“Katakan, siapa pria bernama Vian itu, hem?”Suara itu terdengar tidak lagi seperti sebuah pertanyaan, tapi bagaikan rayuan iblis yang bergema di telinga Helena. Pasalnya, pertanyaan itu disertai dengan godaan jemari panjang yang terus bergerak di bawahnya, menciptakan sengatan gairah yang membuatnya hilang logika. Helena frustasi, ingin sekali menghindar tapi ruangan yang mereka tempati terlalu sempit. Ingin juga berteriak tapi terlalu takut kalau mereka ketahuan, dan tentu akan menjadi sebuah aib seumur hidup. Alhasil, dia hanya bisa terus menggeleng sembari menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan desahan yang siap mencuat.“Katakan, Helena,” desis Keyland dengan bibir yang menempel di telinga wanita itu.Permainan Jari Keyland terasa semakin intens, membuat tubuh Helena bergetar pelan. Gelenyar nikmat yang dirasakan hampir mencapai puncaknya, hingga seluruh inderanya terasa begitu sensitive, bahkan kakinya seolah tak bertulang. Dia mencengkeram lengan Keyland kuat-kuat, tak peduli ka
Last Updated : 2024-01-29 Read more