Home / Romansa / Puber Kedua Pak Suami / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Puber Kedua Pak Suami: Chapter 61 - Chapter 70

106 Chapters

61. Acara Makan Malam

Hanum benar-benar merasakan menemukan dunianya kembali setelah kembali ke rumah yang menjadi istananya. Selama hampir dua minggu berada di rumah sakit, membuatnya stres juga karena yang dia lihat hanya sebatas ruang kamar yang berwarna putih dan beraroma obat-obatan. Meski tangan kanannya masih digips, tapi tak masalah bagi Hanum. Dia bisa menggunakan tangan kirinya, atau dibantu oleh perawat yang dia sewa.“Rafi, Mama mau mengadakan acara makan malam bersama keluarga, sebagai bentuk rasa syukur bahwa Mama telah pulih dan bisa selamat dari kecelakaan itu,” tutur Hanum pada saat dia sedang rebahan di sofa di ruang keluarga, sambil menonton tayangan TV. Dia sengaja rebahan di ruang keluarga, karena bosan selama ini rebahan di dalam kamar.“Ya sudah, Mama sebutkan siapa saja yang akan diundang? Nanti biar aku yang menghubungi mereka. Lalu, apa Papa akan diundang juga?” ucap Rafi dengan tatapan lekat pada sang mama.“Yang diundang, Tante Anita dan suaminya. Lalu keluarga Mama, dan teman k
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

62. Tertangkap

Esok harinya, Larasati sudah siap dengan penampilan yang berbeda. Rambut hitamnya dia cukur pendek dan dia warnai dengan warna burgundi. Dia juga membuat tahi lalat palsu di hidungnya. Dia juga memakai soflens berwarna hazel. Menyamarkan netra nya yang berwarna gelap.“Bagaimana penampilanku sekarang ini, Rob? Apakah sudah meyakinkan?” tanya Larasati. Dia memutar tubuhnya, agar Robert dapat menilai penampilannya secara keseluruhan.“Perfect! Penyamaran kamu ini sangat sempurna, Laras. Ops, maaf, Karin.” Robert berkata sambil terkekeh.Larasati tersenyum semringah dan melangkah mendekati Robert seraya berkata, “Terima kasih atas segalanya, Rob. Aku nggak akan bisa melakukan ini sendirian.”“Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu,” sahut Robert dengan suara lembut mendayu-dayu.Robert lalu merengkuh tubuh molek Larasati ke dalam pelukan. Dia lalu memagut bibir ranum wanita pujaan hatinya itu dengan lembut. Hingga akhirnya pagutan itu terlepas ketika denting jam dinding menyadarkan ke
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

63. Kena Batunya

Sekretaris Andi lantas minta tolong pada karyawan lainnya, untuk membantu mengangkat tubuh Andi yang terkapar di lantai. Setelah itu, dia menelepon rumah sakit minta agar dikirim mobil ambulans.“Kapan Pak Andi pingsannya, Mbak?” tanya seorang karyawan pria ketika sudah tiba di ruangan Andi.“Saya nggak tahu kapan pastinya. Saat saya masuk kemari untuk minta tanda tangan, Pak Andi sudah ada di lantai dalam keadaan pingsan,” sahut sang sekretaris.Tubuh Andi lantas digotong oleh dua karyawan pria, dan diletakkan di atas sofa panjang. Beberapa menit kemudian, mobil ambulans pun tiba di kantor itu. Dua petugas mobil ambulans lalu bergegas naik ke lantai, di mana ruangan Andi berada dengan membawa brankar.Setibanya di ruangan Andi, petugas itu sigap menggotong Andi dan meletakkan tubuh yang lemah itu di atas brankar. Kemudian membawanya turun menuju ke mobil ambulans, yang terparkir di depan lobi kantor itu. Dua orang karyawan pria ikut serta mendampingi Andi ke rumah sakit.“Mbak, sebai
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

64. Ratapan Andi

Hanum menatap anak lelakinya itu dengan senyuman. Dia sangat paham kalau Gilang tampak kesal.“Sabar ya, Nak. Kamu dapat pahala lho kalau mengurusi papa. Meski papa sudah menyakiti kita, tapi kamu nggak bisa menghindar dari kenyataan kalau Andi Sanjaya adalah papa kandung kamu, Gilang. Ayo, sekarang kamu pesankan kamar rawat untuk papa! Ini ambil kartu ATM dari dompet Mama. Pin nya kamu sudah tahu kan. Tempo hari saat Mama dirawat di rumah sakit, kamu dan Rafi gantian kan menggunakan kartu ATM Mama. Jadi masih ingat dong pin nya, Lang,” ucap Hanum, yang diangguki oleh Gilang.Gilang lalu meraih dompet sang mama dari dalam tas. Kemudian dengan memperlihatkannya pada Hanum, dia mengambil kartu ATM tersebut.“Aku ke bagian administrasi dulu ya, Ma. Terus Mama sendiri akan duduk di sini saja?” ujar Gilang setelah mengembalikan dompet sang mama ke dalam tas.“Ya, Mama masuk lah menemui papa kamu ke ruang itu,” sahut Hanum dengan dagu terarah ke ruangan, di mana kini Andi berada.Gilang men
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

65. Pilu

Setelah selesai urusan dengan kliennya, Rendy segera bergerak menuju ke kantor Andi setelah mendapatkan alamatnya dari Larasati.“Pak Andi sedang dirawat di rumah sakit karena terkena serangan jantung mendadak,” ucap resepsionis ketika Rendy telah tiba di kantor itu.“Oh, sudah berapa lama dirawatnya?” tanya Rendy dengan tatapan lekat pada wanita itu.“Baru hari ini. Tadi pagi pingsan di kantornya, dan langsung dibawa oleh dua orang karyawan ke rumah sakit. Menurut kabar yang saya dengar, itu karena penangkapan istri mudanya kemarin sore di bandara. Sepertinya Pak Andi syok,” jelas wanita itu panjang lebar tanpa diminta oleh Rendy.Rendy menghela napas panjang mendengar penjelasan itu.“Baik, terima kasih atas penjelasannya, Mbak. Saya permisi dulu. Oh iya, kalau boleh tahu di mana Pak Andi dirawatnya? Bisa disebutkan nama rumah sakitnya, Mbak?” sahut Rendy, yang diangguki oleh resepsionis itu.“Bisa.” Resepsionis itu lantas memberitahu rumah sakit tempat Andi dirawat. Tapi, hanya seb
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

66. Talak

Rendy terkesiap. Pria itu tak menyangka kalau Andi yang masih belum pulih seratus persen itu, akan menceraikan istrinya.Begitu juga dengan ketiga anak Andi, yang tak menyangka kalau papa mereka akan menalak Larasati, setelah melihat betapa bucin Andi pada wanita itu.“Bapak serius?” tanya Rendi memastikan.“Apa saya kelihatan main-main sekarang? Kesehatan saya memang masih belum pulih, tapi saya sanggup menalak perempuan nggak tahu diri itu. Andaikan terjadi sesuatu pada kesehatan saya setelah ini, toh saya masih berada di rumah sakit. Sehingga bisa langsung diberikan pertolongan,” sahut Andi dengan nada suara meninggi, karena kesal.“Baik, kalau begitu saya hubungkan dengan ponselnya Ibu Mila karena menurutnya, beliau akan menjenguk Larasati. Semoga saja Bu Mila sudah tiba di sana. Jadi kita bisa berinteraksi melalui video call,” ucap Rendy pada Andi.Andi mengangguk dan berusaha mengatur napasnya yang memburu.“Pa, minum dulu,” ucap Amelia. Dia menyodorkan segelas air minum pada sa
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

67. Persidangan

Petugas polisi bergegas menghampiri sel tahanan dan mengamankan Larasati, agar tak menyakiti diri sendiri.“Lepaskan! Lepas!” teriak Larasati semakin kencang dan terus berontak, berusaha melepaskan diri.“Makanya diam, dan jangan menyakiti diri sendiri dengan membenturkan diri ke dinding!” sentak petugas polisi.Larasati akhirnya bisa dikendalikan. Dirinya pun merasa lelah dan sakit pada bagian kepalanya, karena ulahnya yang menjambak serta membenturkan kepala ke dinding.Di saat yang sama, Rendy tiba di kantor polisi. Dia yang mendengar kabar kalau Larasati histeris di sel tahanan, sangat terkejut dan minta segera dipertemukan dengan kliennya itu. Rendy menunggu Larasati di ruang besuk dengan perasaan cemas.“Ya Tuhan, apa yang terjadi, Bu Laras?” tanya Rendy, ketika Larasati tiba di ruangan dengan rambut acak-acakan dan wajah yang sembab.Larasati terdiam. Tatapannya pun kosong.“Saya akan telepon keluarga Bu Laras,” imbuh Rendy. Dia lalu bergegas menghubungi Mila dan menceritakan k
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

68. Kesaksian

“Iya, Mas. Jujur saja kalau semenjak mengetahui Mas telah berkhianat, aku sudah nggak ingin melanjutkan pernikahan kita. Namun, saat aku berpikir kembali dengan kepala dingin, rasanya nggak rela kalau Larasati tinggal menikmati hasilnya. Sedangkan aku mendampingi kamu dari nol. Jadi aku menahan diri untuk menggugat cerai kamu. Meskipun semua aset telah berpindah kepemilikan, tapi kamu tetap menjabat sebagai Direktur Utama dengan gaji yang cukup besar. Apabila kita telah resmi bercerai saat itu, maka Larasati menjadi Nyonya Andi Sanjaya satu-satunya dan dia berhak sepenuhnya atas gaji kamu. Aku sangat nggak rela si pelakor itu menikmati hasil kerja kamu di perusahaan anak-anakku. Makanya aku bertahan dan menghubungi Pak Tedi untuk membuat perjanjian itu. Mungkin ini terkesan licik bagimu, Mas. Maafkan aku, sebab ini aku lakukan juga karena belajar dari kamu dan Larasati. Kalian berdua telah licik bermain api di belakangku. Jadi sepertinya asyik juga kalau aku ladeni permainan kalian. S
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

69. Gugatan Cerai

Hanum menghela napas panjang sebelum turun dari mobil. Meski tangan kanannya sudah pulih, tapi dia belum berani mengemudikan mobil. Ketiga anaknya pun melarang dia untuk mengemudikan mobil, dengan alasan kesehatan. Jadi lah kini Hanum mempekerjakan seorang sopir, karena dia tak mau merepotkan anak-anaknya untuk mengantar dan menjemput ke mana dia pergi. Anak-anaknya sudah beranjak dewasa dan memiliki urusan masing-masing. Mengingat itu membuat Hanum agak bersedih, karena di saat seperti ini harusnya ada seorang suami yang mendampingi. Tapi, justru kini dia akan berpisah dengan Andi-suaminya.Senyum getir terbit dari bibir Hanum, ketika menyadari kalau dia tak akan mengalami patah tulang pada tangannya apabila Andi tak berselingkuh. Semua yang terjadi ini karena Andi lah penyebabnya. Lelaki pengkhianat itu yang menjadi sumber malapetaka yang terjadi di keluarga kecilnya.Pak Amir-sopir Hanum, yang sudah turun dari mobil dan membuka pintu penumpang belakang merasa heran, karena Hanum be
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

70. Akhirnya...

Hanum tersenyum seraya berkata, “Mas, kita masih bisa kok menua bersama meski dengan status berbeda. Kita punya tiga anak yang akan menjadi jembatan kita untuk silaturahmi. Kita bisa menimang cucu kita bersama-sama nanti, meski sudah bukan pasangan suami istri lagi. Maaf kalau aku mengatakan, pernikahan kita ini sudah nggak sehat lagi. Kenapa? Karena berselingkuh itu adalah sebuah penyakit, yang bisa kumat kapan saja. Aku tahu kalau kamu mengalami fase puber kedua, Mas. Tapi, aku nggak menerima yang namanya pengkhianatan. Maaf kalau aku nggak bisa memberi kamu kesempatan kedua. Mungkin jodoh kita hanya sampai di sini. Hanya sampai dua puluh tahun lebih beberapa bulan saja. Semoga setelah ini Mas Andi menemukan jodoh yang tepat, yang akan mendampingi hingga akhir hayat. Sekarang aku permisi dulu ya, Mas.”Setelah berkata, Hanum melangkah pergi meninggalkan Andi yang terpaku di tempatnya. Tedi mengikuti langkah Hanum dari belakang.Sementara Andi belum bisa melangkahkan kakinya keluar d
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status