Home / Romansa / Puber Kedua Pak Suami / 64. Ratapan Andi

Share

64. Ratapan Andi

Author: Yetti S
last update Last Updated: 2024-02-16 10:56:59

Hanum menatap anak lelakinya itu dengan senyuman. Dia sangat paham kalau Gilang tampak kesal.

“Sabar ya, Nak. Kamu dapat pahala lho kalau mengurusi papa. Meski papa sudah menyakiti kita, tapi kamu nggak bisa menghindar dari kenyataan kalau Andi Sanjaya adalah papa kandung kamu, Gilang. Ayo, sekarang kamu pesankan kamar rawat untuk papa! Ini ambil kartu ATM dari dompet Mama. Pin nya kamu sudah tahu kan. Tempo hari saat Mama dirawat di rumah sakit, kamu dan Rafi gantian kan menggunakan kartu ATM Mama. Jadi masih ingat dong pin nya, Lang,” ucap Hanum, yang diangguki oleh Gilang.

Gilang lalu meraih dompet sang mama dari dalam tas. Kemudian dengan memperlihatkannya pada Hanum, dia mengambil kartu ATM tersebut.

“Aku ke bagian administrasi dulu ya, Ma. Terus Mama sendiri akan duduk di sini saja?” ujar Gilang setelah mengembalikan dompet sang mama ke dalam tas.

“Ya, Mama masuk lah menemui papa kamu ke ruang itu,” sahut Hanum dengan dagu terarah ke ruangan, di mana kini Andi berada.

Gilang men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
for you
jalang ga tau diri kerjaanya cuma ngangkang minta gono gini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Puber Kedua Pak Suami   65. Pilu

    Setelah selesai urusan dengan kliennya, Rendy segera bergerak menuju ke kantor Andi setelah mendapatkan alamatnya dari Larasati.“Pak Andi sedang dirawat di rumah sakit karena terkena serangan jantung mendadak,” ucap resepsionis ketika Rendy telah tiba di kantor itu.“Oh, sudah berapa lama dirawatnya?” tanya Rendy dengan tatapan lekat pada wanita itu.“Baru hari ini. Tadi pagi pingsan di kantornya, dan langsung dibawa oleh dua orang karyawan ke rumah sakit. Menurut kabar yang saya dengar, itu karena penangkapan istri mudanya kemarin sore di bandara. Sepertinya Pak Andi syok,” jelas wanita itu panjang lebar tanpa diminta oleh Rendy.Rendy menghela napas panjang mendengar penjelasan itu.“Baik, terima kasih atas penjelasannya, Mbak. Saya permisi dulu. Oh iya, kalau boleh tahu di mana Pak Andi dirawatnya? Bisa disebutkan nama rumah sakitnya, Mbak?” sahut Rendy, yang diangguki oleh resepsionis itu.“Bisa.” Resepsionis itu lantas memberitahu rumah sakit tempat Andi dirawat. Tapi, hanya seb

    Last Updated : 2024-02-17
  • Puber Kedua Pak Suami   66. Talak

    Rendy terkesiap. Pria itu tak menyangka kalau Andi yang masih belum pulih seratus persen itu, akan menceraikan istrinya.Begitu juga dengan ketiga anak Andi, yang tak menyangka kalau papa mereka akan menalak Larasati, setelah melihat betapa bucin Andi pada wanita itu.“Bapak serius?” tanya Rendi memastikan.“Apa saya kelihatan main-main sekarang? Kesehatan saya memang masih belum pulih, tapi saya sanggup menalak perempuan nggak tahu diri itu. Andaikan terjadi sesuatu pada kesehatan saya setelah ini, toh saya masih berada di rumah sakit. Sehingga bisa langsung diberikan pertolongan,” sahut Andi dengan nada suara meninggi, karena kesal.“Baik, kalau begitu saya hubungkan dengan ponselnya Ibu Mila karena menurutnya, beliau akan menjenguk Larasati. Semoga saja Bu Mila sudah tiba di sana. Jadi kita bisa berinteraksi melalui video call,” ucap Rendy pada Andi.Andi mengangguk dan berusaha mengatur napasnya yang memburu.“Pa, minum dulu,” ucap Amelia. Dia menyodorkan segelas air minum pada sa

    Last Updated : 2024-02-18
  • Puber Kedua Pak Suami   67. Persidangan

    Petugas polisi bergegas menghampiri sel tahanan dan mengamankan Larasati, agar tak menyakiti diri sendiri.“Lepaskan! Lepas!” teriak Larasati semakin kencang dan terus berontak, berusaha melepaskan diri.“Makanya diam, dan jangan menyakiti diri sendiri dengan membenturkan diri ke dinding!” sentak petugas polisi.Larasati akhirnya bisa dikendalikan. Dirinya pun merasa lelah dan sakit pada bagian kepalanya, karena ulahnya yang menjambak serta membenturkan kepala ke dinding.Di saat yang sama, Rendy tiba di kantor polisi. Dia yang mendengar kabar kalau Larasati histeris di sel tahanan, sangat terkejut dan minta segera dipertemukan dengan kliennya itu. Rendy menunggu Larasati di ruang besuk dengan perasaan cemas.“Ya Tuhan, apa yang terjadi, Bu Laras?” tanya Rendy, ketika Larasati tiba di ruangan dengan rambut acak-acakan dan wajah yang sembab.Larasati terdiam. Tatapannya pun kosong.“Saya akan telepon keluarga Bu Laras,” imbuh Rendy. Dia lalu bergegas menghubungi Mila dan menceritakan k

    Last Updated : 2024-02-19
  • Puber Kedua Pak Suami   68. Kesaksian

    “Iya, Mas. Jujur saja kalau semenjak mengetahui Mas telah berkhianat, aku sudah nggak ingin melanjutkan pernikahan kita. Namun, saat aku berpikir kembali dengan kepala dingin, rasanya nggak rela kalau Larasati tinggal menikmati hasilnya. Sedangkan aku mendampingi kamu dari nol. Jadi aku menahan diri untuk menggugat cerai kamu. Meskipun semua aset telah berpindah kepemilikan, tapi kamu tetap menjabat sebagai Direktur Utama dengan gaji yang cukup besar. Apabila kita telah resmi bercerai saat itu, maka Larasati menjadi Nyonya Andi Sanjaya satu-satunya dan dia berhak sepenuhnya atas gaji kamu. Aku sangat nggak rela si pelakor itu menikmati hasil kerja kamu di perusahaan anak-anakku. Makanya aku bertahan dan menghubungi Pak Tedi untuk membuat perjanjian itu. Mungkin ini terkesan licik bagimu, Mas. Maafkan aku, sebab ini aku lakukan juga karena belajar dari kamu dan Larasati. Kalian berdua telah licik bermain api di belakangku. Jadi sepertinya asyik juga kalau aku ladeni permainan kalian. S

    Last Updated : 2024-02-20
  • Puber Kedua Pak Suami   69. Gugatan Cerai

    Hanum menghela napas panjang sebelum turun dari mobil. Meski tangan kanannya sudah pulih, tapi dia belum berani mengemudikan mobil. Ketiga anaknya pun melarang dia untuk mengemudikan mobil, dengan alasan kesehatan. Jadi lah kini Hanum mempekerjakan seorang sopir, karena dia tak mau merepotkan anak-anaknya untuk mengantar dan menjemput ke mana dia pergi. Anak-anaknya sudah beranjak dewasa dan memiliki urusan masing-masing. Mengingat itu membuat Hanum agak bersedih, karena di saat seperti ini harusnya ada seorang suami yang mendampingi. Tapi, justru kini dia akan berpisah dengan Andi-suaminya.Senyum getir terbit dari bibir Hanum, ketika menyadari kalau dia tak akan mengalami patah tulang pada tangannya apabila Andi tak berselingkuh. Semua yang terjadi ini karena Andi lah penyebabnya. Lelaki pengkhianat itu yang menjadi sumber malapetaka yang terjadi di keluarga kecilnya.Pak Amir-sopir Hanum, yang sudah turun dari mobil dan membuka pintu penumpang belakang merasa heran, karena Hanum be

    Last Updated : 2024-02-21
  • Puber Kedua Pak Suami   70. Akhirnya...

    Hanum tersenyum seraya berkata, “Mas, kita masih bisa kok menua bersama meski dengan status berbeda. Kita punya tiga anak yang akan menjadi jembatan kita untuk silaturahmi. Kita bisa menimang cucu kita bersama-sama nanti, meski sudah bukan pasangan suami istri lagi. Maaf kalau aku mengatakan, pernikahan kita ini sudah nggak sehat lagi. Kenapa? Karena berselingkuh itu adalah sebuah penyakit, yang bisa kumat kapan saja. Aku tahu kalau kamu mengalami fase puber kedua, Mas. Tapi, aku nggak menerima yang namanya pengkhianatan. Maaf kalau aku nggak bisa memberi kamu kesempatan kedua. Mungkin jodoh kita hanya sampai di sini. Hanya sampai dua puluh tahun lebih beberapa bulan saja. Semoga setelah ini Mas Andi menemukan jodoh yang tepat, yang akan mendampingi hingga akhir hayat. Sekarang aku permisi dulu ya, Mas.”Setelah berkata, Hanum melangkah pergi meninggalkan Andi yang terpaku di tempatnya. Tedi mengikuti langkah Hanum dari belakang.Sementara Andi belum bisa melangkahkan kakinya keluar d

    Last Updated : 2024-02-22
  • Puber Kedua Pak Suami   71. Menghadiri Acara Gilang

    Hanum terdiam. Hatinya kini terasa campur aduk. Entah dia harus bicara apa pada pria, yang kini sudah berubah statusnya menjadi mantan suami. Meski sakit hati, tapi Hanum ingin menghormati Andi karena bagaimana pun pria itu adalah ayah dari ketiga anaknya.“Mas, untuk saat ini aku belum bisa menjawab permintaan kamu itu. Aku masih harus menata hatiku dulu dan itu entah untuk berapa lama. Luka yang kamu torehkan di hatiku cukup dalam, Mas. Jadi perlu waktu untuk menyembuhkannya, dan menjawab permintaan kamu itu. Maaf, kalau saat ini aku belum bisa kasih jawaban. Tapi, yang pasti kita akan tetap bisa bersilaturahmi. Kita tetap bisa saling komunikasi, tapi sebatas kepentingan anak-anak kita,” sahut Hanum dengan suara pelan.Andi menganggukkan kepalanya. Dia sangat paham dengan penuturan Hanum. Dia sadar kalau perbuatannya sudah keterlaluan, dan sangat menyakiti hati wanita yang menjadi ibu dari ketiga anaknya. Mungkin dia terlalu terburu-buru mengutarakan niatnya untuk rujuk. Tapi, itu d

    Last Updated : 2024-02-23
  • Puber Kedua Pak Suami   72. Acara Syukuran

    Gilang menahan tawanya, dan seketika menggeser tubuhnya agar Andi bisa berpindah tempat ke tengah. Hal itu tentu saja membuat Hanum menghentikan langkah.“Lho, Gilang. Kenapa ganti sih posisinya ini?” ucap Hanum dengan mata yang memicing pada anaknya.Gilang baru saja akan menyahut, tapi Andi buru-buru menjawab pertanyaan sang mantan istri.“Aku yang menyuruhnya, Num. Biar kelihatan kita ini seperti keluarga yang harmonis. Mama dan papanya Gilang jalan berdampingan, kan enak dilihat oleh orang lain nanti di gedung itu,” sahut Andi dengan senyuman.Hanum menghela napas panjang, dan akhirnya dia pun mengangguk setuju dengan ucapan Andi. Tanpa berkata lagi, Hanum kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Andi dan Gilang.“Nggak keberatan kan mama kamu, Lang. Tergantung alasannya saja sih sebenarnya,” ucap Andi dengan senyuman.“Iya...percaya deh. Papa kan memang ahlinya cari alasan. Sudah terbukti kan selama ini,” ucap Gilang menyindir papanya. Setelah itu, dia melangkah cepat menyusu

    Last Updated : 2024-02-24

Latest chapter

  • Puber Kedua Pak Suami   106. Kejutan Untuk Hanum

    Amelia sontak tersipu mendengar penuturan sang kakak. Wajahnya pun merona. “Cie, merah lho wajahnya si Amel. Nggak sangka kalau dia naksir sama si dosen itu. Nggak apa itu, Mel. Paling selisih usianya maksimal sepuluh tahun. Masih wajar itu menurut aku. Masih banyak yang selisihnya di atas sepuluh tahun. Ayo, Mel, aku dukung deh! Kayaknya orangnya baik,” ucap Gilang antusias. “Dia itu yang tolongin Amel saat mau dikerjai sama keponakannya Larasati, Lang,” celetuk Rafi. “Nah, keren itu. Sudah kelihatan tipe melindunginya. Nanti nggak apa deh kalau kamu duluan, Mel. Kakak sih belakangan nggak apa-apa. Lagi pula aku belum punya calonnya,” ucap Gilang dengan senyum menggoda pada sang adik. Wajah Amelia semakin memerah dan dia jadi salah tingkah. “Kita pulang saja sekarang, yuk! Ngobrol soal begini di tempat umum. Nanti kalau kedengaran orang, bagaimana? Malu tahu, Kak,” sahut Amelia. Dia lantas berjalan mendahului kedua kakaknya, karena merasa malu ketahuan isi hatinya oleh dua kakakn

  • Puber Kedua Pak Suami   105. Bulan Madu Kedua

    Hanum mengulum senyuman. Dia lalu menarik leher Andi dan mendekatkan telinga pria itu ke bibirnya. Dia lalu berbisik di sana.Kedua kelopak mata Andi membuka sempurna karena terkejut dengan apa yang Hanum bisikkan.“Kamu serius, Num? Nggak sedang bercanda?” tanya Andi dengan wajah memelas.“Iya, aku serius. Masak aku bohong sih, Mas. Aku ini kan belum menopause. Jadi masih kedatangan tamu bulanan lah. Aku tadi di kamar mandi baru tahu, kalau malam ini mendadak kedatangan tamu bulanan. Untung tadi sudah salat isya.” Hanum berkata sambil mengulum senyuman karena melihat wajah frustrasi Andi.“Sabar ya, Mas. Minggu depan deh baru bisa. Sekarang puasa dulu, ya. Sekalian menguji hati kamu, apa masih kuat menunggu satu minggu lagi?” imbuh Hanum yang masih mengulum senyumannya.Andi menghela napas. Dia berguling ke samping tubuh Hanum, dan memosisikan tubuhnya miring. Menghadap sang istri yang juga dalam posisi yang sama seperti dirinya. Tatapan mata mereka bertemu, dan saling mentransfer ra

  • Puber Kedua Pak Suami   104. Kembali Bersama

    Maya terdiam sambil mengaduk-aduk makanannya. Dia tiba-tiba saja menjadi tak berselera makan.Nadya yang melihat ekspresi sang mama, merasa bersalah karena terkesan dirinya memaksakan kehendak. Dia lalu memegang jemari tangan Maya dan mengusap lembut punggung tangan sang mama.“Aku minta maaf kalau perkataan tadi membuat Mama merasa nggak nyaman. Abaikan saja omongan aku tadi, Ma. Aku nggak memaksa Mama agar bisa memaafkan papa,” ucap Nadya lirih dan dengan nada yang tercekat, menahan tangis.Maya menoleh pada anak gadisnya. Dia melihat wajah cantik Nadya yang kini muram.‘Apa aku yang selama ini egois, mementingkan perasaanku sendiri tanpa memikirkan perasaan Nadya? Apa aku terlalu keras hati, sehingga sulit untuk memaafkan Mas Bima? Apakah sebenarnya Nadya merindukan papanya?’ ucap Maya dalam hati.“Nad, jawab pertanyaan Mama dengan jujur ya, Sayang,” ucap Maya dengan nada suara pelan.“Iya, Ma. Mama mau tanya apa?”“Apa kamu...merindukan papa kamu?”Nadya tak langsung menjawab. Dia

  • Puber Kedua Pak Suami   103. Restu Ibu

    ‘Jadi Hanum berencana akan rujuk dengan Andi. Sepertinya aku sia-sia saja selama ini mendekatinya. Lebih baik aku pulang saja sekarang. Mumpung belum ada yang tahu kehadiranku di sini. Mungkin Hanum memang bukan jodohku,’ ucap Sadewa dalam hati.Sadewa lalu dengan perlahan mundur teratur dari teras rumah Sawitri. Dia memutuskan pergi dari rumah itu karena tak ingin mendengar percakapan mereka. Dia memilih untuk lapang dada membuang jauh angannya terhadap Hanum, wanita yang dia suka sejak lama.“Mas Dewa, mau ke mana?” tanya seorang wanita, yang membuat Sadewa menghentikan langkah.Sadewa lalu menoleh dan melihat Lestari yang kini berdiri di jarak beberapa langkah di belakangnya.“Eh, Tari. Aku mau pulang. Nggak enak kalau mengganggu acara keluarga. Di ruang tamu sedang serius kayaknya,” sahut Sadewa terus terang, setelah dia membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini berhadapan dengan Lestari.“Nggak mau mampir sekedar menyapa ibuku, Mas?” tanya Lestari lagi. Dia memandang Sadewa deng

  • Puber Kedua Pak Suami   102. Kunjungan Sore Hari

    Andi menangkap tubuh Hanum yang terhuyung ke depan, agar tak tersungkur di lantai.“Hati-hati dong, kalau sampai jatuh di lantai kan sakit nanti,” ucap Andi lembut ketika tubuh Hanum sudah berada dalam dekapannya.“Ish, kamu ini cari alasan saja, Mas. Sudah lepasin tangan kamu!” ujar Hanum dengan mata yang melotot pada Andi.“Kenapa memangnya?” tanya Andi dengan tatapan lugu.“Berlagak nggak paham, pura-pura tanya pula,” sungut Hanum kesal. Dia lalu berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Andi. Namun, Andi sepertinya menahan lengannya agar bisa lebih lama memeluk sang mantan.Di saat yang sama, Amelia muncul di tempat itu. Gadis itu terkesiap hingga mulutnya terbuka sempurna, kala melihat kedua orang tuanya tengah berpelukan. Itu menurut penilaiannya, karena dia tak tahu awal mula kejadian sang mama berada dalam dekapan papanya.“Cieee...rujuk ini ceritanya. Kapan peresmiannya? Terus kalau rujuk, aku bakalan dapat adik nggak?” goda Amelia dengan tawanya.“Adik? Memangnya kamu masi

  • Puber Kedua Pak Suami   101. Bertemu Lagi

    “Iya, Bu Hanum. Tante Nita yang merekomendasikan katering Ibu. Katanya, katering Ibu sudah terjamin kualitasnya. Saya mencari jasa katering, untuk acara ulang tahun pernikahan orang tua saya. Ini saya lakukan sebagai hadiah di pernikahan mereka yang ketiga puluh. Oh iya, nama saya Fariz,” sahut Fariz dengan senyuman.“Fariz ini yang tempo hari menolong Amel lho, Num. Dia seorang dosen yang pintar ilmu bela diri, sehingga bisa mengalahkan si Roy,” timpal Andi, yang membuat Hanum terkesiap.“Oh ya? Wah, saya ucapkan banyak terima kasih deh sama kamu ya, Fariz. Lalu mengenai kateringnya, kapan acara ulang tahun pernikahan orang tua kamu? Apa kamu mau test food dulu, supaya yakin dengan makanannya?” sahut Hanum kalem.“Saya percaya kok dengan kualitas kateringnya Bu Hanum. Kalau Tante Nita sudah merekomendasikan sesuatu, itu artinya sudah ok. Jadi nggak perlu test food lagi, Bu. Lalu mengenai jadwal acaranya, itu dua minggu lagi. Sengaja saya jauh-jauh hari sudah cari kateringnya, supaya

  • Puber Kedua Pak Suami   100. Come back

    Hanum mundur satu langkah. Andi pun bergerak maju mendekat. Begitu terus, hingga akhirnya punggung Hanum menempel pada dinding. Tak ada ruang untuk dirinya mundur lagi.“Mas! Sudah lah kamu pulang saja sana. Kamu pastinya capek kan, dan perlu istirahat juga. Jangan sampai penyakit jantung kamu kumat gara-gara kecapekan,” ucap Hanum dengan jantung yang bertalu-talu saat ini.“Aku sehat kok, Num. Aku juga nggak terlalu capek kok. Di rumah Nadya kan tadi hanya ngobrol saja. Lalu yang bawa mobil, si Rafi. Aku hanya duduk manis di sebelahnya. Kalau mengantuk sih, iya. Aku boleh kan istirahat di sini dulu, di kamar tamu,” sahut Andi dengan tatapan penuh harap.“Ya sudah, kalau mau istirahat di kamar tamu. Langsung saja ke sana. Kamu kan sudah tahu letaknya,” sahut Hanum. Dia lalu mendorong dada Andi agar menjauhinya. Dia merasa canggung juga berada di jarak yang begitu dekat dengan mantan suaminya.Namun di luar dugaan Hanum, tangan Andi menangkap tangan Hanum yang mendorong dadanya. Dia ba

  • Puber Kedua Pak Suami   99. Para Mantan

    Hanum yang terkesiap hanya bisa menghela napas panjang. Dia lalu memandang ke arah Bima yang masih menatap Maya, yang sedang memberi kode agar sikap Bima lebih ramah pada tamu mereka.Setelah beberapa detik, Maya kembali menatap Hanum dan Andi. Wanita yang diperkirakan usianya sebaya dengan Andi, lantas tersenyum pada kedua calon besannya itu.“Maaf ya, Pak, Bu. Papanya Nadya sedang kurang enak badan. Jadi reaksinya seperti tadi. Mari, silakan masuk!” ucap Maya ramah, dan dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Dia sengaja memberikan alasan itu agar bisa dimaklumi oleh tamunya. Maya tak tahu saja, kalau Andi dan Hanum telah mengetahui penyebab sikap Bima tadi.“Oh, lagi kurang enak badan. Iya, nggak apa-apa. Kami maklum kok, Bu. Saya juga kalau kurang enak badan, suka begitu sikapnya. Iya kan, Ma,” sahut Andi dengan senyuman. Dia menoleh pada Hanum yang mengulum senyumannya mendengar penuturan mantan suaminya, yang masih menyebut kata ‘Ma’ pada dirinya.‘Aih, Mas Andi ini serba me

  • Puber Kedua Pak Suami   98. Pertemuan

    “Baik, Om, sepulang dari sini nanti, saya akan beritahu orang tua saya. Insya Allah, mereka bersedia datang kemari dan kenalan dengan Om Bima,” ucap Rafi, yang membuat lamunan Nadya buyar.Bima tersenyum seraya berkata, “Pastinya mau dong kenalan sama Om. Kalau nggak mau, Om nggak akan restui hubungan kalian.”Bima memang bercanda mengucapkan kalimat itu. Dia juga mengucapkannya sambil tersenyum. Namun, tetap saja membuat hati Rafi ketar-ketir.“I-iya, Om. Tolong restui dong. Saya dan Nadya serius lho, Om,” sahut Rafi yang sontak membuat Bima tertawa.“Iya...makanya nanti kenalan dulu. Biar enak ngomong soal kelanjutan hubungan kalian, iya kan,” ucap Bima setelah tawanya reda.Sementara itu, Maya yang rupanya menguping pembicaraan Rafi dan Bima lantas menampakkan dirinya di ruang tamu.Rafi yang melihat kedatangan Maya, lalu berdiri dan menghampiri wanita itu. Dia lalu mencium punggung tangan Maya dengan takzim.“Ada apa ini, Rafi?” tanya Maya pura-pura tak tahu. Dia lalu duduk di sof

DMCA.com Protection Status