Home / Pernikahan / Istri Sementara untuk Kakak Ipar / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 291 - Chapter 300

347 Chapters

BAB 291

“Bagaimana pertemuan mu dengan Althea tadi?” tanya Violet yang merasa penasaran. Reiner yang tengah membuka kancing kemejanya, baru saja pulang dari kantor hanya bisa sejenak mengabaikan pertanyaan itu. Tidak nyaman berbicara dengan keadaan sibuk, dia akan menyelesaikan itu dulu, baru bisa bicara dengan tenang nantinya. “Kenapa kau diam saja?” tanya lagi Violet yang semakin penasaran. “Apa terjadi sesuatu yang buruk di luar kendali?” Reiner menoleh, menatap wajah Violet dengan tatapan kesal. “Apa kau sedang mengkhawatirkan Abigail sekarang, Violet?” Violet menghela nafasnya, tentu dia mencemaskan semua orang yang bersangkutan tentunya. “Apa khawatir juga tidak boleh?” Violet membuang pandangannya. Reiner memasukkan pakaiannya ke k
Read more

BAB 292

Pagi itu, suasana di meja makan apartemen mereka terasa begitu tenang. Violet dan Reiner tengah menikmati sarapan yang terdiri dari sandwich yang baru saja Violet buat. Mereka terlihat menikmati sarapan sambil sesekali mengobrol ringan, terutama tentang perkembangan bisnis. Setelah selesai menyantap sarapan, mereka duduk sejenak sambil menikmati secangkir kopi. Reiner lalu mengambil kesempatan untuk mengangkat topik yang sejak lama mengganjal di hatinya. “Violet, mungkin sudah saatnya kita mulai memikirkan soal anak,” ucap Reiner dengan lembut. Pembahasan ini sangat penting, Reiner tahu kalau soal anak itu akan sensitif. Violet terlihat terkejut dan jelas keberatan dengan topik yang dibawa suaminya itu. “Presdir Reiner, kau tahu aku belum siap untuk itu. Bahkan, aku sama sekali tidak memiliki keinginan untuk memiliki anak de
Read more

BAB 293

Violet terbangun dengan perasaan pusing yang luar biasa, tubuhnya terasa lemas dan nyeri. Rasa panas menjalar dari hidung, bibir, hingga kelopak matanya. Tidak bisa dipungkiri lagi, dia sedang demam. Namun, Violet merasa begitu lelah dan tidak berdaya untuk bangun dari tempat tidur, bahkan untuk mengambil kain basah yang biasa digunakan untuk mengompres dahinya. “Jam 7 malam, bagusnya memang aku tidur saja lagi.” ujar Violet. Dalam keadaan setengah sadar, Violet memutuskan untuk tetap berbaring di tempat tidur, berharap dengan cukup beristirahat, demamnya akan reda dengan sendirinya. Dia menarik selimut tebal dan mencoba menutup matanya kembali, berusaha meredakan rasa pusing yang menyiksa. Sementara itu, Reiner pulang ke apartemen setelah seharian bekerja. Begitu membuka pintu, dia langsung merasakan aura yang berbeda. Suasana apartemen teras
Read more

BAB 294

Matahari pagi baru saja menyinari kamar apartemen, memberi tahu bahwa pagi telah berlalu, siang sudah akan tiba. “Jam berapa, sih?” tanya Violet seorang diri. Violet merasa malas untuk bangun, namun ia teringat bahwa Reiner sudah pergi bekerja sekitar satu jam yang lalu. Ponselnya berdering, mengingatkannya bahwa Reiner telah mengirimkan pesan-pesan untuk menjaga diri, banyak istirahat, dan meminum obat. “Orang ini apa sengaja sok perhatian padaku supaya aku sedikit luluh?” gumamnya sebal. Violet menghela napas, merasa tidak ingin berdebat dengan Reiner dan memutuskan untuk bangun dari ranjangnya. Dengan perlahan, Violet mengusap matanya yang masih mengantuk dan berjalan keluar dari kamarnya. Sesampainya di meja dapur, dia terkejut melihat meja yang telah disiapkan dengan penuh makanan lezat. Tampaknya Reiner t
Read more

BAB 295

Lelehan air mata mengalir deras dari sepasang mata Violet.Tangannya yang gemetaran mulai terulur ingin meraih kain penutup yang menutupi seseorang yang sudah tak lagi bernyawa. Begitu sampai di rumah sakit, petugas langsung mengantarkan Violet ke kamar mayat, didampingi juga oleh pihak berwajib. Violet terisak-isak sedih, hatinya bergetar hebat karena ketakutan.“Tidak, tidak mungkin Reiner, kan? Tidak, aku mohon...” Pikirannya terus menerka-nerka, apakah benar pria yang sudah tak lagi bernyawa itu adalah Reiner. Kepalanya tak lagi berbentuk karena terlindas ban truk, membuat Violet semakin takut untuk melihat lebih jauh. Begitu membuka penutup itu, hati Violet serasa hancur.“Bukan, pasti bukan Reiner...,” isaknya, tak kuasa menahan rasa sakit yang menyayat hatinya. Wajah pria yang selama ini selalu mengganggu perasaannya, kini tak lagi bisa dilihat. Violet merasa tubuhnya lemas, lututnya gemeta
Read more

BAB 296

“Kenapa kau sangat terobsesi untuk memiliki anak, apa kau pikir hamil adalah hal yang mudah?” protes Violet. Mendengar itu, Reiner pun tersenyum. “Tentu saja aku tahu, hamil memang bukan hal yang mudah. Tapi, meski tidak bisa ikut merasakan hamil, aku kan bisa membantumu dengan memenuhi harapanmu saat hamil, kan?” Mendengar ucapan Reiner, Violet pun tersenyum karena dia merasa begitu tertarik. “Jadi, kalau aku bisa hamil, artinya semua yang aku inginkan akan kau penuhi tanpa terkecuali?” Violet ingin memastikan lagi. Reiner dengan seksama memperhatikan cara violet tersenyum, jelas ada begitu banyak maksud terselubung dibalik senyum itu. Pada akhirnya, Reiner seperti bisa mengendus sesuatu yang ada di dalam pikiran Violet. “Jangan pikir saat kau hamil, lalu meminta bercerai atau sesuatu yang menjurus kepada perpisahan, maka itu tidak akan pernah aku kabulkan!” tegasnya.
Read more

BAB 297

Violet menatap Reiner dengan tatapan yang dalam, memancarkan rasa penasaran yang mendalam. “Kenapa kau terus menolak Althea, seorang gadis secantik dan sebaik dia, kenapa kau tidak menginginkannya?” tanya Violet, mencoba mengetahui alasan di balik sikap Reiner. Reiner menatap Violet, lalu tersenyum tipis. “Karena Althea bukan kau, Violet,” jawabnya dengan jujur. Tatapan mata Reiner yang mengisyaratkan kejujuran itu membuat Violet terdiam. Mendengar jawaban itu pun, Violet merasa tersentuh namun berusaha keras untuk tidak menunjukkan perasaannya. Dia masih merasa kesal pada Reiner karena sikapnya di masa lalu, namun perubahan yang terjadi pada Reiner belakangan ini membuat hati Violet semakin goyah. “Ada banyak wanita di luar sana yang lebih baik dariku, yang memiliki latar belakang bagus dan sempurna, presdir Reiner. Kenapa kau terus memaksaku untuk bersamamu, bahkan di luaran
Read more

BAB 298

Violet dan Reiner tengah berada dalam genggaman hasrat yang menggebu-gebu di atas ranjang mereka. Kulit mereka bersentuhan, saling merasakan detak jantung dan nafas yang tersengal-sengal. Kini, Violet tak lagi menundukkan wajahnya dalam rasa malu seperti sebelumnya. Ia menatap mata Reiner dengan penuh kepercayaan, seolah menyerahkan diri sepenuhnya kepada pria yang dicintainya itu. Saat itu, perasaan panas yang membara antara mereka terus bergulir, saling memadu dan menyatu dalam satu irama. Tak ada kata yang terucap, hanya suara desahan dan bisikan lembut yang mengisi ruang. Tangan Violet terjalin erat di belakang leher Reiner, menunjukkan keteguhan hatinya untuk melanjutkan perjalanan ini bersama. Mereka berdua terus berusaha mencapai puncak kebahagiaan yang mereka dambakan, tanpa mengindahkan waktu yang terus berlalu. Dan akhirnya
Read more

BAB 299

Reiner tersenyum miring, tatapan matanya jelas terarahkan hanya kepada Violet seseorang. Apa yang diinginkan oleh Violet sebenarnya adalah hal yang lumrah saja. Tapi, entah apa yang ada di dalam kepala wanita itu hingga meminta permintaan yang bahkan tanpa dia mengatakannya, Reiner jelas akan melakukan itu. “Kenapa reaksimu seperti itu?” tanya Violet keheranan. Menatap dengan bingung, Violet masih menunggu bagaimana tanggapan dari Reiner untuk apa yang dia ucapkan sebelumnya. Rainer menegakkan posisi duduknya, menatap violet dengan tatapan yang serius lalu berkata, “Apa kau pikir aku tidak memiliki empati sama sekali? Juga, angan-anganmu yang sampai sejauh itu aku sendiri sudah tidak bisa menyelamatkannya. Masalah perceraian karena masa depan kita sendiri juga tidak tahu, aku akan memakluminya.” Violet masih terus menatap Reiner, tidak terlalu paham apa makna dari ucapan Rein
Read more

BAB 300

Aruna duduk dengan cemas di kursi ruang tunggu dokter kandungan. “Duh, tumben lama sekali, ya...” gumam Aruna. Ibunya duduk di sampingnya, sementara ayahnya berdiri, mengecek ponselnya. “Sabar, nak. Mungkin Sebentar lagi,” ujar Ibunya Aruna. Tiba-tiba, nama Aruna dipanggil oleh suster. Ketiganya pun masuk ke ruang pemeriksaan. Dokter yang ramah dan perhatian menjelaskan satu persatu tentang bagian tubuh janin yang ada di dalam perut Aruna. Dengan lembut, ia menyampaikan bahwa tidak ada kecacatan fisik pada janin dan ukuran serta beratnya juga dalam keadaan normal. Aruna dan orang tuanya menarik napas lega.“Terima kasih, Dokter,” ucap Aruna dengan tulus. Setelah selesai pemeriksaan, mereka memutuskan untuk makan siang bersama di sebuah restoran terdekat.
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
35
DMCA.com Protection Status