Semua Bab Mutiara Untuk Abang: Bab 41 - Bab 50

90 Bab

Bab 41 Cerita Mutiara

Dada Mutiara rasanya seperti akan meledak ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir Motaz. Jantungnya memacu bekerja terlalu cepat hingga mengalirkan darah membawa hawa panas ke seluruh tubuhnya. Hanya dalam waktu singkat, dahinya sudah dihiasi bulir-bulir keringat akibat aktifitas panas itu.Motaz piawai sekali dalam hal berciuman, batinnya. Caranya mengecup dan juga caranya memprovokasi pada akhirnya mengajarkan pada Mutiara bagaimana caranya menyambut.Tangan Motaz pun tak kalah profesional dalam hal membelai. Tangan yang tadinya berada di pipi Mutiara segera berpindah melingkar di sekitar bahu, lalu perlahan turun meremas lembut pinggang Mutiara.Tangan satunya tak ingin berdiam begitu saja. Setelah ibu jarinya mengusap lembut tepian bibir Mutiara, tangan itu segera berpindah ke tengkuk demi memperdalam ciuman mereka.Ciuman yang tidak terburu-buru. Sama sekali tidak. Hanya saja merepresentasikan bagaimana perasasan mereka masing-masing selama ini hingga terkesan demikian.Hati mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya

Bab 42 Siapa Dia

Motaz tak benar-benar tidur sampai memastikan bahwa Mutiara sudah terlelap lebih dulu. Pria itu sedang berusaha keras menahan kantuk yang sebenarnya sedang mengeroyoki dirinya tanpa ampun. Malam itu adalah malam pertama mereka tidur di atas ranjang yang sama. Motaz ingin melihat dari dekat dan menikmati wajah yang baru saja mengungkapkan perasaannya dengan berani. Motaz merasa semakin ciut dan pengecut karena tak bisa dengan begitu gagahnya mengungkapkan cinta. Mmm, itu karena Motaz belum benar-benar yakin bahwa itu cinta. Suara napas Mutiara mulai teratur, wanita itu tidur miring menghadap Motaz masih lengkap dengan hijabnya. Setelan baju piyama panjang dengan hijabnya. Mungkin Mutiara pun merasa bahwa dirinya belum siap hingga perempuan itu masih enggan melepas hijabnya bahkan untuk suaminya sendiri. Motaz menekuni wajah ayu nan manis itu. Hidungnya tegak dengan proporsi yang pas, kalau kata orang jawa bilang, 'irunge mbangir'. Kulitnya sawo matang dengan sentuhan titik tahi la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-15
Baca selengkapnya

Bab 43 Sayangnya Motaz

Pagi itu Motaz menunjukkan sisi yang tak pernah dilihat sama sekali oleh Mutiara. Sisi lembut kekanakan yang hanya terlihat saat Motaz menghadapi anak kecil? Pantas pria itu mengambil studi kedokteran anak. Sayang sekali. Sayang sekali Mutiara tidak pernah memiliki kesempatan untuk melihatnya. Sayang sekali, Motaz tidak bisa merealisasikan mimpinya itu. Motaz bisa begitu menyatu dengan anak kecil, bahkan hanya lewat video call. Motaz tak kehabisan bahan membicarakan apa yang anak-anak sukai. Mutiara terkagum-kagum di tempatnya dan matanya yang tak ingin teralihkan oleh apapun karena pemandangan mengagumkan itu. Sosok yang lembut kepada perempuan ternyata memiliki sisi lainnya pada anak kecil. Mutiara benar-benar beruntung. Bolehkan? Bolehkah jika Mutiara akan bersama pria ini untuk selamanya. Bibirnya melengkungkan senyum sembari bersemoga di dalam hatinya, semoga ia mampu membawa hati ini condong kepada apa yang sudah ditetapkan untuknya. Yakni Motaz. Semoga Tuhan mengijinkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-18
Baca selengkapnya

Bab 44 Rara Vs Mutiara

Di dalam sebuah kamar bernuansa merah-merah, lenguhan bersahut-sahutan menjadi latar bunyi di ruangan itu. Aktivitas panas tengah berlangsung dengan gairah liar antara dua manusia berlainan jenis yang entah dalam hubungan apa.Cahaya kamar remang-remang serta aroma feminis bercampur feromon menguar menyengat yang indra penciuman. Perlahan-lahan, lenguhan berganti desahan lantas berganti erangan keras yang menjadi akhir dari aktifitas itu.Ponsel salah satu dari mereka berdenting tak henti-henti. Beberapa banyak pesan yang masuk segera membuat mood si perempuan terjun bebas tetapi tetap tak sabar ingin tahu apa isinya."Foto apaan ini? Burem semua! Dasar nggak becus kerja! Tapi.. pake krudung. Jadi bener yang diomongin Tika kemarin." Ucapnya dengan perubahan nada kesal menjadi sedikit memiliki petunjuk.Perempuan itu adalah Rara. Satu tangannya memegang ponsel sedang satu tangan lainnya menahan selimut yang saat ini menutupi uriannya. Tubuhnya polos sebab baru saja selesai aktifitas pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-18
Baca selengkapnya

Bab 45 Rara Vs Mutiara (2)

Beberapa menit sebelumnya."Muti.." Panggilnya seraya mengetuk pintu kamar Mutiara. Mereka memang sudah seranjang, tetapi belum sempat memindahkan barang-barang milik Mutiara ke kamar Motaz. Itu hanya alasan lain, alasan utamanya karena keduanya masih sama-sama canggung jika harus saling lihat tubuh masing-masing. Seperti beberapa hari yang lalu yang membuat Mutiara masih belum siap sampai sekarang membuka hijabnya di hadapan sang suami."Ya?" Seru Mutiara dari dalam kemudian membuka pintu."Aku harus flight ke Bali. Ada yang harus aku selesaikan di sana dan harus ke sana. Siang ini. Kamu nggak apa-apa 'kan?""Ya.. Tentu saja, aku sudah terbiasa sendiri. Kamu hati-hati, aku nggak bisa antar karena.." Mutiara mengetuk jam tangannya. Jawaban Mutiara terlalu santai bagi Motaz untuk seorang istri yang akan ditinggal suaminya keluar kota.Motaz tercengang ditempatnya karena jawaban yang sama sekali tidak disangkakan olehnya itu. Ia pikir Mutiara akan sedikit bersedih, atau paling tidak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-19
Baca selengkapnya

Bab 46 Sedikit Goyah

Mungkin.. Mungkin kalau hanya sekedar huru-hara, bukan lagi sesuatu yang mengagetkan bagi Mutiara. Jika hanya gunjingan tentang dirinya dan kehidupannya, Mutiara sudah kenyang. Seluruh kehidupannya sudah dipenuhi dengan 'kata orang' dan omongan orang atas dirinya dan keluarga. Mutiara sudah kenyang dan ia sudah terbiasa dengan itu. Dia sudah pernah melewati huru-hara yang terburuk dan yang paling buruk sekalipun. Dia sudah pernah mendapat fitnah bahkan yang paling keji sekalipun. Lalu apa? Fitnah dan gunjingan itu tidak mengurangi apapun dari hidupnya sedikitpun kecuali menambah pelajaran hidup dan hikmah dari sana. Sebab itulah, Mutiara merasa belum pernah merasakan kehidupannya tenang dan damai. Dan dia sedang dalam perjalanan mencari kehidupan 'damai dan tenang' itu. Entah bersama Motaz atau tidak. Tapi, ia berharap begitu. Mutiara baru saja menyelesaikan sesi praktek dan konsultasinya hari itu yang ditemani Sita juga Angga sebagai asisten. Berjalan santai seperti biasa menu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

Bab 47 Badai Pasti Berlalu?

Mutiara menumpukan sikunya pada meja kerja dengan kedua telapak tangan menutup wajah. Semua berita sudah habis ia tonton. Dari berbagai diksi sang pembawa berita itu hampir semua isinya menyudutkan dirinya. Inilah kenyataan di negeri ini. Sedikitnya pelajaran soal tabayyun. Hanya sekedar pencari berita yang mengahrapkan sebuah rating tinggi diberi sedikit bumbu hiperbola yang menyuguhkan sesuatu yang mengenyangkan dan apa yang disukai penontonnya. Mutiara terisak. Ia sudah menahan diri, tapi tetap mengalir ternyata. Ponselnya sudah berdering sejak tadi, tetapi diabaikan olehnya. Dea terus-menerus menghubungi dan Mutiara bergeming. Hatinya sakit sekali. Dan yang paling membuatnya sakit kali ini, tidak ada Motaz yang menemani. Mungkin, Mutiara sudah merasa aman ketika bersama Motaz, mungkin karena kata-kata lelaki itu bahwa ia sudah tidak sendirian lagi sehingga itu yang membuat tanpa sadar Mutiara mengandalkan Motaz. --- Motaz baru saja tiba di bandara Ngurah Rai, Bali. Ponselnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-23
Baca selengkapnya

Bab 48 Berantakan

Mutiara termenung di ruangannya dengan ponsel masih menempel di telinga. Ia baru saja mendengar ucapan Motaz yang begitu menggetarkan hatinya dan membuat bulu kuduknya meremang saat itu juga.Dirinya kesulitan mencari kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang sekarang tengah dirasakannya. Kenapa ia begitu merasa berat dengan berita itu padahal harusnya ia sudah terbiasa?Mengapa ia merasa sesak seolah ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya?Mengapa ia merasa hampa dengan semuanya pagi ini?Namun, Motaz menjawab itu semua hanya dengan tiga kata. Dan sekarang Mutiara mengerti."I miss you too.." Lirihnya.Setelah itu, tangisnya kembali pecah sampai suara isak tangisnya memantul di seluruh ruangan itu.Benar sekali. Di antara tangisnya Mutiara mengangguk sepakat bahwa dirinya memang sedang merindukan laki-laki yang tanpa sadar telah memberinya kenyamanan dan rasa aman itu."Padahal baru beberapa jam tapi rasanya sudah sekangen ini..." Katanya sambil membasuh muka di toilet di ruan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-27
Baca selengkapnya

Bab 49 Press Conference (Lagi)

Benar kata Motaz, kru media berbondong-bondong mendatangi kediaman mereka, duduk di sepanjang tepian pagar sambil berbincang dan sesekali melongok ke arah rumah mereka. Mutiara sengaja menuju ke rumah itu, ia penasaran dan tadinya ingin mencoba menghadapi. Ia berhenti cukup jauh dari rumahnya melihat pemandangan kerumunan orang dengan kamera itu. Ia pikir ia akan mampu. Nyatanya, melihat kerumunan orang dengan segala jenis kamera yang digenggaman itu seketika membuat mental Mutiara amblas.Anjlok ke titik paling rendah rasanya.Mutiara yang memakai mobil milik Prof. Ardi segera memutar arah menuju kediaman pribadi miliknya sendiri. Sebuah rumah di tengah-tengah komplek yang sederhana tetapi nyaman.Rumah yang dibeli dengan hasil keringat, perjuangan dan tabungan selama di Jerman.Mutiara menghela napas lega ketika ia telah sampai di rumah itu. Menghela lega tetapi dengan perasaan kalut. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang, Mutiara kepikiran neneknya.Jika berita itu sampai terd
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-01
Baca selengkapnya

Bab 50 Ciuman Selamat Datang

Pak Anggara sengaja memakai sisi kiri lobi rumah sakit yang kosong untuk menggelar press conference tersebut.Selain memang tempat itu biasa digunakan oleh para artis untuk menggelar press conference saat kelahiran bayi mereka. Juga beliau akan mengambil kesempatan itu justru untuk mempromosikan rumah sakitnya.Terdengar jahat sebab memanfaatkan situasi? Tidak..Karena apa yang terjadi belakangan ini hanya fitnah receh yang mampir di keluarga beliau.Dalam press conference itu, ada beberapa hal yang harus beliau luruskan dan menurutnya Motaz dan Mutiara tidak perlu terlibat akan hal ini.Karena ini menyangkut Nicholas, anak bungsunya."Terima kasih teman-teman wartawan dan kru yang telah menyempatkan untuk datang ke sini.. Saya berterima kasih karena semangat kalian ingin mengetahui bagaimana cerita keluarga saya." Pak Anggara mengerling pada istrinya, Ibu Katherine mengangguk samar dengan wajah datar."Seperti yang kalian ketahui, anak bungsu saya, mendiang Nicholas Putra Anggara yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status