Home / Romansa / Puber Kedua Pak Suami / 71. Menghadiri Acara Gilang

Share

71. Menghadiri Acara Gilang

Author: Yetti S
last update Last Updated: 2024-02-23 08:13:33

Hanum terdiam. Hatinya kini terasa campur aduk. Entah dia harus bicara apa pada pria, yang kini sudah berubah statusnya menjadi mantan suami. Meski sakit hati, tapi Hanum ingin menghormati Andi karena bagaimana pun pria itu adalah ayah dari ketiga anaknya.

“Mas, untuk saat ini aku belum bisa menjawab permintaan kamu itu. Aku masih harus menata hatiku dulu dan itu entah untuk berapa lama. Luka yang kamu torehkan di hatiku cukup dalam, Mas. Jadi perlu waktu untuk menyembuhkannya, dan menjawab permintaan kamu itu. Maaf, kalau saat ini aku belum bisa kasih jawaban. Tapi, yang pasti kita akan tetap bisa bersilaturahmi. Kita tetap bisa saling komunikasi, tapi sebatas kepentingan anak-anak kita,” sahut Hanum dengan suara pelan.

Andi menganggukkan kepalanya. Dia sangat paham dengan penuturan Hanum. Dia sadar kalau perbuatannya sudah keterlaluan, dan sangat menyakiti hati wanita yang menjadi ibu dari ketiga anaknya. Mungkin dia terlalu terburu-buru mengutarakan niatnya untuk rujuk. Tapi, itu d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Puber Kedua Pak Suami   72. Acara Syukuran

    Gilang menahan tawanya, dan seketika menggeser tubuhnya agar Andi bisa berpindah tempat ke tengah. Hal itu tentu saja membuat Hanum menghentikan langkah.“Lho, Gilang. Kenapa ganti sih posisinya ini?” ucap Hanum dengan mata yang memicing pada anaknya.Gilang baru saja akan menyahut, tapi Andi buru-buru menjawab pertanyaan sang mantan istri.“Aku yang menyuruhnya, Num. Biar kelihatan kita ini seperti keluarga yang harmonis. Mama dan papanya Gilang jalan berdampingan, kan enak dilihat oleh orang lain nanti di gedung itu,” sahut Andi dengan senyuman.Hanum menghela napas panjang, dan akhirnya dia pun mengangguk setuju dengan ucapan Andi. Tanpa berkata lagi, Hanum kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Andi dan Gilang.“Nggak keberatan kan mama kamu, Lang. Tergantung alasannya saja sih sebenarnya,” ucap Andi dengan senyuman.“Iya...percaya deh. Papa kan memang ahlinya cari alasan. Sudah terbukti kan selama ini,” ucap Gilang menyindir papanya. Setelah itu, dia melangkah cepat menyusu

    Last Updated : 2024-02-24
  • Puber Kedua Pak Suami   73. Cemas

    Andi terpaku di tempatnya. Sedangkan Astuti sudah masuk ke dalam rumah ditemani oleh Amelia.“Pa...kok diam saja? Ayo, masuk!” ucap Rafi, yang membuat Andi terkesiap.“Eh, I-iya.” Andi berkata tergagap dan melangkah masuk ke dalam rumah.Setibanya di ruang tengah, Andi melihat Sadewa, Hanum dan Gilang sedang berbincang. Entah apa yang mereka perbincangkan. Sepertinya sangat serius, membuat Andi tergerak untuk bergabung dengan mereka. Toh di sana ada Gilang, anaknya. Jadi dia berhak untuk ikut bergabung bersama dengan anaknya.“Lang,” panggil Andi, yang membuat Gilang mengalihkan tatapan pada sang papa.“Pa...”Gilang melangkah mendekati Andi dan menyalami pria itu.“Papa nggak telat datang kan?” tanya Andi memastikan. Ekor matanya masih tertuju pada Sadewa.“Nggak kok. Tamu undangan belum semuanya datang. Jadi kita masih ngobrol sambil menikmati hidangan yang mama sediakan. Ayo, Papa duduk sini!” sahut Gilang. Dia lantas mengarahkan Andi untuk duduk di sofa. Semenjak Andi menalak Lara

    Last Updated : 2024-02-25
  • Puber Kedua Pak Suami   74. Foto Bersama

    “Kenapa Papa tanya begitu?” sahut Rafi balas bertanya.Andi terdiam. Dia tak sanggup berkata untuk mengutarakan perasaannya pada Rafi. Lidahnya terasa kelu. Lagi pula apakah dia masih pantas mengungkapkan isi hatinya, setelah perbuatannya selama ini yang menyakiti Hanum dan ketiga anaknya? Pikiran itu kini memenuhi benaknya. Kalau dulu dia bebas berbicara pada Rafi, tapi kini ada rasa canggung di hatinya.Sedangkan Rafi yang sebenarnya paham atas pertanyaan sang papa, hanya bisa menghela napas panjang. Dia berkata tadi hanya ingin mendengar langsung dari bibir Andi, mengenai alasannya bertanya seperti itu. Dia tahu kalau kini papanya sangat menyesal, dan ingin kembali dengan mamanya. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Dulu ketika berselingkuh, papanya tak peduli pada istri dan anak-anaknya. Bahkan cenderung membela wanita selingkuhannya itu, ketika dia dan kedua adiknya mendatangi Larasati. Kini ketika ada sosok pria lain yang juga ingin mendekati sang mama, papanya merasa seo

    Last Updated : 2024-02-26
  • Puber Kedua Pak Suami   75. Rencana Sang Ibu

    Hanum lantas meninggalkan Andi setelah menyatakan keberatannya. Dia tak menemui mantan suaminya itu lagi, sampai pria itu undur diri. Hanum hanya menemui mantan ibu mertuanya saja, yang kebetulan berpamitan padanya di saat Andi sedang berbincang dengan Rafi dan Gilang.Andi memutar otak di perjalanan pulang, bagaimana bisa ikut serta mengantar Gilang ke Magelang. Menurutnya Hanum hanya mencari alasan saja, agar dia tak ikut mengantar Gilang. Saking larut dalam lamunannya, dia tak mendengar perkataan ibunya. Membuat Astuti geram karena merasa diabaikan oleh anaknya.“Andi! Kamu dengar nggak sih omongan Ibu?” sentak Astuti yang membuat lamunan Andi buyar.“Eh, i-iya. Ibu tadi ngomong apa? Maaf, aku fokus memperhatikan jalan soalnya. Aku kan lagi nyetir mobil. Jadi harus fokus kan, Bu, dari pada nabrak,” sahut Andi beralasan. Padahal dia sedang melamun.“Ibu tadi ngomong, apa kamu serius ada niatan untuk rujuk sama Hanum? Soalnya dari gelagat ibunya Hanum, kalau dia mau jodohin Hanum den

    Last Updated : 2024-02-27
  • Puber Kedua Pak Suami   76. Ke Magelang

    Sawitri yang melihat keterkejutan di wajah Hanum, lantas tersenyum.“Bagaimana, Num? Kamu nggak masalah kan?” tanya Sawitri masih dengan mengulas senyum di bibir.“Apanya yang bagaimana sih, Bu?” sahut Hanum balas bertanya.“Ck, jangan berlagak nggak mengerti sih, Num. Kamu ini bukan anak kemarin sore lagi, lho. Kamu ini sudah berumur kepala empat. Tentu paham dong dengan pertanyaan Ibu barusan,” ucap Sawitri.Hanum menghela napas panjang, dan mengusap wajahnya kasar.“Bu, untuk saat ini aku belum memikirkan soal menikah lagi. Aku ini sedang menata hatiku, karena sudah dibuat hancur oleh Mas Andi. Jadi tolong jangan memaksa. Aku saat ini lebih memilih fokus mengurus anak-anak dan bisnis kulinerku,” sahut Hanum lirih.“Num, siapa sih yang memaksa kamu? Ibu hanya bilang kalau Ibu dan ibunya Sadewa berencana untuk menjodohkan kamu dan Sadewa. Itu karena Sadewa sudah ada hati padamu semenjak lama. Nah, sekarang di saat kalian berstatus single, kami coba untuk mendekatkan. Begitu lho, Num.

    Last Updated : 2024-02-28
  • Puber Kedua Pak Suami   77. Usaha Andi

    Wajah Andi tampak kesal karena dia ditinggal oleh Hanum. Dia usap wajahnya kasar dan menghela napas panjang serta menghembuskannya dengan cukup kencang. Menyiratkan emosi yang tak terbendung lagi.“Ah, aku yang awalnya akan memberi kejutan dengan membawa mobil baru, tapi kini aku yang terkejut,” umpat Andi seorang diri.Andi lalu masuk ke dalam mobil dan menghempaskan tubuhnya di kursi kemudi. Tangannya terkepal dan memukul setir mobil. Beberapa menit lamanya dia meluapkan emosinya dengan memukul setir mobil sambil mengumpat. Hingga akhirnya sebuah ide terlintas di pikirannya.“Nggak! Aku nggak akan menyerah. Gilang adalah anak kandungku, dan aku berhak mendampinginya. Enak saja aku ditinggal. Aku akan buktikan kalau aku ini adalah seorang ayah yang baik dan peduli pada anaknya. Lagi pula aku bertanggung jawab kok pada anak-anakku. Buktinya aku nggak keberatan saat Hanum meminta bagian tujuh puluh lima persen dari gajiku, dengan alasan untuk biaya anak-anak. Jadi nggak bisa lah aku di

    Last Updated : 2024-02-29
  • Puber Kedua Pak Suami   78. Canggung

    Hanum mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Dia memejamkan mata, agar sang ibu tak dapat menangkap jelas kegelisahan hatinya saat ini. Namun, ternyata Sawitri sudah curiga dengan perubahan sikap anaknya, yang telah dia perhatikan dari tadi.“Num, ada apa?” tanya Sawitri. Dia mengguncang pelan lengan Hanum agar anaknya itu membuka kelopak matanya.Hanum hanya menggelengkan kepalanya dengan kelopak mata yang masih terpejam. Dia enggan bercerita pada ibunya, karena pasti nanti ibunya akan emosi apabila tahu Andi mengikuti mereka. Ibunya memang masih kesal pada Andi. Hanum paham dengan perasaan sang ibu, karena tak ada seorang ibu pun yang rela anaknya disakiti. Ulah Andi sebelumnya memang sudah keterlaluan.“Num...”Hanum akhirnya membuka kelopak matanya. Dia menatap sang ibu yang kini memandang dirinya dengan tatapan menyelidik. Dia menghela napas karena merasa bahwa sang ibu sudah tahu apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Hanya saja wanita lanjut usia itu perlu penegasan saja.“Pes

    Last Updated : 2024-03-01
  • Puber Kedua Pak Suami   79. Rasa Yang Tersisa

    Hanum yang melihat mantan suaminya tampak salah tingkah akibat perkataan ibunya, merasa iba juga.“Kalau mau jamaah, cepat ambil wudu! Yang lain sudah pada ambil wudu dan bersiap salat jamaah,” ucap Hanum, yang langsung diangguki oleh Andi.“Ok.” Andi berkata sambil melangkah ke tempat wudu khusus pria.Sedangkan Hanum dan Sawitri melanjutkan langkah memasuki musala.Setelah berwudu, Andi pun bergegas memasuki musala. Di sana dia melihat kedua anak laki-lakinya sedang melaksanakan salat zuhur berjamaah, dan yang menjadi imam adalah Sadewa. Dia seketika menyesal karena datang terlambat, sehingga posisinya sebagai imam digantikan oleh orang lain.‘Biarlah posisiku yang seharusnya menjadi imam untuk salat zuhur kali ini, digantikan oleh Sadewa. Tapi aku berjanji untuk lain kali, aku yang akan mengimami Hanum dan anak-anakku. Aku juga nggak akan membiarkan Sadewa memenangkan hati Hanum. Selama aku masih bernapas, aku akan berusaha mendapatkan hati Hanum kembali. Aku tahu kalau masih ada r

    Last Updated : 2024-03-03

Latest chapter

  • Puber Kedua Pak Suami   106. Kejutan Untuk Hanum

    Amelia sontak tersipu mendengar penuturan sang kakak. Wajahnya pun merona. “Cie, merah lho wajahnya si Amel. Nggak sangka kalau dia naksir sama si dosen itu. Nggak apa itu, Mel. Paling selisih usianya maksimal sepuluh tahun. Masih wajar itu menurut aku. Masih banyak yang selisihnya di atas sepuluh tahun. Ayo, Mel, aku dukung deh! Kayaknya orangnya baik,” ucap Gilang antusias. “Dia itu yang tolongin Amel saat mau dikerjai sama keponakannya Larasati, Lang,” celetuk Rafi. “Nah, keren itu. Sudah kelihatan tipe melindunginya. Nanti nggak apa deh kalau kamu duluan, Mel. Kakak sih belakangan nggak apa-apa. Lagi pula aku belum punya calonnya,” ucap Gilang dengan senyum menggoda pada sang adik. Wajah Amelia semakin memerah dan dia jadi salah tingkah. “Kita pulang saja sekarang, yuk! Ngobrol soal begini di tempat umum. Nanti kalau kedengaran orang, bagaimana? Malu tahu, Kak,” sahut Amelia. Dia lantas berjalan mendahului kedua kakaknya, karena merasa malu ketahuan isi hatinya oleh dua kakakn

  • Puber Kedua Pak Suami   105. Bulan Madu Kedua

    Hanum mengulum senyuman. Dia lalu menarik leher Andi dan mendekatkan telinga pria itu ke bibirnya. Dia lalu berbisik di sana.Kedua kelopak mata Andi membuka sempurna karena terkejut dengan apa yang Hanum bisikkan.“Kamu serius, Num? Nggak sedang bercanda?” tanya Andi dengan wajah memelas.“Iya, aku serius. Masak aku bohong sih, Mas. Aku ini kan belum menopause. Jadi masih kedatangan tamu bulanan lah. Aku tadi di kamar mandi baru tahu, kalau malam ini mendadak kedatangan tamu bulanan. Untung tadi sudah salat isya.” Hanum berkata sambil mengulum senyuman karena melihat wajah frustrasi Andi.“Sabar ya, Mas. Minggu depan deh baru bisa. Sekarang puasa dulu, ya. Sekalian menguji hati kamu, apa masih kuat menunggu satu minggu lagi?” imbuh Hanum yang masih mengulum senyumannya.Andi menghela napas. Dia berguling ke samping tubuh Hanum, dan memosisikan tubuhnya miring. Menghadap sang istri yang juga dalam posisi yang sama seperti dirinya. Tatapan mata mereka bertemu, dan saling mentransfer ra

  • Puber Kedua Pak Suami   104. Kembali Bersama

    Maya terdiam sambil mengaduk-aduk makanannya. Dia tiba-tiba saja menjadi tak berselera makan.Nadya yang melihat ekspresi sang mama, merasa bersalah karena terkesan dirinya memaksakan kehendak. Dia lalu memegang jemari tangan Maya dan mengusap lembut punggung tangan sang mama.“Aku minta maaf kalau perkataan tadi membuat Mama merasa nggak nyaman. Abaikan saja omongan aku tadi, Ma. Aku nggak memaksa Mama agar bisa memaafkan papa,” ucap Nadya lirih dan dengan nada yang tercekat, menahan tangis.Maya menoleh pada anak gadisnya. Dia melihat wajah cantik Nadya yang kini muram.‘Apa aku yang selama ini egois, mementingkan perasaanku sendiri tanpa memikirkan perasaan Nadya? Apa aku terlalu keras hati, sehingga sulit untuk memaafkan Mas Bima? Apakah sebenarnya Nadya merindukan papanya?’ ucap Maya dalam hati.“Nad, jawab pertanyaan Mama dengan jujur ya, Sayang,” ucap Maya dengan nada suara pelan.“Iya, Ma. Mama mau tanya apa?”“Apa kamu...merindukan papa kamu?”Nadya tak langsung menjawab. Dia

  • Puber Kedua Pak Suami   103. Restu Ibu

    ‘Jadi Hanum berencana akan rujuk dengan Andi. Sepertinya aku sia-sia saja selama ini mendekatinya. Lebih baik aku pulang saja sekarang. Mumpung belum ada yang tahu kehadiranku di sini. Mungkin Hanum memang bukan jodohku,’ ucap Sadewa dalam hati.Sadewa lalu dengan perlahan mundur teratur dari teras rumah Sawitri. Dia memutuskan pergi dari rumah itu karena tak ingin mendengar percakapan mereka. Dia memilih untuk lapang dada membuang jauh angannya terhadap Hanum, wanita yang dia suka sejak lama.“Mas Dewa, mau ke mana?” tanya seorang wanita, yang membuat Sadewa menghentikan langkah.Sadewa lalu menoleh dan melihat Lestari yang kini berdiri di jarak beberapa langkah di belakangnya.“Eh, Tari. Aku mau pulang. Nggak enak kalau mengganggu acara keluarga. Di ruang tamu sedang serius kayaknya,” sahut Sadewa terus terang, setelah dia membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini berhadapan dengan Lestari.“Nggak mau mampir sekedar menyapa ibuku, Mas?” tanya Lestari lagi. Dia memandang Sadewa deng

  • Puber Kedua Pak Suami   102. Kunjungan Sore Hari

    Andi menangkap tubuh Hanum yang terhuyung ke depan, agar tak tersungkur di lantai.“Hati-hati dong, kalau sampai jatuh di lantai kan sakit nanti,” ucap Andi lembut ketika tubuh Hanum sudah berada dalam dekapannya.“Ish, kamu ini cari alasan saja, Mas. Sudah lepasin tangan kamu!” ujar Hanum dengan mata yang melotot pada Andi.“Kenapa memangnya?” tanya Andi dengan tatapan lugu.“Berlagak nggak paham, pura-pura tanya pula,” sungut Hanum kesal. Dia lalu berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Andi. Namun, Andi sepertinya menahan lengannya agar bisa lebih lama memeluk sang mantan.Di saat yang sama, Amelia muncul di tempat itu. Gadis itu terkesiap hingga mulutnya terbuka sempurna, kala melihat kedua orang tuanya tengah berpelukan. Itu menurut penilaiannya, karena dia tak tahu awal mula kejadian sang mama berada dalam dekapan papanya.“Cieee...rujuk ini ceritanya. Kapan peresmiannya? Terus kalau rujuk, aku bakalan dapat adik nggak?” goda Amelia dengan tawanya.“Adik? Memangnya kamu masi

  • Puber Kedua Pak Suami   101. Bertemu Lagi

    “Iya, Bu Hanum. Tante Nita yang merekomendasikan katering Ibu. Katanya, katering Ibu sudah terjamin kualitasnya. Saya mencari jasa katering, untuk acara ulang tahun pernikahan orang tua saya. Ini saya lakukan sebagai hadiah di pernikahan mereka yang ketiga puluh. Oh iya, nama saya Fariz,” sahut Fariz dengan senyuman.“Fariz ini yang tempo hari menolong Amel lho, Num. Dia seorang dosen yang pintar ilmu bela diri, sehingga bisa mengalahkan si Roy,” timpal Andi, yang membuat Hanum terkesiap.“Oh ya? Wah, saya ucapkan banyak terima kasih deh sama kamu ya, Fariz. Lalu mengenai kateringnya, kapan acara ulang tahun pernikahan orang tua kamu? Apa kamu mau test food dulu, supaya yakin dengan makanannya?” sahut Hanum kalem.“Saya percaya kok dengan kualitas kateringnya Bu Hanum. Kalau Tante Nita sudah merekomendasikan sesuatu, itu artinya sudah ok. Jadi nggak perlu test food lagi, Bu. Lalu mengenai jadwal acaranya, itu dua minggu lagi. Sengaja saya jauh-jauh hari sudah cari kateringnya, supaya

  • Puber Kedua Pak Suami   100. Come back

    Hanum mundur satu langkah. Andi pun bergerak maju mendekat. Begitu terus, hingga akhirnya punggung Hanum menempel pada dinding. Tak ada ruang untuk dirinya mundur lagi.“Mas! Sudah lah kamu pulang saja sana. Kamu pastinya capek kan, dan perlu istirahat juga. Jangan sampai penyakit jantung kamu kumat gara-gara kecapekan,” ucap Hanum dengan jantung yang bertalu-talu saat ini.“Aku sehat kok, Num. Aku juga nggak terlalu capek kok. Di rumah Nadya kan tadi hanya ngobrol saja. Lalu yang bawa mobil, si Rafi. Aku hanya duduk manis di sebelahnya. Kalau mengantuk sih, iya. Aku boleh kan istirahat di sini dulu, di kamar tamu,” sahut Andi dengan tatapan penuh harap.“Ya sudah, kalau mau istirahat di kamar tamu. Langsung saja ke sana. Kamu kan sudah tahu letaknya,” sahut Hanum. Dia lalu mendorong dada Andi agar menjauhinya. Dia merasa canggung juga berada di jarak yang begitu dekat dengan mantan suaminya.Namun di luar dugaan Hanum, tangan Andi menangkap tangan Hanum yang mendorong dadanya. Dia ba

  • Puber Kedua Pak Suami   99. Para Mantan

    Hanum yang terkesiap hanya bisa menghela napas panjang. Dia lalu memandang ke arah Bima yang masih menatap Maya, yang sedang memberi kode agar sikap Bima lebih ramah pada tamu mereka.Setelah beberapa detik, Maya kembali menatap Hanum dan Andi. Wanita yang diperkirakan usianya sebaya dengan Andi, lantas tersenyum pada kedua calon besannya itu.“Maaf ya, Pak, Bu. Papanya Nadya sedang kurang enak badan. Jadi reaksinya seperti tadi. Mari, silakan masuk!” ucap Maya ramah, dan dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Dia sengaja memberikan alasan itu agar bisa dimaklumi oleh tamunya. Maya tak tahu saja, kalau Andi dan Hanum telah mengetahui penyebab sikap Bima tadi.“Oh, lagi kurang enak badan. Iya, nggak apa-apa. Kami maklum kok, Bu. Saya juga kalau kurang enak badan, suka begitu sikapnya. Iya kan, Ma,” sahut Andi dengan senyuman. Dia menoleh pada Hanum yang mengulum senyumannya mendengar penuturan mantan suaminya, yang masih menyebut kata ‘Ma’ pada dirinya.‘Aih, Mas Andi ini serba me

  • Puber Kedua Pak Suami   98. Pertemuan

    “Baik, Om, sepulang dari sini nanti, saya akan beritahu orang tua saya. Insya Allah, mereka bersedia datang kemari dan kenalan dengan Om Bima,” ucap Rafi, yang membuat lamunan Nadya buyar.Bima tersenyum seraya berkata, “Pastinya mau dong kenalan sama Om. Kalau nggak mau, Om nggak akan restui hubungan kalian.”Bima memang bercanda mengucapkan kalimat itu. Dia juga mengucapkannya sambil tersenyum. Namun, tetap saja membuat hati Rafi ketar-ketir.“I-iya, Om. Tolong restui dong. Saya dan Nadya serius lho, Om,” sahut Rafi yang sontak membuat Bima tertawa.“Iya...makanya nanti kenalan dulu. Biar enak ngomong soal kelanjutan hubungan kalian, iya kan,” ucap Bima setelah tawanya reda.Sementara itu, Maya yang rupanya menguping pembicaraan Rafi dan Bima lantas menampakkan dirinya di ruang tamu.Rafi yang melihat kedatangan Maya, lalu berdiri dan menghampiri wanita itu. Dia lalu mencium punggung tangan Maya dengan takzim.“Ada apa ini, Rafi?” tanya Maya pura-pura tak tahu. Dia lalu duduk di sof

DMCA.com Protection Status