Masri cabut dompetnya dan keluarkan kartu anggota klub menembak dan di sana tertulis pekerjaan Masri adalah pengusaha.Melihat ini, Apus menganggukan kepala, kembali rasa curiganya berkurang.“Hmm…baiklah, aku percaya kamu bukan aparat, tapi aku ingin tes kamu, apakah bisa gunakan senjata berat? Ayo ikut aku!” Apus berdiri diikuti anak buahnya, lalu menuju ke sebuah lapangan.Dewi tak mau jauh-jauh dari Masri, dia gelondotan saja di lengan pemuda ini, ngeri melihat pandangan anak buah Apus yang bak menelannya bulat-bulat.Bagaimana tidak melotot mata mereka, melihat ’bidadari’ nyelonong di tengah hutan belantara Papua. Walaupun ada juga puluhan wanita di kelompok ini, tapi tentu saja Dewi berbeda jauh.Bagi mereka Dewi benar-benar bidadari yang turun ke hutan!Lagi-lagi Apus dan anak buahnya melongo, Masri dengan entengnya bongkar pasang senjata berat dan saat melakukan bidikan, semua nya makin terheran-heran saking kagumnya dengan kemampuan Masri lakukan tembakan.Bidikan Masri tepat
Hari ke 3, Apus menemui Masri. “Malam ini kita akan melakukan penyergapan kelompok Bana Bantano. Apakah anda akan ikut tuan Masri?” Apus menatap wajah pemuda ini, tanpa banyak pikir Masri mengangguk.Masri menerima sebuah senapan mesin otomatis, bingung juga Masri, darimana kelompok Apus ini dapat senjata canggih tersebut, lengkap dengan pelurunya pula.Namun dia tak enak bertanya, hanya menerima dan memeriksa sesaat, pelurunya komplet dan dia pun mengangguk.Masri kini ganti baju ala-ala tentara, tapi warnanya gelap kebiru-biruan, sehingga menyamarkan tubuhnya. Juga gunakan sepatu septi, yang sejak dari keberangkatan sudah dia persiapkan.Melihat anak buah Apus mencoreti wajahnya dengan semacam cat.Tanpa ragu Masri ikut mengoleskan ke wajahnya. Sehingga wajah putihnya tak terlihat lagi, Masri mirip serdadu saja saat ini.Penampilannya sangat gagah, Dewi pun sampai pangling melihat 'kekasihnya' ini berpakain begitu.“Aku titip istriku, tolong jagakan dia,” cetus Masri pada dua wanita
Setelah kelompok pasukan yang di cegat kabur di kegelapan malam dengan membawa rekan-rekannya yang terluka. Pertempuran pun berhenti dengan sendirinya.Apus minta anak buahnya jangan mengejar musuh yang kabur tersebut, karena sangat berbahaya, di tambah lagi ini malam hari.Anak buah Apus kuasai 3 mobil ini dan mereka kompak menuju ke kendaraan yang dikawal sebelumnya, yang berada di tengah-tengah, lalu membongkar isinya.Masri langsung melongo saat melihat isi truk ini. Ternyata semua isinya emas batangan…??!!! “Gila darimana mereka memperoleh emas-emas ini,” batin Masri heran sendiri. Di pedalaman Papua ada emas yang sudah berbentuk batangan dan tentu saja beharga sangat mahal per batangnya.Apus perintahkan semua pasukannya yang tak terluka turunkan semua emas-emas ini, dan setelah-nya 3 buah mobil ini di dorong masuk ke jurang.Lalu beramai-ramai mereka mengangkut semua emas batangan tersebut masuk kembali ke hutan lebat dan kembali berjalan kaki ke markas mereka.Masri mengiku
“Kalian ingin kembali ke pangkuan Indonesia…lalu bagaimana dengan emas-emas batangan ini?” Masri menatap wajah Apus, hampir tak percaya dengan niat pentolan pasukan bersenjata ini.Mengingat Apus sudah sangat kecewa dengan pemerintahan saat ini, yang dianggapnya terlalu banyak oknum-oknum hanya cari keuntungan dari kekayaan alam Papua.“Tuan Masri kan bilang sebagai pengusaha emas, nah kami harap tuan Masri beli emas-emas ini. Rencanaku hasil penjualan ini aku bagi dengan anak buahku."Masri makin kaget dengan rencana Apus ini, mantan kepala suku ini lalu lanjutkan kalimatnya. "Kemudian kami akan kembali ke pangkuan Indonesia dan menikmati hidup bersama keluarga, sudah hampir 10 tahun kami berjuang dan tinggal di hutan, saatnya kami ingin hidup damai, kurasa dengan uan dari emas-emas itu, kami bisa hidup enak dan layak!” cetus Apus.Apus ternyata sangat cerdik, dia pernah sekolah hingga SMU.“Hmm masuk akal juga niat kalian tuan Apus, sudah saatnya kalian menikmati hasil perjuanga
Tratt..tratt…anak buah Apus mulai menembaki pasukan penyerbu ini, pertempuran sengit pun tak terelakan. Aksi saling balas terus berlangsung tiada henti.Suara tembakan yang tiada henti membuat suasana sangat mencekam dan menakutkan. Bahkan burung dan monyet yang biasa 'berdendang' tak berani bersuara. Saking ngerinya suasana.Masri pun sudah membidik beberapa penyerbu, namun dia sengaja tidak membidik yang berbaju aparat, bidikannya masih menuju ke penyerbu berbaju sipil, sudah 5 orang yang terjungkal oleh tembakannya.Masri kini mendekat ke arah danau hisap, dia melihat pasukan penyerbu juga banyak di sana dan tak sadar ada danau yang airnya surut. Terlihat jernih dan tenang!Padahal justru merupakan jebakan maut, seperti yang dikatakan Apus.Masri yang kembali mencorat-coret wajahnya, tak beda dengan para serdadu tentu saja tak dikenali kalau kulit aslinya putih. Para penyerbu masih menyangka dia berkulit gelap, sama seperti kelompok Apus.Saat melihat 6 orang pasukan penyerbu sedan
“Hmm…rupanya kamu sama dengan Olly Bantano, sudah memperlajari siapa aku sebenarnya. Apa tujuan kalian sebenarnya, seakan ingin jebak aku di sini. Apa misi kalian dan terutama Olly Bantano, yang ngaku-ngaku kalau kamu adalah anak mendiang kakekku?” dengus Masri.Ia tak perdulikan keheranan Apus, yang justru tertarik dan diam saja mendengarkan Masri ‘menginterogasi’ Bana Bantano.Bana Bantano malah tertawa, seakan ejek Masri, dan di sinilah kesalahannya. Dorr..dorrr…dua kali tembakan di kedua kakinya membuat tawa Bana Bantano berubah jadi teriakan kesakitan.Sekaligus umpatan kemarahan, bahasa binatang pun keluar dari mulutnya, memaki-maki Masri.Apus pun sampai terlonjak kaget bukan main, melihat gaya keras Masri ini, termasuk ratusan anak buahnya dan juga puluhan anak buah Bana Bantano yang jadi tawanan.Tak terkecuali Kapten Lau, yang baru saja di obati anak buah Apus. Kini hati aparat yang terseret karena jadi kaki tangan Bana Bantano ketar-ketir.“Kalian ini sudah berbuat jahat, m
2,5 jam kemudian, datang 3 helikopter dan puluhan tentara terjun dari helikopter ini lalu amankan situasi, sekaligus menahan Kapten Lau dan 60 an anak buahnya yang terluka atau pun tidak.Tuduhan buat mereka sangat serius, yakni berkomplot dengan perampok dan melindungi Bana Bantano cs alias Arman!Seorang tentara berpangkat Mayor beri hormat ke arah Masri. Kemudian membantu Masri dan Dewi naik helikopter tersebut. Untuk menuju ke markas pasukan ini, di sebuah kabupaten.Dewi yang sejak tadi gatal mulutnya ingin bertanya, sudah diberi kode oleh Masri agar jangan dulu buka mulut, selama dalam perjalanan ke Makodim.Pasukan ini juga gagal mengejar kelompok Apus cs, yang sudah sangat jauh pergi dan menghilang di belantara Papua yang sangat lebat dan berbahaya.Mereka meninggalkan 5 buah mobil, termasuk mobil sewaan Masri, serta 20 mayat anak buah Arman alias Bana Bantano yang mereka tembak mati, yang berjarak hampir 40 kiloan dari tempat mereka sebelumnya.Masri dan Dewi jalani pemeriksa
Dengan sekali tarikan nafas, sah lah Masri menikahi Dewi Renata, sang kakak kandung kemenakannya sendiri, sekaligus mantan ‘anak tiri’ Gibran.Dewi pun sempat di dandani seorang istri prajurit, walaupun sederhana dan make upnya hanya tipis-tipis.Tapi kecantikan Dewi tetap bikin semua prajurit memandang kagum kejelitaan sang nyonyah Kompol Masri Harnady ini.Begitu tahu mendiang ayah Dewi mantan tentara yang pernah gugur di Papua, Mayor Rudi pun sebut Dewi bagian dari keluarga besar tentara Republik Indonesia. Dewi sampai berkaca-kaca terharu. Terkuaklah juga, kenapa dulu Dewi ngotot ikut Masri ke pedalaman Papua, Dewi seakan ingin napak tilas ke daerah yang bikin dia jadi anak yatim sejak bayi.Tak lama usai menikah, dengan naik helikopter, Masri dan Dewi berangkat ke Raja Ampat, sebuah tempat wisata yang sangat terkenal di Papua bahkan dunia.“Sayang, kita bulan madu di sini saja dulu yaa, aku mau ke Raja Ampat, pingin lihat tempat itu. Kata Mayor Rudi tempatnya luar biasa indahn
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam