Beranda / Romansa / Istriku Teman Anakku / Bab 201 - Bab 210

Semua Bab Istriku Teman Anakku: Bab 201 - Bab 210

352 Bab

Bab 201: Ingin Selidiki Bana Harnady

“Masri…sudah kukatakan, kita sekarang bukan orang lain, kamu jatuhnya kemenakanku sekarang, melalui Bana Harnady dan pastinya ipar kamu, Celica anakku tersebut. Asal kamu tahu, aku pun di tipu Bana Harnady hingga 100 miliaran..!” cetus Olly Bantano dengan wajah serius.Masri kaget, tapi hanya sesaat dia malah tertawa kecil mendengar ucapan Olly Bantano yang dianggapnya mulai ngelantur ini.“Entah sandiwara apalagi yang kamu lakukan saat ini, Roy Sumanjaya sudah sebut kamu terlibat pembunuhan orang tuaku, lalu kamu sebut dalang pelakunya Bana Harnady, kini kamu ngaku ditipu 100 miliar oleh orang yang kamu sebut keponakan tersebut.""Padahal kamu punya anak buah, bahkan nekat-nekat, kenapa tak kamu rampas saja uang itu. Apalagi dia juga keponakan kamu sendiri?” dengus Masri seakan ejek si tua yang dia anggap penuh manipulatif ini. Secara tak terduga Olly Bantano menghela nafas panjang, lalu wajahnya kini kembali serius.“Aku sudah berkali-kali mencoba, tapi hasilnya…!” Tiba-tiba Olly
Baca selengkapnya

Bab 202: Tak Sengaja Kembali Bertemu Lagi

“Tapi…aku khawatir di sana akan sangat berbahaya Wi?” Masri masih sangsi, dia takut terjadi apa-apa dengan si cantik ini.“Tenang Bang, aku janji bisa jaga diri, mungkin juga aku berguna kelak buat Abang!” janji Dewi, Masri pun tak bisa berbuat apa-apa Dewi tetap ngotot sekali.Malam itu juga Dewi menelpon kakeknya, dan bilang saat ini sedang bersama keluarga ‘sendiri’, yang juga paman adiknya. Mendengar ini, Masri senyum saja, rasa sayang sudah ada padanya.“Soal mencari Erwin, kita sambil jalan yaa, aku akan minta anak buahku di Polres untuk terus lacak di mana Erwin bersembunyi,” janji Masri, karena dia sudah terlanjur berjanji akan bantu Dewi.Untuk melacak di mana Paman-nya tersebut bersembunyi, usai membunuh dan merampas sertifikat serta tabungan neneknya.Setelah mengatur akan ke Papua secepatnya, keduanya tidur di kamar masing-masing. Masri sengaja ambil dua kamar di hotel ini, dia tak ingin ‘khilaf’ dengan kaka keponakannya tersebut.Melihat Dewi, Masri bisa melupakan Atiqah,
Baca selengkapnya

Bab 203: Sadar Tapi Sudah Terlanjur Pergi

“Eh sebentar, nama kamu siapa dek?” Dewi tiba-tiba saja bertanya, sebelum beranjak dari kursinya menyusul Masri yang sudah duluan ke mobil.“Aldi kak, makasih ya Kak, juga buat Om tadi…selamat jalan hati-hati ya!” sahut Aldi dan hanya memperhatikan keduanya masuk ke dalam mobil dan meluncur menuju bandara.Masri terpaksa agak tergesa-gesa, karena waktu mereka mepet, untuk terbang transit ke Jakarta, lalu ke Makasar, dan kelak ke Papua.Aldi tentu saja melongo dan geleng-geleng kepala melihat banyaknya uang yang diberikan Masri.Dan inilah juga kesalahan Aldi, kenapa dia tak cerita kalau dulu pernah di tolong Masri.“Hebat sekali Om Masri ini, uangnya banyak betul, enteng banget ngasih uang tak sedikit ini.” gumam Aldi, yang tak menyangka akan dapat rejek nomplok lagi.Lalu berkali-kali ucap syukur.“Alhamdulillah, mungkin berkat zikir yang selalu aku lakukan setiap saat, Allah beri aku rejeki yang terduga melalui Om Masri.” batin Aldi, sambil meraba tasbeh kecilnya di saku baju.Remaj
Baca selengkapnya

Bab 204: Godaan Itu Datang Juga

Begitu balik ke kamar, Masri kembali harus meredakan nafsunya, dengan santainya Dewi duduk sambil rebahan di kasur melihat tayangan TV.Pahanya yang mulus dan berbulu halus terpampang jelas. Dewi benar-benar menurun 100% kecantikan Tante Renita saat muda, yang membuat seorang Gibran pun sampai mabuk kepayang.Masri lupa dengan semua wanita yang pernah dekat dengannya, Dewi memilik aura kecantikan yang memabukan dirinya saat ini.Tapi...Dewi bukanlah sebangsa wanita yang mudah ditaklukan, salah besar kalau Masri berpikiran begitu..!Begitu melihat Masri hanya pakai handukan, giliran Dewi yang kagum melihat body Masri yang kekar dengan perut bersekal-sekal.Ditunjang tubuh tinggi menjulang, di mata Dewi sosok Masri adalah pria sempurna, idaman semua wanita, bonusnya lagi. Masri memiliki kekayaan tak berseri lagi, nilai plusnya, aparat pula.“Badan kamu bagus banget, berotot tapi nggak segede gaban kayak atlet binaraga. Kalau gede kayak mereka, wuihh eneg aku lihatnya. Badan kamu kayak b
Baca selengkapnya

Bab 205: Berpetualang ke Daerah Konflik

Begitu mendarat di Papua, hanya istirahat makan siang, Masri langsung sewa sebuah mobil 4X4 yang masih terlihat baru dan menuju ke lokasi tambang emas milik Bana Harnady.Bukan jalan yang mudah, selain sangat jauh, faktor keamanan juga menjadi tantangan bagi Masri dan Dewi saat ini.“Hati-hatilah, tempat yang tuan dan nyonyah tuju sangat berbahaya, sewaktu-waktu kalian berdua bisa jadi akan bertemu kaum pemberontak dan di culik,” kata si pemilik mobil mengingatkan, saat Masri membayar sewanya.Dia mengira keduanya pasangan suami istri yang sedang 'berbulan madu' ke daerah ekstrem.Masri pun berterima kasih sudah diperingatkan, saat berada dalam mobil, Masri kagum juga, Dewi ternyata tak ada takut-takutnya, malah antusias sekali.Dewi heran, saat Masri singgah di sebuah pasar dan memenuhi bak mobil di belakang dengan sembako, lalu di tutup terpal dan diikat kuat, yang di bantu pemilik toko sembako.“Kelak ini akan sangat berguna dan lebih berharga daripada uang dan emas, bahkan senjata
Baca selengkapnya

Bab 206: Di Sandera Komplotan Bersenjata

Masri pun mengintip dan di gelapan malam, dia melihat saling tembak menembak antara pasukan anak buah Kapten Lau dengan puluhan pasukan bersenjata.Masri tak mau berpangka tangan, setelah meminta Dewi jangan kemana-mana dan tetap tiarap bersembunyi. Dia pun keluar dan berindap-indap, lalu mulai membidik 3 orang sekaligus.Dor…dorr…dorr...3X tembakan Masri lepaskan dan 3 orang itu terjengkang, karena dahi mereka sudah berlubang.Saat melihat ada lagi 2 orang yang aseek menembaki tentara, kembali pistol Masri menyalak dan 2 orang itu nasibnya sama, dahi mereka tertembus peluru.Tiba-tiba terdengar seperti siulan dan pasukan penyerang ini bak hantu saja menghilang ke hutan dan sengaja tinggalkan jasad 5 orang temannya. Tembakan maut Masri bikin pasukan penyerang ini ciut, tak mereka sangka ada penembak jitu di tempat ini.Masri…dengan cueknya kembali masuk ke tempat ini dan merebahkan diri di tempat semula. Dewi yang tadi sempat ketakutan, kini lega dan ikut merebahkan di sisi tubuh Mas
Baca selengkapnya

Bab 207: Jebakan Betmen Olly Bantano

3 anak buah si pemimpin ini langsung membuka bak mobil tersebut dan mereka bersorak saat melihat sembako yang di bawa Masri, tentu paling mereka inginkan saat ini adalah…rokok dan kopi plus gula pasirnya.Masri senyum saja melihat kelakuan para penculiknya ini, sikap sang pemimpin pun yang tadinya sangar, kini mulai berubah lebih ramah.Setelah mengenalkan diri, Masri dan Dewi kini malah di jamu bak 'tamu besar', tapi lebih separu sembako sudah diturunkan dan otomatis jadi milik pasukan bersenjata ini.“Abang hebat, tanpa bersilat lidah tak perlu, cukup sembako semua berubah,” bisik Dewi makin geleng-geleng kepala.Sambil melihat anggota pasukan yang berjumlah hampir 100 orang ini aseek menikmati rokok dan sekaligus rame bikin kopi yang dibawa Masri tadi.Sang pemimpin yang bernama Apus ini berkurang curiganya dengan Masri. Masri pun beruntung, dia juga tak di geledah badannya, sehingga pemuda ini lega, senjatanya aman-aman saja ditubuhnya.“Enak juga rokok dan kopi orang kota,” cetus
Baca selengkapnya

Bab 208: Baru Nyadar Kelompok Ini Serbu Markas Aparat

Masri cabut dompetnya dan keluarkan kartu anggota klub menembak dan di sana tertulis pekerjaan Masri adalah pengusaha.Melihat ini, Apus menganggukan kepala, kembali rasa curiganya berkurang.“Hmm…baiklah, aku percaya kamu bukan aparat, tapi aku ingin tes kamu, apakah bisa gunakan senjata berat? Ayo ikut aku!” Apus berdiri diikuti anak buahnya, lalu menuju ke sebuah lapangan.Dewi tak mau jauh-jauh dari Masri, dia gelondotan saja di lengan pemuda ini, ngeri melihat pandangan anak buah Apus yang bak menelannya bulat-bulat.Bagaimana tidak melotot mata mereka, melihat ’bidadari’ nyelonong di tengah hutan belantara Papua. Walaupun ada juga puluhan wanita di kelompok ini, tapi tentu saja Dewi berbeda jauh.Bagi mereka Dewi benar-benar bidadari yang turun ke hutan!Lagi-lagi Apus dan anak buahnya melongo, Masri dengan entengnya bongkar pasang senjata berat dan saat melakukan bidikan, semua nya makin terheran-heran saking kagumnya dengan kemampuan Masri lakukan tembakan.Bidikan Masri tepat
Baca selengkapnya

Bab 209: Bertempur di Hutan Papua

Hari ke 3, Apus menemui Masri. “Malam ini kita akan melakukan penyergapan kelompok Bana Bantano. Apakah anda akan ikut tuan Masri?” Apus menatap wajah pemuda ini, tanpa banyak pikir Masri mengangguk.Masri menerima sebuah senapan mesin otomatis, bingung juga Masri, darimana kelompok Apus ini dapat senjata canggih tersebut, lengkap dengan pelurunya pula.Namun dia tak enak bertanya, hanya menerima dan memeriksa sesaat, pelurunya komplet dan dia pun mengangguk.Masri kini ganti baju ala-ala tentara, tapi warnanya gelap kebiru-biruan, sehingga menyamarkan tubuhnya. Juga gunakan sepatu septi, yang sejak dari keberangkatan sudah dia persiapkan.Melihat anak buah Apus mencoreti wajahnya dengan semacam cat.Tanpa ragu Masri ikut mengoleskan ke wajahnya. Sehingga wajah putihnya tak terlihat lagi, Masri mirip serdadu saja saat ini.Penampilannya sangat gagah, Dewi pun sampai pangling melihat 'kekasihnya' ini berpakain begitu.“Aku titip istriku, tolong jagakan dia,” cetus Masri pada dua wanita
Baca selengkapnya

Bab 210: Emas Setengah Ton

Setelah kelompok pasukan yang di cegat kabur di kegelapan malam dengan membawa rekan-rekannya yang terluka. Pertempuran pun berhenti dengan sendirinya.Apus minta anak buahnya jangan mengejar musuh yang kabur tersebut, karena sangat berbahaya, di tambah lagi ini malam hari.Anak buah Apus kuasai 3 mobil ini dan mereka kompak menuju ke kendaraan yang dikawal sebelumnya, yang berada di tengah-tengah, lalu membongkar isinya.Masri langsung melongo saat melihat isi truk ini. Ternyata semua isinya emas batangan…??!!! “Gila darimana mereka memperoleh emas-emas ini,” batin Masri heran sendiri. Di pedalaman Papua ada emas yang sudah berbentuk batangan dan tentu saja beharga sangat mahal per batangnya.Apus perintahkan semua pasukannya yang tak terluka turunkan semua emas-emas ini, dan setelah-nya 3 buah mobil ini di dorong masuk ke jurang.Lalu beramai-ramai mereka mengangkut semua emas batangan tersebut masuk kembali ke hutan lebat dan kembali berjalan kaki ke markas mereka.Masri mengiku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
36
DMCA.com Protection Status