Home / Rumah Tangga / Mutiara Untuk Abang / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mutiara Untuk Abang: Chapter 21 - Chapter 30

90 Chapters

Bab 21 Mencoba Memahami

Mutiara seharusnya tidak perlu merasa sekecewa itu hanya karena tawarannya untuk memasak ditolak. Bukankah seharusnya ia merasa senang karena terbebas dari sebuah rutinitas yang mungkin akan menyiksanya itu. Berpura-pura menjadi istri yang berbakti disaat kondisi pernikahan itu begitu mengguncang batinnya adalah sebuah perbuatan yang menyiksa. Mutiara melangkah cepat-cepat menuju kamarnya yang di lantai dua rumah Motaz itu. Melangkah sampai tak memperhatikan bahwa tasnya yang terselempang dibahu berayun menyenggol botol parfum yang ada di atas meja. PRANGGGG!!! "Aaa.." Mutiara berteriak kencang. Mutiara menatap kosong botol parfum yang pecah dan isinya meluber kemana-mana itu. Tubuhnya bergerak reflek, berjongkok lantas memunguti pecahan kaca itu dengan tangan kosong. Bolehkah sekali ini saja ia mengulangi apa yang ia lakukan dulu? Melarikan diri. Bolehkah ia mengulanginya lagi? Mutiara rasa hidup dengan kepura-puraan ini begitu menyiksanya. Ia mungkin tak akan sanggup menjala
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Bab 22 Cemas

Senyapnya malam itu ternyata mampu menusuk relung hati Mutiara semakin dalam. Selepas menutup semua jendela dan tirai rapat-rapat, Mutiara bergelung di atas ranjang, meringkuk memeluk lututnya. Dingin sekali. Bukan udaranya, tetapi di dalam dirinya terasa sangat dingin. Setelah percakapan malam itu, Mutiara justru semakin menanamkan di dalam dirinya bahwa ia sedang dan masih dalam membalas budi. Motaz mepertegasnya walau tak langsung. Utangnya semakin bertumbuh subur kini karena tinggal seatap dengan Motaz. Juga keinginan untuk tak hidup gratis membuat Mutiara bertekad melakukan apa saja di rumah itu, sebelum... Sebuah pemikiran untuk pergi dari rumah itu melintas di pikiran Mutiara.Mutiara membersihkan rumah, memasak menyiapkan sarapan atau makan malam meski tak pernah makan bersama. Mutiara selalu membawa makanannya ke kamar. Menikmati sambil menatap keluar jendela. Mutiara melakukan semua itu untuk dirinya sendiri. Agar ia tak terlalu terbebani dengan hidup di bawah atap mili
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Bab 23 Bubur Ayam

'Rasanya sama. Perasaan sakit saat melihat ia terbaring seperti ini sama dengan saat melihat Muti terbaring di rumah sakit karena kelakuan bedebah itu. Melihatmu selalu mengingatkanku pada Muti. Melihatnya terbaring seperti ini seperti diriku yang dulu saat melihat Muti terluka.'Motaz menatap lama tangan Mutiara yang ditusuk jarum infus. Menjaga orang yang sedang sakit seharusnya bukan sesuatu yang sulit. Motaz sudah lebih dari berpengalaman bertahun-tahun mendampingi adiknya.Namun, pengalaman ternyata bisa lenyap begitu saja saat ia menghadapi Mutiara. Kepalanya terasa kosong tiba-tiba dan ia tak bisa memikirkan apapun. Kepanikan dan kekhawatiran sibuk meliputi sampai ia tak bisa berpikir jernih."Sudah hampir pagi," Motaz melirik jam tangannya, sudah hampir jam lima.Matanya tak mampu terpejam meski tubuhnya menggerutu meminta hak istirahat sejak semalam."Aku pergi ke mushola sebentar.." Pamitnya pada Mutiara yang masih terpejam.Setelah melaksanakan sholat dua rakaat, Motaz kemba
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Bab 24 Mungkin Berbeda

Tubuh Mutiara terasa ringan setelah tidur beberapa jam. Pagi itu setelah membersihkan diri dan membuka semua tirai dan jendela, Mutiara merebehkan badannya di atas ranjang. Mengisi daya ponselnya dan menunggu lalu tak terasa matanya memejam dengan sendirinya. Selama ini, tidurnya hampir tak pernah nyenyak karena selalu dibayang-bayangi wajah mendiang Nicho. Pun saat mampu terlelap, Nicho selalu datang di dalam mimpinya. Rindu yang mendalam itu nyatanya justru membuatnya tak nyaman. Mutiara berusaha terus menegakkan kepala di depan semua orang, tapi selalu tak mudah baginya ketika sendirian. Dan tidur pagi itu, ia seolah membayar semua lelah, letih dan mengurai semua sesak di dada. "Jam 10.." Gumam Mutiara. Ketika ia teringat ia berada di mana dan mengingat Motaz yang telah menjaganya semalaman, Mutiara tersentak bangun. Tiba-tiba ingin tahu apa kegiatan laki-laki itu.Walaupun sebenarnya ia tahu mustahil bisa bertemu Motaz. Laki-laki itu pasti sudah berangkat kerja sejak ta
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Bab 25 Awal Baik

Motaz memasuki garasi rumahnya saat jam di tangannya menunjukkan pukul 18.30. Sedangkan reservasi yang ia buat hanya sisa setengah jam lagi. Salahnya memang, pulang terlalu mepet waktu disaat jalanan sedang parah-parahnya kemacetan. Membuka dan menutup pintu mobil dengan kilat dan melangkah lebar-lebar masuk ke dalam rumah. "Mutiara.." Serunya tanpa canggung. Terdengar seperti hubungan mereka sudah sangat akrab. Motaz melirik jam tangannya sembari menunggu di ujung tangga. Mutiara muncul di ujung tangga lainnya dengan pakaian yang lain dari biasanya. Selalunya Mutiara menggunakan celana panjang bahan dipadu padankan dengan blouse atau tunik dan hijab warna senada. Namun kali ini, meski tetap kasual Mutiara mengenakan outer tunik panjang bermotif serta rok plisket panjang warna cokelat muda dengan dalaman kaos polos berwarna putih. Hijab pashmina warna senada menambah aura kecerdasan dan keanggunan Mutiara menguar kemana-mana. Motaz hampir saja menganga membuka mulutnya seandainy
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Bab 26 Membuat Semua Tak Nyaman

Semburat fajar mulai muncul memayungi seluruh ufuk timur. Mutiara menggeliat bangun dari tidur nyenyaknya, bersiap melaksanakan sembahyang dua rakaat.Rutinitas di kamar mandinya tidak terlalu lama, 10 tahun tinggal di Jerman mengubah kebiasaan mandi Mutiara. Tidak seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya yang 'harus' mandi dua kali sehari. Mutiara telah terbiasa mandi hanya sekali dan itu saat menjelang waktu tidurnya.Mutiara bahkan sering melewatkan agenda mandinya saat di Jerman saat musim dingin tiba. Meski fasilitas air panas lancar, tetapi karena merasa badan tak mengeluarkan keringat maka kewajiban mandi itu lama kelamaan hilang.Dua rakaat telah ditunaikan. Tak lupa memanjatkan doa yang panjang, untuk dirinya sendiri, untuk Mbah Uti, untuk Nicho juga meminta petunjuk tentang pernikahannya yang telah berjalan lewat empat bulan ini.Mutiara masih belum mendapatkan hikmah dari pernikahan itu. Masih tak tau tujuan apa yang ingin sama-sama dicapai bersama Motaz melalui pernikaha
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Bab 27 Kasak-kusuk

Ternyata prakiraan memang selalu hanya prakiraan, tidak selalunya benar. Karena setiap kejadian pasti sudah diaturkan oleh Tuhan. Kalau Tuhan tidak berkehendak turun hujan, mustahil akan turun hujan meski prakiraan cuaca mengatakan demikian. Termasuk siang itu yang tidak jadi turun hujan. Panas malah. Sepanas hati Mutiara. Entahlah, perasaan apa yang sedang dirasakannya itu. Melihat Motaz bersama Rara membuatnya badmood seketika. Mendengar gosip tentang Rara dan Motaz membuat dirinya kesal seharian itu. "Nih.. Pasien kamu!" Sentak Mia begitu melihat Mutiara di stasiun perawat. "Makasih." Jawab Mutiara singkat. Malas sekali mencari ribut dengan si mak lampir-nya departemen bedah saraf itu. Mutiara baru saja selesai praktek hari itu. Mengecek beberapa rekam medis pasien yang tergolong darurat sebentar di stasiun perawat dan akan menunggu jam pulangnya di ruang residen. "Makaksih doang!" Dengus Mia. "Enak banget kamu ini, habis liburan seminggu langsung sakit sok-sokan sakit. Kala
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Bab 28 Rara Bertingkah

"Ayah tidak bisa kesana, bantu ayah mengawasi perkembangan pembangunan itu. Tidak perlu datang kesana langsung. Kamu hanya perlu monitoring melalui asisten ayah yang ada di sana. Pak Juna sedang giat-giatnya bekerja. Kamu tahu 'kan maksud ayah?" Kata Pak Anggara suatu hari. Mereka bertukar kata lewat telepon seperti biasanya. Karena Motaz memang jarang sekali berkunjung ke rumah orang tuanya. "Motaz ngerti. Ayah istirahat saja." Bagi Motaz melakukan suatu hal ataupun berkorban untuk orang yang disayanginya adalah hal biasa baginya dan memang selalu begitu. Bisa dibilang itu memang hidupnya. Dengan bahasa kasarnya, kehidupan pribadinya hilang meski belum sepenuhnya bersama orang masa lalunya. Separuh gairah hidupnya hilang, kesempatan yang selama ini dinanti dan harapan itu masih terajut walau semakin terasa hampa. Namun, Motaz merasakan suatu hal berbeda kini. Perasaan tidak rela karena orang yang disayangi disakiti bagi orang lain mungkin wajar. Tetapi Motaz merasakan itu pada
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Bab 29 Makan Malam Runyam

Motaz memang sangat sibuk, tapi bukan karena bercengkerama dengan Rara seperti yang disangkakan Mutiara. Dirinya bahkan tidak tahu dan belum mendengar gosip yang akhir-akhir ini membicarakannya. Pembangunan rumah sakit di Bali sungguh menyita perhatian dan waktunya.Motaz bekerja lebih larut dari biasanya. Menindaklanjuti pengawasan kinerja pada Dokter Mia, Dokter Juna dan istrinya membuat Motaz sering menghabiskan waktu di kantornya bersama Pras.Dari review ke review, riwayat pekerjaan, sekolah dan masih banyak lagi, semua Pras cari."Dokter Mia memang selalu terlibat masalah, tapi kamu tau sendiri pengaruh orang tuanya yang kuat sekali. Makanya dia selalu bisa lolos.""Apa hubungan keluarga mereka baik?" Tanya Motaz memangku dagunya.Pras mengendikkan bahunya."Jika dilihat dari kasus-kasus ini sebelumnya, sepertinya Pak Juna dan istrinya hanya tidak ingin karirnya terganggu karena masalah-masalah yang Mia timbulkan. Makanya mereka selalu menggelontorkan banyak uang untuk menutupi
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Bab 30 Bubur Ayam Lagi

Malam itu meski ia tak sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi dan apa yang sedang dibicarakan Mutiara, tetapi ia mengerti satu hal. Tatapan mata Mutiara malam ini sama dengan tatapan matanya beberapa hari lalu ketika mereka berpapasan. Motaz terpancing, tetapi ia tersadar bahwa Mutiara sedang akan mengeluarkan seluruh amarah yang terpendam. Tak apa. Wanita ini sudah banyak memendam perasaannya sejak Nicho meninggal. "Mutiara!!" Bentak Motaz karena Mutiara semakin asal."Kamu bebas melakukan apapun! Kamu laki-laki jadi lakukan semaumu, tapi jangan saat bersamaku. Lepaskan pernikahan ini dulu." Nada Mutiara tak kalah tinggi dan tegas. Lantas berdiri menyentak ingin meninggalkan meja itu.Motaz menghela napas kasar. Menarik tangan Mutiara dengan keras agar wanita itu berhenti melangkah dan menatapnya. "Ada apa denganmu? Apa maksudmu aku bebas melakukan apapun? Apa maksudnya melakukan 'itu' di atas pernikahan kita. Kamu membicarakan apa sebenarnya?" Motaz menurunkan nada bicara
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more
PREV
123456
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status