Home / Romansa / Puber Kedua Pak Suami / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Puber Kedua Pak Suami: Chapter 71 - Chapter 80

106 Chapters

71. Menghadiri Acara Gilang

Hanum terdiam. Hatinya kini terasa campur aduk. Entah dia harus bicara apa pada pria, yang kini sudah berubah statusnya menjadi mantan suami. Meski sakit hati, tapi Hanum ingin menghormati Andi karena bagaimana pun pria itu adalah ayah dari ketiga anaknya.“Mas, untuk saat ini aku belum bisa menjawab permintaan kamu itu. Aku masih harus menata hatiku dulu dan itu entah untuk berapa lama. Luka yang kamu torehkan di hatiku cukup dalam, Mas. Jadi perlu waktu untuk menyembuhkannya, dan menjawab permintaan kamu itu. Maaf, kalau saat ini aku belum bisa kasih jawaban. Tapi, yang pasti kita akan tetap bisa bersilaturahmi. Kita tetap bisa saling komunikasi, tapi sebatas kepentingan anak-anak kita,” sahut Hanum dengan suara pelan.Andi menganggukkan kepalanya. Dia sangat paham dengan penuturan Hanum. Dia sadar kalau perbuatannya sudah keterlaluan, dan sangat menyakiti hati wanita yang menjadi ibu dari ketiga anaknya. Mungkin dia terlalu terburu-buru mengutarakan niatnya untuk rujuk. Tapi, itu d
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

72. Acara Syukuran

Gilang menahan tawanya, dan seketika menggeser tubuhnya agar Andi bisa berpindah tempat ke tengah. Hal itu tentu saja membuat Hanum menghentikan langkah.“Lho, Gilang. Kenapa ganti sih posisinya ini?” ucap Hanum dengan mata yang memicing pada anaknya.Gilang baru saja akan menyahut, tapi Andi buru-buru menjawab pertanyaan sang mantan istri.“Aku yang menyuruhnya, Num. Biar kelihatan kita ini seperti keluarga yang harmonis. Mama dan papanya Gilang jalan berdampingan, kan enak dilihat oleh orang lain nanti di gedung itu,” sahut Andi dengan senyuman.Hanum menghela napas panjang, dan akhirnya dia pun mengangguk setuju dengan ucapan Andi. Tanpa berkata lagi, Hanum kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Andi dan Gilang.“Nggak keberatan kan mama kamu, Lang. Tergantung alasannya saja sih sebenarnya,” ucap Andi dengan senyuman.“Iya...percaya deh. Papa kan memang ahlinya cari alasan. Sudah terbukti kan selama ini,” ucap Gilang menyindir papanya. Setelah itu, dia melangkah cepat menyusu
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

73. Cemas

Andi terpaku di tempatnya. Sedangkan Astuti sudah masuk ke dalam rumah ditemani oleh Amelia.“Pa...kok diam saja? Ayo, masuk!” ucap Rafi, yang membuat Andi terkesiap.“Eh, I-iya.” Andi berkata tergagap dan melangkah masuk ke dalam rumah.Setibanya di ruang tengah, Andi melihat Sadewa, Hanum dan Gilang sedang berbincang. Entah apa yang mereka perbincangkan. Sepertinya sangat serius, membuat Andi tergerak untuk bergabung dengan mereka. Toh di sana ada Gilang, anaknya. Jadi dia berhak untuk ikut bergabung bersama dengan anaknya.“Lang,” panggil Andi, yang membuat Gilang mengalihkan tatapan pada sang papa.“Pa...”Gilang melangkah mendekati Andi dan menyalami pria itu.“Papa nggak telat datang kan?” tanya Andi memastikan. Ekor matanya masih tertuju pada Sadewa.“Nggak kok. Tamu undangan belum semuanya datang. Jadi kita masih ngobrol sambil menikmati hidangan yang mama sediakan. Ayo, Papa duduk sini!” sahut Gilang. Dia lantas mengarahkan Andi untuk duduk di sofa. Semenjak Andi menalak Lara
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

74. Foto Bersama

“Kenapa Papa tanya begitu?” sahut Rafi balas bertanya.Andi terdiam. Dia tak sanggup berkata untuk mengutarakan perasaannya pada Rafi. Lidahnya terasa kelu. Lagi pula apakah dia masih pantas mengungkapkan isi hatinya, setelah perbuatannya selama ini yang menyakiti Hanum dan ketiga anaknya? Pikiran itu kini memenuhi benaknya. Kalau dulu dia bebas berbicara pada Rafi, tapi kini ada rasa canggung di hatinya.Sedangkan Rafi yang sebenarnya paham atas pertanyaan sang papa, hanya bisa menghela napas panjang. Dia berkata tadi hanya ingin mendengar langsung dari bibir Andi, mengenai alasannya bertanya seperti itu. Dia tahu kalau kini papanya sangat menyesal, dan ingin kembali dengan mamanya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Dulu ketika berselingkuh, papanya tak peduli pada istri dan anak-anaknya. Bahkan cenderung membela wanita selingkuhannya itu, ketika dia dan kedua adiknya mendatangi Larasati. Kini ketika ada sosok pria lain yang juga ingin mendekati sang mama, papanya merasa seo
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

75. Rencana Sang Ibu

Hanum lantas meninggalkan Andi setelah menyatakan keberatannya. Dia tak menemui mantan suaminya itu lagi, sampai pria itu undur diri. Hanum hanya menemui mantan ibu mertuanya saja, yang kebetulan berpamitan padanya di saat Andi sedang berbincang dengan Rafi dan Gilang.Andi memutar otak di perjalanan pulang, bagaimana bisa ikut serta mengantar Gilang ke Magelang. Menurutnya Hanum hanya mencari alasan saja, agar dia tak ikut mengantar Gilang. Saking larut dalam lamunannya, dia tak mendengar perkataan ibunya. Membuat Astuti geram karena merasa diabaikan oleh anaknya.“Andi! Kamu dengar nggak sih omongan Ibu?” sentak Astuti yang membuat lamunan Andi buyar.“Eh, i-iya. Ibu tadi ngomong apa? Maaf, aku fokus memperhatikan jalan soalnya. Aku kan lagi nyetir mobil. Jadi harus fokus kan, Bu, dari pada nabrak,” sahut Andi beralasan. Padahal dia sedang melamun.“Ibu tadi ngomong, apa kamu serius ada niatan untuk rujuk sama Hanum? Soalnya dari gelagat ibunya Hanum, kalau dia mau jodohin Hanum den
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

76. Ke Magelang

Sawitri yang melihat keterkejutan di wajah Hanum, lantas tersenyum.“Bagaimana, Num? Kamu nggak masalah kan?” tanya Sawitri masih dengan mengulas senyum di bibir.“Apanya yang bagaimana sih, Bu?” sahut Hanum balas bertanya.“Ck, jangan berlagak nggak mengerti sih, Num. Kamu ini bukan anak kemarin sore lagi, lho. Kamu ini sudah berumur kepala empat. Tentu paham dong dengan pertanyaan Ibu barusan,” ucap Sawitri.Hanum menghela napas panjang, dan mengusap wajahnya kasar.“Bu, untuk saat ini aku belum memikirkan soal menikah lagi. Aku ini sedang menata hatiku, karena sudah dibuat hancur oleh Mas Andi. Jadi tolong jangan memaksa. Aku saat ini lebih memilih fokus mengurus anak-anak dan bisnis kulinerku,” sahut Hanum lirih.“Num, siapa sih yang memaksa kamu? Ibu hanya bilang kalau Ibu dan ibunya Sadewa berencana untuk menjodohkan kamu dan Sadewa. Itu karena Sadewa sudah ada hati padamu semenjak lama. Nah, sekarang di saat kalian berstatus single, kami coba untuk mendekatkan. Begitu lho, Num.
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

77. Usaha Andi

Wajah Andi tampak kesal karena dia ditinggal oleh Hanum. Dia usap wajahnya kasar dan menghela napas panjang serta menghembuskannya dengan cukup kencang. Menyiratkan emosi yang tak terbendung lagi.“Ah, aku yang awalnya akan memberi kejutan dengan membawa mobil baru, tapi kini aku yang terkejut,” umpat Andi seorang diri.Andi lalu masuk ke dalam mobil dan menghempaskan tubuhnya di kursi kemudi. Tangannya terkepal dan memukul setir mobil. Beberapa menit lamanya dia meluapkan emosinya dengan memukul setir mobil sambil mengumpat. Hingga akhirnya sebuah ide terlintas di pikirannya.“Nggak! Aku nggak akan menyerah. Gilang adalah anak kandungku, dan aku berhak mendampinginya. Enak saja aku ditinggal. Aku akan buktikan kalau aku ini adalah seorang ayah yang baik dan peduli pada anaknya. Lagi pula aku bertanggung jawab kok pada anak-anakku. Buktinya aku nggak keberatan saat Hanum meminta bagian tujuh puluh lima persen dari gajiku, dengan alasan untuk biaya anak-anak. Jadi nggak bisa lah aku di
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

78. Canggung

Hanum mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Dia memejamkan mata, agar sang ibu tak dapat menangkap jelas kegelisahan hatinya saat ini. Namun, ternyata Sawitri sudah curiga dengan perubahan sikap anaknya, yang telah dia perhatikan dari tadi.“Num, ada apa?” tanya Sawitri. Dia mengguncang pelan lengan Hanum agar anaknya itu membuka kelopak matanya.Hanum hanya menggelengkan kepalanya dengan kelopak mata yang masih terpejam. Dia enggan bercerita pada ibunya, karena pasti nanti ibunya akan emosi apabila tahu Andi mengikuti mereka. Ibunya memang masih kesal pada Andi. Hanum paham dengan perasaan sang ibu, karena tak ada seorang ibu pun yang rela anaknya disakiti. Ulah Andi sebelumnya memang sudah keterlaluan.“Num...”Hanum akhirnya membuka kelopak matanya. Dia menatap sang ibu yang kini memandang dirinya dengan tatapan menyelidik. Dia menghela napas karena merasa bahwa sang ibu sudah tahu apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Hanya saja wanita lanjut usia itu perlu penegasan saja.“Pes
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

79. Rasa Yang Tersisa

Hanum yang melihat mantan suaminya tampak salah tingkah akibat perkataan ibunya, merasa iba juga.“Kalau mau jamaah, cepat ambil wudu! Yang lain sudah pada ambil wudu dan bersiap salat jamaah,” ucap Hanum, yang langsung diangguki oleh Andi.“Ok.” Andi berkata sambil melangkah ke tempat wudu khusus pria.Sedangkan Hanum dan Sawitri melanjutkan langkah memasuki musala.Setelah berwudu, Andi pun bergegas memasuki musala. Di sana dia melihat kedua anak laki-lakinya sedang melaksanakan salat zuhur berjamaah, dan yang menjadi imam adalah Sadewa. Dia seketika menyesal karena datang terlambat, sehingga posisinya sebagai imam digantikan oleh orang lain.‘Biarlah posisiku yang seharusnya menjadi imam untuk salat zuhur kali ini, digantikan oleh Sadewa. Tapi aku berjanji untuk lain kali, aku yang akan mengimami Hanum dan anak-anakku. Aku juga nggak akan membiarkan Sadewa memenangkan hati Hanum. Selama aku masih bernapas, aku akan berusaha mendapatkan hati Hanum kembali. Aku tahu kalau masih ada r
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

80. Adu Argumen

“Nanti siapa yang mau ikut di mobil Papa?” tanya Andi di sela acara makan siang.“Aku ikut, Pa.” Amelia menyahut sambil mengangkat telunjuknya.Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia senang anak gadisnya cepat memberi tanggapan atas pertanyaannya tadi.Sementara itu, Rafi dan Gilang saling lirik. Mereka tampak ingin menyahut seperti Amelia, tapi tak enak hati dengan Sadewa. Tak elok rasanya mereka berdua pindah mobil saat ini. Terkesan habis manis sepahnya dibuang. Begitu peribahasa yang dua pemuda itu pikir untuk diri Sadewa, andaikan mereka berdua pindah ke mobil sang papa.Rafi lalu diam-diam mengetikkan kalimat di ponselnya, berniat mengirimkan pesan pada Gilang.[Lang, siapa di antara kita yang ikut di mobil papa dan siapa yang tetap di mobil Om Dewa? Kalau kita berdua pindah, nggak enak dong nanti.]Rafi lalu menekan tombol kirim. Dalam sekejap, pesan tersebut sudah masuk di aplikasi pesan milik sang adik. Rafi menyenggol lengan Gilang dan memberi kode padanya agar sege
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status