Semua Bab DIKIRA SOPIR TERNYATA PUTRA PRESDIR: Bab 31 - Bab 40

46 Bab

31. Terpancing Emosional

“Mama?”Sarah menoleh ke samping, Kiya memanggilnya.“Iya, Sayang?”Suara itu? Wildan memejam. Memorinya seakan-akan berputar. Ia merasa pernah mendengar suara itu dalam puzzle-puzzle flashback. Acak, tetapi terlihat seperti saling berhubungan.“Ini Mas Wildan, Ma. Yang di video waktu itu.”Wildan membuka mata. “Video?”Tanpa menutup-nutupi, Kiya pun menceritakan apa yang pernah ia lakukan diam-diam. Merekam kegiatan mereka saat mengaji di gazebo dekat kolam renang rumah Daud bersama Adiba.“Sebenarnya mamaku yang ingin Mas Wildan diundang ke sini. Ngajarin aku ngaji.”Wildan mengalihkan pandangan dari Kiya ke wanita paruh baya yang Kiya panggil mama. Ternyata sedari tadi Sarah lekat memandangnya.“Assalamualaikum, Bu. Saya Wildan,” ucapnya dengan menangkupkan kedua tangan di dada.Sarah tak merespons. Ia seolah-olah damai menatap wajah pria muda di depannya. Ibrahim pun mendekat dan ikut duduk lesehan di atas permadani tebal yang dilengkapi bantal-bantal. “Ma?” panggilnya lembut den
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya

32. Rencana

Daud sedikit menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ia menoleh karena mendengar getar ponsel, dan tentu itu bukan benda pintar miliknya ataupun tablet yang sedang dipegangnya.“Getar ponsel kamu, Dan?”“Eh. Iya, Pak.”“Enggak mau diangkat dulu? Kayaknya getarnya lebih dari sekali. Takutnya penting.”“Enggak pa-pa, Pak. Nanti bisa saya telepon balik.”Tentu Wildan tak mau mendahulukan kepentingan pribadinya, ia sedang menjalankan tugas. Sedangkan Daud hanya mengangguk menanggapi. Perjalanan masih cukup jauh. Dalam hati Wildan bertanya-tanya, tumben sekali Bu Farhah meneleponnya lebih dari satu kali?“Rabbani Corp itu didirikan oleh Ibrahim setahun setelah putranya tak juga ditemukan.”Daud membuka sebuah cerita tanpa Wildan minta. Dan tentu hal itu membuat sang sopir kian penasaran dengan alasan di balik tersematnya nama Rabbani pada perusahaan Ibrahim Madava. Kenapa tak diberi nama Madava Corp saja? Begitu pertanyaan yang sempat terbesit di hati seorang Wildan.“Rabbani Asraf Mad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-14
Baca selengkapnya

33. Dilamar

Jantung gadis bercadar itu mulai bertalu. Apa ayahnya sudah mengatakan sesuatu pada sang istri yang tak lain adalah ibunya? Adiba merapatkan kedua bibir untuk menahan senyum. Dia sudah berspekulasi sendiri. Sementara itu di belakang kursi Adiba dan Wildan, Fatimah justru menautkan alis. Wildan yang ditanya, kenapa putrinya yang seperti salah tingkah?“Diba sayang, kamu kenapa, Nak?”“Oh, eh, enggak pa-pa, Ummi. Agak serak dikit. Ehem, ehem!” jawabnya berbohong.Fatimah pun mengangguk.“Maaf, ya, Dan, kalau mungkin pertanyaan saya terlalu mencampuri urusan hati kamu,” lanjut Fatimah akan pertanyaan yang sempat terjeda tadi.Wildan hanya mengulas senyum. “Oh, enggak apa-apa, kok, Bu.”“Kenapa saya tanya begitu, karena ada teman saya yang ingin anaknya dicarikan jodoh. Siapa tahu kamu sudah bisa buka hati kembali. Enggak ada salahnya kenalan dulu. Iya, kan, Dan?”Loh? Eh? Adiba menajamkan pendengaran.“Anak teman saya ini usianya sudah cukup matang, Dan. Tapi enggak tua-tua banget, kok. B
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-15
Baca selengkapnya

34. Detik-detik Pertemuan

Gemuruh dalam dada Wildan kian hebat. Jika ia tak pernah bermimpi untuk bisa mempersunting seorang tuan putri, maka kali ini Wildan pun merasa benar-benar sedang bermimpi dilamar sang raja sendiri. Berkali-kali bibirnya mengucap istigfar dengan lirih. Berharap mimpinya segera berakhir dan ia segera terbangun. Namun, hal itu tak kunjung terjadi. Saat Wildan mendongak, tatapannya bertemu dengan manik teduh milik sang majikan. “Wildan?”“I-iya, Pak?”“Apa kamu menyukai putriku? Maksudku ... apa kamu ada rasa cinta walau hanya secuil pada Adiba?”“P-pak Daud, tolong bangunkan saya. Saya yakin saya masih berada di alam mimpi,” ucap Wildan dengan nada bicara cukup bergetar. Daud pun tersenyum. “Tidak, Wildan. Kamu tidak sedang bermimpi. Aku benar-benar memintamu untuk menjadi menantuku. Apa kamu bersedia?”Mata Wildan mulai panas. Sungguh, ia merasa hadiah Tuhan amat sangat agung. Ia bahagia dan takut dalam waktu yang hampir bersamaan. Merasa kerdil dan tak pantas. Siapa dia dan siapa Ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-16
Baca selengkapnya

35. Rasa Syukur

“Oma Tari?” Mentari merentangkan kedua tangan begitu Wildan menyadari keberadaannya. Pria tampan yang kulitnya semakin bersih itu agak sanksi melihat perlakuan sosok orang tua sepuh yang lain dari biasanya. Namun, tak ayal Wildan pun mendekap Mentari. Ia benar-benar merasa begitu dirindukan.  “Oma di sini? Kapan sampai?” Bukannya menjawab, air mata Mentari malah jatuh di bahu Wildan, cukup deras. Begitu pun dengan dekapan wanita yang Wildan panggil oma itu, cukup erat memeluknya. Daud tak kalah penasaran, ada apa ini sebenarnya?  “Nak, berbahagialah. Kamu akan segera kembali pada keluargamu.” Ucapan Mentari membuat Wildan mengendurkan pelukan. “Maksud Oma?” “Inah dan Lukman bukan ibu dan bapak kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-16
Baca selengkapnya

36. Harap-harap Cemas

Bani duduk dengan gelisah di depan sebuah laboratorium rumah sakit ternama. Ia dan Ibrahim mendatangi seorang dokter ahli teman baik sang ayah. Ibrahim memunggungi sang putra dan berbincang serius dengan seseorang di seberang sana lewat ponsel. Bani memejam dengan menengadah dan kepala belakang menyandar ke tembok. Memorinya menyeret ia dalam kisah flashback. ‘Kamu tadi juga tanya, kan, Mas. Apa nafkah batin darimu kurang? Aku jawab, k-u-r-a-n-g. Amat sangat kurang. Kamu kurang p3rk4sa. Tiga tahun kita menikah, kenapa tak kunjung juga kita mendapat keturunan? Ha?!’‘Kamu kira aku enggak kesepian sendirian di rumah saat kamu ngojek? Aku butuh hiburan, Mas! Aku pingin punya anak!’‘Tapi, Paklik, aku dan Mas Wildan sudah lama tak berhubungan suami istri. Hampir empat bulan. Jadi ... apa tak sebaiknya aku dan Dito segera menikah saja? Toh, kalau aku hamil, sudah jelas ini anakku dan Dito.’‘Kamu mandul, Mas!’‘Kamu kurang per*asa!’‘Kamu tak bisa memberiku seorang anak!’Bani membuka ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-17
Baca selengkapnya

37. Kabar Bahagia

“Selamat malam, Tuan Muda Madava!” sambut seorang dokter lelaki menyapa Bani dengan senyum merekah. Ialah Dr. Malik, teman baik Ibrahim. Ibrahim menyalami sang dokter lebih dulu dengan tambahan dekap hangat walau hanya sebentar. Bani pun bergantian menjabat tangan sang dokter. “Malam, Dok!” sahut Bani setelahnya. “Silakan duduk!”Ibrahim dan Bani mengangguk dan duduk di kursi seberang meja sang dokter. “Sebelumnya, saya ucapkan selamat datang kembali, Nak Bani. Saya pribadi cukup terkejut dengan kabar kembalinya kamu setelah dua puluh lima tahun berlalu.”Bani pun mengangguk pelan. “Terima kasih, Dok.”“Kamu tahu, Nak? Dokter Malik ini teman Papa yang sangat sibuk dan sulit mencari waktu senggang untuk bertemu dengannya. Tapi, dia rela meluangkan waktu demi kamu.”Lagi-lagi Bani tersenyum dan mengucapkan banyak terima kasih. Sungguh, nikmat Allah seperti deras bercucuran dari langit. “Jadi bagaimana hasil pemeriksaan Bani, Dok?”Dokter dengan kacamata yang cukup tebal itu terseny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-18
Baca selengkapnya

38. Khitbah

Kali ini Rabbani benar-benar merasa terkepung rasa bahagia. Diantar oleh kedua orang tua kandungnya untuk meminta sang belahan jiwa. Bidadari bermata bening yang sudah pernah ia lihat, kini akan kembali memperlihatkan keindahan parasnya sebelum berlanjut ke meja akad. Heuh? Akad? Bani tersenyum saat pikirannya sudah berkelana ke pelaminan. Senyum itu pun kian merekah saat raut hangat Daud, Fatimah, dan Adnan menyambut di dalam ruang keluarga. Sementara Adiba masih ada di kamarnya bersama Aisyah, sang kakak ipar. “Selamat datang, Kawan!” Daud memeluk erat Ibrahim. Ibrahim pun menyambut. “Semoga sebentar lagi kita akan resmi menjadi besan,” sambut Ibrahim dengan berbisik. Daud hanya tersenyum sembari menepuk-nepuk bahu teman karibnya itu. Tak lain halnya dengan Fatimah dan Sarah. Kiya juga disambut dengan sangat hangat. Begitu tiba giliran Bani, pria tampan itu pun sedikit kikuk saat bersalaman dengan Daud. “Om?” Daud tersenyum dan mendekap Bani. Ada rasa haru yang menyeruak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-19
Baca selengkapnya

39. Tak Ada Rahasia

Kabar soal menghilangnya Ratih yang sempat disembunyikan dari Marni sampai juga di telinga wanita itu. Sebagai seorang ibu, tentu saja Marni ikut panik walau ia tak bisa berbuat apa-apa. Ke mana putri semata sayangnya itu pergi? “Ibuk kenapa sampai kecolongan, sih, Buk?” Rizal terlihat frustrasi. “Maafin Ibuk, Pak. Ibuk panik saat dengar suara benda pecah. Ibuk masuk buat memastikan. Ternyata benar Mbak Marni butuh bantuan.”Sampai jam dua belas malam, beberapa warga yang ikut mencari keberadaan Ratih juga tak menemukan tanda-tanda. “Ibuk juga enggak tahu kalau gembok pasungnya Ratih lepas, Pak. Makanya Ibuk enggak khawatir waktu ninggalin pintu dalam keadaan sudah terbuka.”“Sudah, Pak Rizal. Jangan salahkan Bu Murti. Dia bukan lalai, hanya saja situasi dan kondisinya tidak pas. Benar kata Pak Rizal, kita kecolongan,” sela Pak RT menengahi. Rizal menghela napas panjang dan meminta maaf kepada sang istri. “Apa perlu lapor polisi?” usul salah satu warga. “Tidak bisa, Pak. Seseora
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-20
Baca selengkapnya

40. Di RSJ

“Kay, kenapa harus ke sini, sih?”Kayla hanya tersenyum dengan tangan hendak membuka pintu mobil. Namun, satu tangannya lagi berhasil Dito genggam. “Mas Dito, bukannya kamu yang maksa buat ngantar aku dan mau ikut apa pun kegiatan aku?”“Iya, tapi ... mana aku tahu kalau kamu mau ke tempat beginian?”“Mas Dito nyesel? Mau balik? It's oke. Nanti aku bisa pulang pakai GoCar.”Kayla pun langsung turun tanpa memedulikan Dito yang tengah mengembuskan napas kasar. Akhir-akhir ini mood-nya sedang tidak baik. Tepatnya, setelah tahu jika mantan suami dari mantan kekasihnya, orang yang dia hina sedemikian rupa, pria yang ia pandang sebelah mata karena berprofesi sebagai sopir, ternyata dia adalah putra seorang presdir. Apalagi tak lama setelah ini ia dan keluarga besarnya mendapat undangan resmi dari sang presdir Madava Grup. Undangan pesta tasyakuran dan juga peresmian pengangkatan Rabbani Asraf Madava sebagai CEO Rabbani Corp. Tentu tak hanya keluarga Dandi, tetapi juga keluarga Daud dan be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status