. "Jangan banyak bicara!" Alhasil, Shiena menurut saja saat Arash menototolkan kapas yang sudah dicampur alkohol ke bagian lututnya yang terluka."Awhh!" Spontan Shiena memegang pundak Arash, guna menahan rasa sakit menjalar.Sadar dengan apa yang sudah dilakukan, Shiena menarik tangannya dan diturunkan."Lukamu bisa infeksi jika tidak diobati. Jangan berasumsi jika aku peduli, aku hanya kasihan saja padamu. Sudah diselingkuhi ditambah tidak dicintai dengan tulus," ledek Arash. Memasukan kapas dan alkohol ke dalam kotak karena sudah selesai mengobati istrinya.Arash selalu saja mencari celah, membuatnya emosi dikeadaan semrawut s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 156. Dipecat

Arash menghempaskan bokongnya di kursi kebesarannya saat dia baru sampai di kantor. Hari pertama menjabat sebagai CEO, Arash tentu saja harus semangat. Walau dihadapkan dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya.Ini konsekuensinya, harus Arash terima jika hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan. Lelaki itu dengan teliti, mengamati satu persatu berkas laporannya.Satu jam berlalu, Arash sudah kelar memeriksanya. Punggungnya bersandar di kursi, meregangkan ototnya yang terasa pegal. "Aku merindukan Zeva, tumben sekali dia tidak ada kabar dari semalam," gumam Arash.Pertemuannya dengan Zeva, saat di Hotel Griya Villas, sampai sekarang kekasihnya belum membalas pesannya.Pintu ruangan terbuka lebar, saat sang Sekretaris masuk ke dalam."Ada apa?""Ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan anda, Pak."Arash mengernyit. "Siapa?""Namanya Zeva, katanya dia ada janji dengan anda."Mendengar Zeva ada di sini dan di kantor ini, membuat Arash jadi was-was. Takut ada orang yang cur
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 157. Membalas Pelakor

Shiena mengusap pipinya, rasa sakit dan panas menjalar di sana. Yang lebih sakit adalah hatinya, ketika mendapatkan tamparan dari Arash—bernotabene sebagai suaminya lebih mementingkan kekasihnya, daripada dia selaku istrinya.Sementara Arash, ia memandangi tangannya, sudah lancang memukul Shiena hingga meninggalkan memar di sana.Wajah Shiena tertutup rambut, wanita itu meringis dengan wajah yang berkaca-kaca."Shiena ... a-aku—"Shiena melangkah keluar dari hadapan mereka, tidak mendengarkan perkataan Arash yang sudah menghancurkan perasaannya. Napas wanita itu terengah, menetralkan deru napas yang tersengal-sengal akibat berlari sepanjang lorong."Kau jahat, Mas! Lebih membela kekasihmu dibandingkan istrimu sendiri, sehina itukah aku di matanya?" monolognya, masuk kamar mandi dan menangis terisak-isak di dalam sana.Dilain tempat. Arash mengepalkan tangan, rahangnya mengetat dengan apa yang dia lakukan pada Shiena. Sungguh, Arash refleks dan tidak bisa mengendalikan dirinya.Ia meny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 158. Mencari Shiena

Shiena turun dari angkutan umum yang ditumpanginya, agar sampai di panti asuhan. Entah kenapa, Shiena merindukan keluarganya yang ada di sini. Apalagi tempat ini adalah tempat ternyamannya, siapa tahu Shiena bisa melupakan kesedihannya.Suasana hati Shiena sedang tidak baik, setelah pemecatannya di kantor. Setibanya di panti, Shiena menahan air matanya agar tidak luruh. Ia merubah raut wajah, menarik senyum agar terlihat baik-baik saja."Hai adik-adik kakak!" sapa Shiena, pada rombongan anak kecil yang sedang bermain di halaman panti.Melihat Shiena datang, para adik-adiknya itu langsung berlarian menghampiri. Shiena merentangkan tangan, menyambut mereka ke dalam pelukan.Betapa sayangnya Shiena pada adik-adiknya, yang memiliki nasib sama sepertinya—dititipkan ke panti ini, ada juga yang dibuang begitu saja."Kak Shiena! Kami kangen kakak!" Mereka berseru, sambil bersorak riang, menyambut kedatangan kakaknya."Sama, Dek. Kakak juga rindu kalian," ungkap Shanaya. Gemas, pada malaikat m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

(S2) Bab 159. Proses Pencarian

Kendaraan roda empat itu melaju sangat kencang, membelah jalanan ibu kota yang lumayan ramai. Selama di perjalanan, ada banyak bunyi klakson yang memekakkan pendengaran, memprotes Arash karena membawa mobil secara ugal-ugalan.Langit sore ini mendung, awan sudah berwarna abu hingga sekitaran menggelap, menandakan akan turunnya hujan. Arash mencengkram setir, ia dongkol saat Shiena pergi begitu saja.Selang beberapa menit, akhirnya dia sampai ditujuan. Ia bergegas masuk, mencari Shiena di sini."Lho ... Nak Arash," panggil Bu Anya, ketika membuka pintu.Arash menyalami punggung tangan Bu Anya. "Apakah Shiena ada di sini, Bu?" tanya Arash.Bu Anya mengernyit, kepalanya menggeleng pelan. "Shiena sudah pulang sekitar 20 menit yang lalu, Nak Arash. Memangnya kalian tidak bertemu."Arash menggeram tertahan. Sia-sia dia datang ke sini, jika orang yang dicari malah pergi. Bak main petak umpet jika begini caranya. "Kalau begitu aku permisi, Bu. Ingin menyusul Shiena."Bu Anya mengiyakan, meman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status