Home / Romansa / MY BASTARD BOSS / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of MY BASTARD BOSS: Chapter 51 - Chapter 60

67 Chapters

Di Antara Dua Pria

“Vian, maafin aku,” gumam Helena yang saat ini tampak duduk di sisi ranjang Vian, menatap sang suami yang masih tampak tertidur. Pagi ini dia terbangun dengan kewarasan yang telah kembali, diikuti dengan rasa bersalah yang luar biasa setelah ciuman panas yang dilakukannya semalam bersama Keyland.Helena tampak menghela nafas panjang, mengangkat tangan Vian dan mengecupnya lembut. “Maafin aku….”“Kenapa kamu minta maaf.”Helena menaikkan tatapan, mendapati Vian yang ternyata sudah terbangun dengan memberinya sebuah senyum manis. “Kamu sudah bangun? Apa tidurmu nyenyak?”“Tidurku terlalu nyenyak sampai nggak bangun-bangun selama satu tahun,” balas Vian yang mulai lancar berbicara dengan nada tenang.Helena mengulas senyum lebar, sebelah tangannya terulur untuk membelai sisi wajah kurus itu. “Yang paling penting sekarang kamu sudah bangun dan sehat lagi, Yan.”“Kamu semalam tidur di sini?” tanya Vian dengan mata yang meneliti pakaian Helena, karena memang sudah berganti dari dress cantik
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Risalah Hati

“Kamu- melamarku?!” pekik Helena dengan wajah terperangah. Mendadak jantungnya berdebar kencang, diikuti dengan letupan aneh yang menyebari dadanya. Bodohnya dia merasa bahagia meskipun hal tersebut sangat salah untuknya, juga datang di waktu yang tak tepat. Kodratnya sebagai seorang istri tidak seharusnya menginginkan cinta dari pria lain seperti saat ini.Keyland tampak mengangguk dengan senyum tipis. “Pasti aku terlihat begitu bodoh di matamu saat ini.”“Key-““Dan ya- kau berhasil mempermainkanku, Helena,” potong Keyland sembari turun dari ranjang. Dia tahu bahwa kondisinya saat ini sangat berantakan, tapi tetap tak menghentikannya untuk mendekat ke arah Helena yang hanya mematung di hadapannya. “Kau tahu, baru kali ini ada wanita yang berhasil mempermainkanku dengan begitu kejam.”“Aku- tidak bermaksud seperti itu,” balas Helena dengan letupan di dada yang berganti cubitan nyeri. “Lagipula hubungan kita hanya teringkat pada sebuah kontrak saling menguntungkan. Aku butuh uangmu da
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Kemesraan Singkat

Plin-plan, bodoh atau memang naif, semua istilah itu mungkin akan bisa menggambarkan Helena saat ini. Setelah perdebatan mereka, pengakuan Keyland dan ditutup dengan percintaan panas, membuat Helena benar-benar luluh dengan perasaan terlarangnya. Dan di sini lah dia sekarang, duduk di samping Keyland sembari membersihkan darah yang merembes dari perban di tangan Keyland akibat kegilaan mereka beberapa menit yang lalu.“Aku akan memberimu waktu.”Helena menatap Keyland singkat sebelum kembali fokus pada luka di tangan pria itu. “Waktu untuk apa?”“Untuk berpikir tentang menceraikan pria itu.”Seketika gerakan tangan Helena terhenti. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya menarik nafas kuat-kuat. Meskipun begitu, bibirnya masih tidak bisa memberikan jawaban apa pun dan memilih tetap bungkam.“Kau akan tetap tinggal di apartemen ini.”“Bagaimana dengan Vian?” tanya Helena dengan senyum getir. “Apa kamu juga akan mengizinkannya tinggal di sini? Karena aku tidak akan membiarkannya sendiri se
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Sebuah Insting

Helena kembali menjadi tawanan milik Keyland, bukan karena kontrak hubungan mereka, tapi kali ini disebabkan oleh ancaman konyol yang dikeluarkan Keyland. Dia tahu bahwa Keyland akan dengan mudah memberitahu Vian tentang hubungan mereka, dan tentunya hal tersebut menjadi sebuah ketakutan tersendiri untuknya.“Nanti malam aku akan menjemputmu,” ucap Keyland yang saat ini berada di dalam mobil bersama Helena.“Tidak perlu, aku akan menginap di sini,” jawab Helena yang bersiap membuka pintu mobil, tapi seketika tangannya ditahan oleh Keyland.“Jangan membantahku, Helena,” desis Keyland dengan tatapan tajam. “Kau akan tetap pulang dan istirahat bersamaku.”“Istirahat katamu?” Helena tersenyum miring dengan wajah kesal. “Apa kau pernah mengizinkanku beristirahat saat kita tidur satu ranjang?”“Oke, kali ini aku berjanji.” Keyland mengangkat jari kirinya membentuk huruf V. “Aku hanya akan memelukmu.”Helena tersenyum samar, meskipun hatinya merasakan sebuah keharuan. Padahal bisa saja Keyla
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Menyimpan Sebuah Rencana

Helena mungkin mengira kalau Keyland sudah pulang, tapi nyatanya Keyland terlalu gelisah untuk kembali ke apartemen, bahkan dirinya memilih untuk memarkir mobil dan malah masuk ke dalam rumahsakit. Keyland terus melangkah tegas, mengabaikan tatapan terpesona dari para kaum hawa yang dilewatinya. Saat ini dia hanya ingin mencari kepastian untuk masa depan hubungannya, dan akhirnya memutuskan untuk menemui sang adik di ruangan. “Keyland, kenapa kau ke sini?” pekik Cindy dengan mata melebar, pasalnya ini adalah kali pertama Keyland mengunjungi ruang kerjanya di rumahsakit mereka. Meskipun beberapa kali datang, tapi Keyland selalu menolak untuk masuk atau berlama-lama di ruangannya. Keyland tak langsung menjawab, hanya melemparkan tubuhnya di atas sofa dengan helaan nafas kasar. Wajahnya benar-benar gelisah dan mengisyaratkan emosi yang terpendam, sepertinya Cindy pun menyadari hal tersebut. Adiknya itu kini duduk di sisinya sembari menatapnya lekat. “Kau ada masalah? Ceritakan padaku.
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

Kebimbangan Helena

“Aku tidak rela kau dicium pria lain,” gumam Keyland dengan ibu jari yang membelai bibir bengkak Helena.“Dia suamiku,” balas Helena dengan nafas masih tersenggal akibat ciuman Keyland yang tanpa batas.“Suami tidak berguna.”Sontak Helena menepis tangan Keyland kasar dengan matanya yang melotot tajam. “Tolong jangan menghina Vian seperti itu. Bagaimana pun juga, dia tetap suamiku!”“Ah sial! Apa kau tidak bisa meninggalkannya saja!” Suara Keyland ikut meninggi. Emosinya selalu saja terpancing setiap kali Helena mengakui pria itu sebagai suami. Dia tidak rela, rasa cemburunya terlampau besar meskipun itu lah kenyataannya.Helena memejamkan mata sejenak, mengatur nafas untuk mengendalikan emosinya. Dia menghembuskan nafas perlahan sebelum kembali menatap Keyland dengan lebih tenang. “Aku tidak mau memperdebatkan hal yang sia-sia. Sebaiknya sekarang kamu pulang-““Dan aku akan menjemputmu nanti malam,” potong Keyland tegas.“Key, please… aku ingin menginap di sini, tolong jangan membuat
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

Malam Penuh Drama

“Aku khawatir karena ponselmu mati, jadi aku langsung datang ke sini.” Keyland tersenyum licik, tak peduli dengan Helena yang sudah siap menangis detik ini juga. Dia begitu marah saat Helena mengabaikan panggilannya, dan sudah tidak tahan untuk membongkar semuanya. Persetan dengan pernikahan dua manusia itu, karena dia akan tetap mengambil Helena dari tangan siapa pun.“Jadi benar firasatku? Ternyata kamu sudah memiliki pria lain,” sahut Vian dengan senyum miring, tapi tak bisa menyembunyikan cairan bening yang telah menggenang di pelupuk mata. Dia tak berdaya, meskipun sangat ingin menghajar pria di hadapannya saat ini. Bahkan, kedua tangannya hanya mampu mencengkeram selimut di sisi tubuh.“Vian, aku bisa menjelaskan semuanya,” ucap Helena sembari berjalan mendekat ke arah ranjang, tapi tiba-tiba sebelah tangannya ditahan oleh Keyland.“Kau tidak perlu repot-repot, karena aku sudah menceritakan semuanya.”“Apa?!” pekik Helena dengan mata melebar ke arah pria itu. “Apa yang kamu kata
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Gairah Yang Tak Pernah Padam

“You are mine,” bisik Keyland yang saat ini sudah berada di atas tubuh polos Helena. Janjinya membuat Helena luluh, meskipun dengan segala kelicikan dia tidak mungkin bisa menepatinya.Mata biru pucatnya terjerat pada mata cantik Helena yang tampak sayu. Dia memang sudah gila karena wanita itu, benar-benar gila hingga tak mampu menahan diri. Kini bibirnya mulai melumat bibir merekah itu, menikmati setiap inci rasa manis yang ditawarkan. Lidahnya bergerilya, membelit dan mencari kenikmatan dengan lebih intens.Helena kembali naif, terpedaya oleh kenikmatan sentuhan Keyland yang selalu membelenggunya. Dia bahkan mulai mengerang pelan, mendesah dengan tak tahu malu saat lidah pria itu telah turun menggoda puncak dadanya. Gairahnya ikut menggila, apalagi saat bibir Keyland mulai menyentuh inti bawahnya dengan begitu lihat. Dia menjerit, dengan tubuhnya yang menggelepar oleh pelepasan awal yang sudah luar biasa.“Kau menyukainya?” Keyland kembali mensejajarkan wajah mereka, menatap intens
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Awal Perpisahan

“Kau tidak perlu pindah dari apartemen ini sesuai ucapanku waktu itu.”Kalimat itu membuat Helena tersenyum tipis tanpa mengubah posisinya yang saat ini bersandar di dada Keyland, dengan tubuh polos mereka sama-sama terendam di dalam busa sabun yang terasa hangat di dalam bathup. Tak perlu ditanya lagi apa yang baru saja mereka lakukan, karena Keyland seperti orang kesetanan yang tidak memberikan waktu bagi Helena untuk beristirahat. Mereka terus mengulang sentuhan kenikmatan, seolah tidak akan pernah bisa melakukannya lagi.“Kau bisa mengganti password pintunya kalau takut aku akan tiba-tiba datang,” bisik Keyland dengan bibir yang mengecup leher Helena.“Oke, aku akan menggantinya nanti agar kamu tidak seenaknya muncul tiba-tiba,” balas Helena dengan jari jemarinya yang terus menjalari lengan Keyland di perutnya.“Hem… kau bisa tetap menyapaku di kantor saat bertemu.” Keyland semakin mengeratkan pelukannya, dengan bibir yang terus berjalan di sepanjang bahu polos Helena.“Dan jangan
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Kerinduan Tak Terucap

Beberapa hari ini Helena kembali menjalani kehidupan normal seperti dulu, pagi pergi bekerja dan sore menemani Vian di rumah sakit. Sesekali dia ikut menemani Vian terapi, hingga pria itu kini sudah mulai bisa duduk sendiri. Sudah hampir satu minggu juga kehidupan normalnya dilalui tanpa bertemu dengan Keyland, pria itu benar-benar menepati janji untuk tidak mengusiknya. Namun, apakah Helena merasa tenang? nyatanya ada ruang di sudut hatinya yang malah terasa kosong.“Hel, kenapa sih bengong aja?” tanya mbak Nadia yang saat ini duduk di hadapan Helena, mereka sedang makan siang di kantin perusahaan.“Nggak kok, itu perasaan Mbak Nadia aja,” balas Helena dengan senyum tipis.“Terus itu nasi mau diaduk sampai jadi apa, hem?”Refleks Helena menurunkan tatapan ke arah piring miliknya. Benar saja, nasinya sudah tampak mengenaskan bercampur dengan lauk. Dia menghela nafas panjang sembari meletakkan sendok, berganti meraih capucino dingin dan menyesapnya.“Eh, sejak pulang liburan kok aku ng
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status