Share

77. Usaha Andi

Penulis: Yetti S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-29 11:09:45

Wajah Andi tampak kesal karena dia ditinggal oleh Hanum. Dia usap wajahnya kasar dan menghela napas panjang serta menghembuskannya dengan cukup kencang. Menyiratkan emosi yang tak terbendung lagi.

“Ah, aku yang awalnya akan memberi kejutan dengan membawa mobil baru, tapi kini aku yang terkejut,” umpat Andi seorang diri.

Andi lalu masuk ke dalam mobil dan menghempaskan tubuhnya di kursi kemudi. Tangannya terkepal dan memukul setir mobil. Beberapa menit lamanya dia meluapkan emosinya dengan memukul setir mobil sambil mengumpat. Hingga akhirnya sebuah ide terlintas di pikirannya.

“Nggak! Aku nggak akan menyerah. Gilang adalah anak kandungku, dan aku berhak mendampinginya. Enak saja aku ditinggal. Aku akan buktikan kalau aku ini adalah seorang ayah yang baik dan peduli pada anaknya. Lagi pula aku bertanggung jawab kok pada anak-anakku. Buktinya aku nggak keberatan saat Hanum meminta bagian tujuh puluh lima persen dari gajiku, dengan alasan untuk biaya anak-anak. Jadi nggak bisa lah aku di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Puber Kedua Pak Suami   78. Canggung

    Hanum mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Dia memejamkan mata, agar sang ibu tak dapat menangkap jelas kegelisahan hatinya saat ini. Namun, ternyata Sawitri sudah curiga dengan perubahan sikap anaknya, yang telah dia perhatikan dari tadi.“Num, ada apa?” tanya Sawitri. Dia mengguncang pelan lengan Hanum agar anaknya itu membuka kelopak matanya.Hanum hanya menggelengkan kepalanya dengan kelopak mata yang masih terpejam. Dia enggan bercerita pada ibunya, karena pasti nanti ibunya akan emosi apabila tahu Andi mengikuti mereka. Ibunya memang masih kesal pada Andi. Hanum paham dengan perasaan sang ibu, karena tak ada seorang ibu pun yang rela anaknya disakiti. Ulah Andi sebelumnya memang sudah keterlaluan.“Num...”Hanum akhirnya membuka kelopak matanya. Dia menatap sang ibu yang kini memandang dirinya dengan tatapan menyelidik. Dia menghela napas karena merasa bahwa sang ibu sudah tahu apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Hanya saja wanita lanjut usia itu perlu penegasan saja.“Pes

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Puber Kedua Pak Suami   79. Rasa Yang Tersisa

    Hanum yang melihat mantan suaminya tampak salah tingkah akibat perkataan ibunya, merasa iba juga.“Kalau mau jamaah, cepat ambil wudu! Yang lain sudah pada ambil wudu dan bersiap salat jamaah,” ucap Hanum, yang langsung diangguki oleh Andi.“Ok.” Andi berkata sambil melangkah ke tempat wudu khusus pria.Sedangkan Hanum dan Sawitri melanjutkan langkah memasuki musala.Setelah berwudu, Andi pun bergegas memasuki musala. Di sana dia melihat kedua anak laki-lakinya sedang melaksanakan salat zuhur berjamaah, dan yang menjadi imam adalah Sadewa. Dia seketika menyesal karena datang terlambat, sehingga posisinya sebagai imam digantikan oleh orang lain.‘Biarlah posisiku yang seharusnya menjadi imam untuk salat zuhur kali ini, digantikan oleh Sadewa. Tapi aku berjanji untuk lain kali, aku yang akan mengimami Hanum dan anak-anakku. Aku juga nggak akan membiarkan Sadewa memenangkan hati Hanum. Selama aku masih bernapas, aku akan berusaha mendapatkan hati Hanum kembali. Aku tahu kalau masih ada r

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Puber Kedua Pak Suami   80. Adu Argumen

    “Nanti siapa yang mau ikut di mobil Papa?” tanya Andi di sela acara makan siang.“Aku ikut, Pa.” Amelia menyahut sambil mengangkat telunjuknya.Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia senang anak gadisnya cepat memberi tanggapan atas pertanyaannya tadi.Sementara itu, Rafi dan Gilang saling lirik. Mereka tampak ingin menyahut seperti Amelia, tapi tak enak hati dengan Sadewa. Tak elok rasanya mereka berdua pindah mobil saat ini. Terkesan habis manis sepahnya dibuang. Begitu peribahasa yang dua pemuda itu pikir untuk diri Sadewa, andaikan mereka berdua pindah ke mobil sang papa.Rafi lalu diam-diam mengetikkan kalimat di ponselnya, berniat mengirimkan pesan pada Gilang.[Lang, siapa di antara kita yang ikut di mobil papa dan siapa yang tetap di mobil Om Dewa? Kalau kita berdua pindah, nggak enak dong nanti.]Rafi lalu menekan tombol kirim. Dalam sekejap, pesan tersebut sudah masuk di aplikasi pesan milik sang adik. Rafi menyenggol lengan Gilang dan memberi kode padanya agar sege

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Puber Kedua Pak Suami   81. Sapaan Seseorang

    Sementara itu di mobil Hanum, tampak kedua wanita beda generasi sedang berbincang serius.“Num, kalau Andi ikutan di acara kita, lebih baik kita pulang saja besok pagi. Jadi nggak usah lama-lama kita berada di Magelang!” tegas Sawitri, yang membuat Hanum terperanjat.“Kenapa memangnya, Bu?” tanya Hanum dengan kening berkerut.“Lho...kok masih tanya sih, Num? Kamu dengar sendiri kan tadi, kalau si Andi dan Sadewa adu mulut? Ibu nggak mau ya kalau sampai kedatangan Andi merusak acara dan bikin malu di tempat umum,” sahut Sawitri dengan wajah yang tertekuk.“Bu...setahu aku tadi Mas Andi nggak merusak acara kok. Dia hanya menawarkan pada anak-anaknya untuk ikut di mobilnya. Dia kan bawa mobil baru. Bukan aku membela Mas Andi. Tapi, memang kenyataannya begitu kan. Justru Mas Dewa yang memancing dengan ucapannya yang bikin gatal telinga,” sahut Hanum dengan tangan yang mengusap lembut bahu ibunya, berusaha menenangkan.“Kamu masih suka ya sama Andi, Num?” tanya Sawitri tanpa basa-basi dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Puber Kedua Pak Suami   82. Sebuah bisikan

    Andi dan yang lainnya sontak menoleh ke arah sumber suara. Andi menghela napas panjang setelah tahu siapa orang tersebut. Sedangkan yang lainnya hanya menatap datar pada orang yang menyapa Andi barusan.‘Kenapa yang menyapa Mas Andi seorang wanita blasteran lagi sih? Apa ini wanita idaman Mas Andi yang lain? Apa sekarang selera Mas Andi adalah seorang wanita blasteran? Kalau iya, kenapa dia pernah bilang ingin rujuk denganku? Atau wanita ini masih ada hubungannya dengan Larasati?’ tanya Hanum dalam hati.‘Siapa perempuan ini, ya? Kenapa dia kayaknya kenal banget sama papa? Apa dia pacar baru papa setelah cerai dengan Larasati dan mama? Kenapa papa pernah bilang padaku kalau ingin rujuk dengan mama? Ah, papa nggak bisa dipercaya nih,’ ucap Rafi dalam hati.‘Ck, papa ternyata memang keterlaluan deh. Bilang kalau mau mendekati mama, tapi sekarang ada perempuan lain yang mendekati. Apa perempuan ini pacar papa?’ tanya Gilang dalam hati.‘Papa memang buaya darat! Nggak bisa dipercaya! Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Puber Kedua Pak Suami   83. Bertemu Nadya

    Andi dan rombongannya kini sudah selesai makan. Namun, belum beranjak dari tempat itu.“Num, kamu mau beli camilan itu nggak untuk makan di kamar hotel? Kalau mau, aku akan pesankan sekarang,” tawar Andi dengan mengulas senyuman.“Boleh deh, Mas. Barangkali saja nanti di kamar tiba-tiba lapar,” sahut Hanum kalem.“Ya sudah, kita ke sana sekarang, yuk! Kamu pilih saja mana yang kamu suka. Biar aku yang bayar nanti,” ucap Andi. Dia lalu mengalihkan tatapannya pada Sawitri. “Bu, mau ikut ke toko kue atau tunggu di sini? Kalau menunggu di sini, biar ditemani oleh anak-anak. Aku dan Hanum ke toko itu sebentar.”Sawitri terdiam sejenak. Dia sebenarnya ingin ikut, karena tak rela kalau anaknya dan Andi jalan berdua saja. Tapi, tubuh tuanya tak bisa dibohongi lagi. Tubuhnya sudah lelah dan sepertinya malas untuk beranjak dari kursi, hanya sekedar untuk melangkah ke toko kue.“Aku di sini saja deh. Capek kalau harus jalan lagi. Tapi kamu jangan macam-macam sama anakku lho ya, Ndi! Awas kalau k

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Puber Kedua Pak Suami   84. Restu

    Andi tersenyum penuh arti pada Hanum seraya berkata, “Iya dong, Num. Aku kan memang rencananya mau merujuk kamu. Masak lupa sih kalau aku pernah menyampaikan hal itu sama kamu.”“Iya, aku masih ingat,” sahut Hanum dengan nada agak ketus.“Nah, makanya aku tadi merembet ke situ ngomongnya,” sahut Andi masih dengan senyumannya, meski Hanum kini cemberut.Di saat yang sama, Rafi dan Nadya menghampiri mereka. Hanum lantas mengganti wajah masamnya menjadi wajahnya yang manis, dan tentu saja dengan mengulas senyuman.“Ma, Pa, kenalkan ini temanku, Nadya,” ucap Rafi ketika dirinya dan Nadya sudah berada di hadapan Hanum dan Andi.Nadya lantas mendekat ke arah Hanum, dan menyalami Hanum serta Andi secara bergantian.“Senang berkenalan dengan kamu, Nadya,” sahut Hanum dan Andi kompak.Nadya tersenyum dan mengangguk sopan seraya berkata, “Saya juga senang berkenalan dengan Om dan Tante.”“Kamu kemari sendirian, Nadya?” tanya Hanum perhatian.“Saya kemari sama mama. Tapi, kami pisah di depan tok

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Puber Kedua Pak Suami   85. Permintaan Nadya

    “Papa kenal sama papanya Nadya?” tanya Gilang menimpali.“Kenal sih nggak, Lang. Tapi, Larasati pernah memberitahu Papa perihal mantan suaminya. Saat itu kita pernah secara nggak sengaja ketemu di sebuah restoran,” sahut Andi dengan suara pelan.“Wah...jadi Larasati dengan bangganya mengenalkan suami barunya dengan mantan suaminya, begitu ya, Pa?” tanya Gilang lagi dengan ekspresi serius dan gelengan kepalanya.“Tunggu...tunggu, papanya Nadya mantan suaminya Larasati? Itu artinya Larasati pelakor di rumah tangga orang tua Nadya, betul kan?” timpal Nadya, yang diangguki oleh Rafi.“Betul, Mel. Makanya Nadya sangat membenci si Larasati, sama seperti kita!” tegas Rafi.“Dasar itu orang, kok bisa-bisanya memanfaatkan kecantikannya untuk merusak rumah tangga orang lain. Padahal dia sendiri perempuan, ya. Apa nggak takut kena karma? Ck, kayak nggak ada cowok yang single saja, sampai merebut suami orang,” gerutu Amelia.“Mungkin seleranya dia memang suami orang. Jadi ada tantangannya sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09

Bab terbaru

  • Puber Kedua Pak Suami   106. Kejutan Untuk Hanum

    Amelia sontak tersipu mendengar penuturan sang kakak. Wajahnya pun merona. “Cie, merah lho wajahnya si Amel. Nggak sangka kalau dia naksir sama si dosen itu. Nggak apa itu, Mel. Paling selisih usianya maksimal sepuluh tahun. Masih wajar itu menurut aku. Masih banyak yang selisihnya di atas sepuluh tahun. Ayo, Mel, aku dukung deh! Kayaknya orangnya baik,” ucap Gilang antusias. “Dia itu yang tolongin Amel saat mau dikerjai sama keponakannya Larasati, Lang,” celetuk Rafi. “Nah, keren itu. Sudah kelihatan tipe melindunginya. Nanti nggak apa deh kalau kamu duluan, Mel. Kakak sih belakangan nggak apa-apa. Lagi pula aku belum punya calonnya,” ucap Gilang dengan senyum menggoda pada sang adik. Wajah Amelia semakin memerah dan dia jadi salah tingkah. “Kita pulang saja sekarang, yuk! Ngobrol soal begini di tempat umum. Nanti kalau kedengaran orang, bagaimana? Malu tahu, Kak,” sahut Amelia. Dia lantas berjalan mendahului kedua kakaknya, karena merasa malu ketahuan isi hatinya oleh dua kakakn

  • Puber Kedua Pak Suami   105. Bulan Madu Kedua

    Hanum mengulum senyuman. Dia lalu menarik leher Andi dan mendekatkan telinga pria itu ke bibirnya. Dia lalu berbisik di sana.Kedua kelopak mata Andi membuka sempurna karena terkejut dengan apa yang Hanum bisikkan.“Kamu serius, Num? Nggak sedang bercanda?” tanya Andi dengan wajah memelas.“Iya, aku serius. Masak aku bohong sih, Mas. Aku ini kan belum menopause. Jadi masih kedatangan tamu bulanan lah. Aku tadi di kamar mandi baru tahu, kalau malam ini mendadak kedatangan tamu bulanan. Untung tadi sudah salat isya.” Hanum berkata sambil mengulum senyuman karena melihat wajah frustrasi Andi.“Sabar ya, Mas. Minggu depan deh baru bisa. Sekarang puasa dulu, ya. Sekalian menguji hati kamu, apa masih kuat menunggu satu minggu lagi?” imbuh Hanum yang masih mengulum senyumannya.Andi menghela napas. Dia berguling ke samping tubuh Hanum, dan memosisikan tubuhnya miring. Menghadap sang istri yang juga dalam posisi yang sama seperti dirinya. Tatapan mata mereka bertemu, dan saling mentransfer ra

  • Puber Kedua Pak Suami   104. Kembali Bersama

    Maya terdiam sambil mengaduk-aduk makanannya. Dia tiba-tiba saja menjadi tak berselera makan.Nadya yang melihat ekspresi sang mama, merasa bersalah karena terkesan dirinya memaksakan kehendak. Dia lalu memegang jemari tangan Maya dan mengusap lembut punggung tangan sang mama.“Aku minta maaf kalau perkataan tadi membuat Mama merasa nggak nyaman. Abaikan saja omongan aku tadi, Ma. Aku nggak memaksa Mama agar bisa memaafkan papa,” ucap Nadya lirih dan dengan nada yang tercekat, menahan tangis.Maya menoleh pada anak gadisnya. Dia melihat wajah cantik Nadya yang kini muram.‘Apa aku yang selama ini egois, mementingkan perasaanku sendiri tanpa memikirkan perasaan Nadya? Apa aku terlalu keras hati, sehingga sulit untuk memaafkan Mas Bima? Apakah sebenarnya Nadya merindukan papanya?’ ucap Maya dalam hati.“Nad, jawab pertanyaan Mama dengan jujur ya, Sayang,” ucap Maya dengan nada suara pelan.“Iya, Ma. Mama mau tanya apa?”“Apa kamu...merindukan papa kamu?”Nadya tak langsung menjawab. Dia

  • Puber Kedua Pak Suami   103. Restu Ibu

    ‘Jadi Hanum berencana akan rujuk dengan Andi. Sepertinya aku sia-sia saja selama ini mendekatinya. Lebih baik aku pulang saja sekarang. Mumpung belum ada yang tahu kehadiranku di sini. Mungkin Hanum memang bukan jodohku,’ ucap Sadewa dalam hati.Sadewa lalu dengan perlahan mundur teratur dari teras rumah Sawitri. Dia memutuskan pergi dari rumah itu karena tak ingin mendengar percakapan mereka. Dia memilih untuk lapang dada membuang jauh angannya terhadap Hanum, wanita yang dia suka sejak lama.“Mas Dewa, mau ke mana?” tanya seorang wanita, yang membuat Sadewa menghentikan langkah.Sadewa lalu menoleh dan melihat Lestari yang kini berdiri di jarak beberapa langkah di belakangnya.“Eh, Tari. Aku mau pulang. Nggak enak kalau mengganggu acara keluarga. Di ruang tamu sedang serius kayaknya,” sahut Sadewa terus terang, setelah dia membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini berhadapan dengan Lestari.“Nggak mau mampir sekedar menyapa ibuku, Mas?” tanya Lestari lagi. Dia memandang Sadewa deng

  • Puber Kedua Pak Suami   102. Kunjungan Sore Hari

    Andi menangkap tubuh Hanum yang terhuyung ke depan, agar tak tersungkur di lantai.“Hati-hati dong, kalau sampai jatuh di lantai kan sakit nanti,” ucap Andi lembut ketika tubuh Hanum sudah berada dalam dekapannya.“Ish, kamu ini cari alasan saja, Mas. Sudah lepasin tangan kamu!” ujar Hanum dengan mata yang melotot pada Andi.“Kenapa memangnya?” tanya Andi dengan tatapan lugu.“Berlagak nggak paham, pura-pura tanya pula,” sungut Hanum kesal. Dia lalu berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Andi. Namun, Andi sepertinya menahan lengannya agar bisa lebih lama memeluk sang mantan.Di saat yang sama, Amelia muncul di tempat itu. Gadis itu terkesiap hingga mulutnya terbuka sempurna, kala melihat kedua orang tuanya tengah berpelukan. Itu menurut penilaiannya, karena dia tak tahu awal mula kejadian sang mama berada dalam dekapan papanya.“Cieee...rujuk ini ceritanya. Kapan peresmiannya? Terus kalau rujuk, aku bakalan dapat adik nggak?” goda Amelia dengan tawanya.“Adik? Memangnya kamu masi

  • Puber Kedua Pak Suami   101. Bertemu Lagi

    “Iya, Bu Hanum. Tante Nita yang merekomendasikan katering Ibu. Katanya, katering Ibu sudah terjamin kualitasnya. Saya mencari jasa katering, untuk acara ulang tahun pernikahan orang tua saya. Ini saya lakukan sebagai hadiah di pernikahan mereka yang ketiga puluh. Oh iya, nama saya Fariz,” sahut Fariz dengan senyuman.“Fariz ini yang tempo hari menolong Amel lho, Num. Dia seorang dosen yang pintar ilmu bela diri, sehingga bisa mengalahkan si Roy,” timpal Andi, yang membuat Hanum terkesiap.“Oh ya? Wah, saya ucapkan banyak terima kasih deh sama kamu ya, Fariz. Lalu mengenai kateringnya, kapan acara ulang tahun pernikahan orang tua kamu? Apa kamu mau test food dulu, supaya yakin dengan makanannya?” sahut Hanum kalem.“Saya percaya kok dengan kualitas kateringnya Bu Hanum. Kalau Tante Nita sudah merekomendasikan sesuatu, itu artinya sudah ok. Jadi nggak perlu test food lagi, Bu. Lalu mengenai jadwal acaranya, itu dua minggu lagi. Sengaja saya jauh-jauh hari sudah cari kateringnya, supaya

  • Puber Kedua Pak Suami   100. Come back

    Hanum mundur satu langkah. Andi pun bergerak maju mendekat. Begitu terus, hingga akhirnya punggung Hanum menempel pada dinding. Tak ada ruang untuk dirinya mundur lagi.“Mas! Sudah lah kamu pulang saja sana. Kamu pastinya capek kan, dan perlu istirahat juga. Jangan sampai penyakit jantung kamu kumat gara-gara kecapekan,” ucap Hanum dengan jantung yang bertalu-talu saat ini.“Aku sehat kok, Num. Aku juga nggak terlalu capek kok. Di rumah Nadya kan tadi hanya ngobrol saja. Lalu yang bawa mobil, si Rafi. Aku hanya duduk manis di sebelahnya. Kalau mengantuk sih, iya. Aku boleh kan istirahat di sini dulu, di kamar tamu,” sahut Andi dengan tatapan penuh harap.“Ya sudah, kalau mau istirahat di kamar tamu. Langsung saja ke sana. Kamu kan sudah tahu letaknya,” sahut Hanum. Dia lalu mendorong dada Andi agar menjauhinya. Dia merasa canggung juga berada di jarak yang begitu dekat dengan mantan suaminya.Namun di luar dugaan Hanum, tangan Andi menangkap tangan Hanum yang mendorong dadanya. Dia ba

  • Puber Kedua Pak Suami   99. Para Mantan

    Hanum yang terkesiap hanya bisa menghela napas panjang. Dia lalu memandang ke arah Bima yang masih menatap Maya, yang sedang memberi kode agar sikap Bima lebih ramah pada tamu mereka.Setelah beberapa detik, Maya kembali menatap Hanum dan Andi. Wanita yang diperkirakan usianya sebaya dengan Andi, lantas tersenyum pada kedua calon besannya itu.“Maaf ya, Pak, Bu. Papanya Nadya sedang kurang enak badan. Jadi reaksinya seperti tadi. Mari, silakan masuk!” ucap Maya ramah, dan dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Dia sengaja memberikan alasan itu agar bisa dimaklumi oleh tamunya. Maya tak tahu saja, kalau Andi dan Hanum telah mengetahui penyebab sikap Bima tadi.“Oh, lagi kurang enak badan. Iya, nggak apa-apa. Kami maklum kok, Bu. Saya juga kalau kurang enak badan, suka begitu sikapnya. Iya kan, Ma,” sahut Andi dengan senyuman. Dia menoleh pada Hanum yang mengulum senyumannya mendengar penuturan mantan suaminya, yang masih menyebut kata ‘Ma’ pada dirinya.‘Aih, Mas Andi ini serba me

  • Puber Kedua Pak Suami   98. Pertemuan

    “Baik, Om, sepulang dari sini nanti, saya akan beritahu orang tua saya. Insya Allah, mereka bersedia datang kemari dan kenalan dengan Om Bima,” ucap Rafi, yang membuat lamunan Nadya buyar.Bima tersenyum seraya berkata, “Pastinya mau dong kenalan sama Om. Kalau nggak mau, Om nggak akan restui hubungan kalian.”Bima memang bercanda mengucapkan kalimat itu. Dia juga mengucapkannya sambil tersenyum. Namun, tetap saja membuat hati Rafi ketar-ketir.“I-iya, Om. Tolong restui dong. Saya dan Nadya serius lho, Om,” sahut Rafi yang sontak membuat Bima tertawa.“Iya...makanya nanti kenalan dulu. Biar enak ngomong soal kelanjutan hubungan kalian, iya kan,” ucap Bima setelah tawanya reda.Sementara itu, Maya yang rupanya menguping pembicaraan Rafi dan Bima lantas menampakkan dirinya di ruang tamu.Rafi yang melihat kedatangan Maya, lalu berdiri dan menghampiri wanita itu. Dia lalu mencium punggung tangan Maya dengan takzim.“Ada apa ini, Rafi?” tanya Maya pura-pura tak tahu. Dia lalu duduk di sof

DMCA.com Protection Status