"Bapak, Li ... Bapak meninggal."Allah.... Tubuhku lunglai, ambruk di lantai rumah sakit. Tangisku pecah, meski tak sampai menjerit histeris. Namun sikapku memancing semua orang menatap kemari. Terserah mereka mau berkata apa, fokusku hanya satu ... kabar kematian bapak. "Li ... Lili! Kamu masih di situ, kan? Cepat kemari, Li. Nomor Reza tidak bisa dihubungi," ucap Mbak Risma panik. "I-iya, Mbak."Sambungan telepon telah dimatikan Mbak Risma. Namun aku masih terpaku. Kaki terasa lunglai, tak kuat menahan beban tubuh yang tak seberapa ini. Aku masih tak percaya jika bapak telah berpulang. "Ada apa, Mbak?" tanya seorang perempuan paruh baya yang melewatiku. Perempuan itu menatapku lekat, seolah ia kasihan melihat kondisiku saat ini. Mungkin aku terlalu memelas. "Tidak apa-apa, Bu. Terima kasih."Aku beranjak, melangkah perlahan meski tubuh sempoyongan. Kakiku benar-benar tak bertenaga. Kematian bapak adalah pukulan terhebat untukku. "Terima kasih sudah menerima Reza, Li. Maaf ji
Baca selengkapnya