Jantung gadis bercadar itu mulai bertalu. Apa ayahnya sudah mengatakan sesuatu pada sang istri yang tak lain adalah ibunya? Adiba merapatkan kedua bibir untuk menahan senyum. Dia sudah berspekulasi sendiri. Sementara itu di belakang kursi Adiba dan Wildan, Fatimah justru menautkan alis. Wildan yang ditanya, kenapa putrinya yang seperti salah tingkah?“Diba sayang, kamu kenapa, Nak?”“Oh, eh, enggak pa-pa, Ummi. Agak serak dikit. Ehem, ehem!” jawabnya berbohong.Fatimah pun mengangguk.“Maaf, ya, Dan, kalau mungkin pertanyaan saya terlalu mencampuri urusan hati kamu,” lanjut Fatimah akan pertanyaan yang sempat terjeda tadi.Wildan hanya mengulas senyum. “Oh, enggak apa-apa, kok, Bu.”“Kenapa saya tanya begitu, karena ada teman saya yang ingin anaknya dicarikan jodoh. Siapa tahu kamu sudah bisa buka hati kembali. Enggak ada salahnya kenalan dulu. Iya, kan, Dan?”Loh? Eh? Adiba menajamkan pendengaran.“Anak teman saya ini usianya sudah cukup matang, Dan. Tapi enggak tua-tua banget, kok. B
Terakhir Diperbarui : 2024-06-15 Baca selengkapnya