Sudah dua hari ibu menginap di sini. Jangan tanya lagi seperti apa mentalku, hancur tak berbentuk. Tiap hari selalu ada drama yang ia ciptakan. "Lili!"Benar, bukan ... baru juga dibicarakan, ibu sudah mengeluarkan ajian maut. Aku menguatkan mental sebelum akhirnya melangkah mendekati ibu. Perempuan yang sudah melahirkan suamiku itu tengah asyik menonton acara televisi. Sinetron dengan ganre drama rumah tangga menjadi serial yang tak pernah terlewatkan. "Ada apa, Bu?" tanyaku pelan. "Ibu pengen selat Solo, buatkan, ya!" pintanya tanpa menoleh ke arahku sedikit pun. Fokusnya masih satu, serial favoritnya. Aku menghela napas, menghilangkan rasa kesal dalam dada. Ingin rasanya menegur, tapi terhalang rasa tak enak. Seperti ini perasaan menantu pada umumnya. Wahai para mertua, mengertilah. Ah, sayangnya ibu tidak pernah peduli. "Beli saja, ya, Bu. Sudah siang, Mas sayurnya juga sudah lewat," rayuku. "Sekali-kali minta tapi tetap gak dikasih. Percuma punya menantu tapi apa-apa bel
Read more