“Mumpung istri juga enggak di rumah, kita keliling kota dulu ,yuk, Dan!” ajak Ramdan kepada Wildan. “Udah lama enggak motoran malam-malam.”“Walau malam dan jalan udah jadi teman sehari-hari, tapi hayuklah!” jawab Wildan.Kedua kawan baik itu berboncengan dengan sesekali mengobrol santai. Sesekali mereka tergelak, melupakan sejenak segala permasalahan hidup. Hidup ini hanya sawang sinawang. Kita hanya melihat apa yang tampak, tak mengerti dengan apa yang sebenarnya dirasa.“Dan, udah bisa buka hati belum?”“Hah?”“Laki-laki, kan, enggak ada masa idah. Kayaknya enggak salah kalau kamu mulai belajar mencintai lagi.”Wildan tergelak dalam kebisingan kendaraan yang berlalu-lalang.“Enggak semudah itu, Ferguso,” jawab Wildan.Kini, Ramdan yang tergelak. Ya, ia hanya menghibur Wildan saja. Ramdan tahu dan paham, bahwa dari sebuah perpisahan, yang sulit bukan hanya mengikhlaskan, tetapi juga melupakan segala kenangan. Entah itu cerai hidup atau cerai sebab maut.“Daftarin cerai aja belom. Ak
Terakhir Diperbarui : 2024-05-21 Baca selengkapnya