3 anak buah si pemimpin ini langsung membuka bak mobil tersebut dan mereka bersorak saat melihat sembako yang di bawa Masri, tentu paling mereka inginkan saat ini adalah…rokok dan kopi plus gula pasirnya.Masri senyum saja melihat kelakuan para penculiknya ini, sikap sang pemimpin pun yang tadinya sangar, kini mulai berubah lebih ramah.Setelah mengenalkan diri, Masri dan Dewi kini malah di jamu bak 'tamu besar', tapi lebih separu sembako sudah diturunkan dan otomatis jadi milik pasukan bersenjata ini.“Abang hebat, tanpa bersilat lidah tak perlu, cukup sembako semua berubah,” bisik Dewi makin geleng-geleng kepala.Sambil melihat anggota pasukan yang berjumlah hampir 100 orang ini aseek menikmati rokok dan sekaligus rame bikin kopi yang dibawa Masri tadi.Sang pemimpin yang bernama Apus ini berkurang curiganya dengan Masri. Masri pun beruntung, dia juga tak di geledah badannya, sehingga pemuda ini lega, senjatanya aman-aman saja ditubuhnya.“Enak juga rokok dan kopi orang kota,” cetus
Masri cabut dompetnya dan keluarkan kartu anggota klub menembak dan di sana tertulis pekerjaan Masri adalah pengusaha.Melihat ini, Apus menganggukan kepala, kembali rasa curiganya berkurang.“Hmm…baiklah, aku percaya kamu bukan aparat, tapi aku ingin tes kamu, apakah bisa gunakan senjata berat? Ayo ikut aku!” Apus berdiri diikuti anak buahnya, lalu menuju ke sebuah lapangan.Dewi tak mau jauh-jauh dari Masri, dia gelondotan saja di lengan pemuda ini, ngeri melihat pandangan anak buah Apus yang bak menelannya bulat-bulat.Bagaimana tidak melotot mata mereka, melihat ’bidadari’ nyelonong di tengah hutan belantara Papua. Walaupun ada juga puluhan wanita di kelompok ini, tapi tentu saja Dewi berbeda jauh.Bagi mereka Dewi benar-benar bidadari yang turun ke hutan!Lagi-lagi Apus dan anak buahnya melongo, Masri dengan entengnya bongkar pasang senjata berat dan saat melakukan bidikan, semua nya makin terheran-heran saking kagumnya dengan kemampuan Masri lakukan tembakan.Bidikan Masri tepat
Hari ke 3, Apus menemui Masri. “Malam ini kita akan melakukan penyergapan kelompok Bana Bantano. Apakah anda akan ikut tuan Masri?” Apus menatap wajah pemuda ini, tanpa banyak pikir Masri mengangguk.Masri menerima sebuah senapan mesin otomatis, bingung juga Masri, darimana kelompok Apus ini dapat senjata canggih tersebut, lengkap dengan pelurunya pula.Namun dia tak enak bertanya, hanya menerima dan memeriksa sesaat, pelurunya komplet dan dia pun mengangguk.Masri kini ganti baju ala-ala tentara, tapi warnanya gelap kebiru-biruan, sehingga menyamarkan tubuhnya. Juga gunakan sepatu septi, yang sejak dari keberangkatan sudah dia persiapkan.Melihat anak buah Apus mencoreti wajahnya dengan semacam cat.Tanpa ragu Masri ikut mengoleskan ke wajahnya. Sehingga wajah putihnya tak terlihat lagi, Masri mirip serdadu saja saat ini.Penampilannya sangat gagah, Dewi pun sampai pangling melihat 'kekasihnya' ini berpakain begitu.“Aku titip istriku, tolong jagakan dia,” cetus Masri pada dua wanita
Setelah kelompok pasukan yang di cegat kabur di kegelapan malam dengan membawa rekan-rekannya yang terluka. Pertempuran pun berhenti dengan sendirinya.Apus minta anak buahnya jangan mengejar musuh yang kabur tersebut, karena sangat berbahaya, di tambah lagi ini malam hari.Anak buah Apus kuasai 3 mobil ini dan mereka kompak menuju ke kendaraan yang dikawal sebelumnya, yang berada di tengah-tengah, lalu membongkar isinya.Masri langsung melongo saat melihat isi truk ini. Ternyata semua isinya emas batangan…??!!! “Gila darimana mereka memperoleh emas-emas ini,” batin Masri heran sendiri. Di pedalaman Papua ada emas yang sudah berbentuk batangan dan tentu saja beharga sangat mahal per batangnya.Apus perintahkan semua pasukannya yang tak terluka turunkan semua emas-emas ini, dan setelah-nya 3 buah mobil ini di dorong masuk ke jurang.Lalu beramai-ramai mereka mengangkut semua emas batangan tersebut masuk kembali ke hutan lebat dan kembali berjalan kaki ke markas mereka.Masri mengiku
“Kalian ingin kembali ke pangkuan Indonesia…lalu bagaimana dengan emas-emas batangan ini?” Masri menatap wajah Apus, hampir tak percaya dengan niat pentolan pasukan bersenjata ini.Mengingat Apus sudah sangat kecewa dengan pemerintahan saat ini, yang dianggapnya terlalu banyak oknum-oknum hanya cari keuntungan dari kekayaan alam Papua.“Tuan Masri kan bilang sebagai pengusaha emas, nah kami harap tuan Masri beli emas-emas ini. Rencanaku hasil penjualan ini aku bagi dengan anak buahku."Masri makin kaget dengan rencana Apus ini, mantan kepala suku ini lalu lanjutkan kalimatnya. "Kemudian kami akan kembali ke pangkuan Indonesia dan menikmati hidup bersama keluarga, sudah hampir 10 tahun kami berjuang dan tinggal di hutan, saatnya kami ingin hidup damai, kurasa dengan uan dari emas-emas itu, kami bisa hidup enak dan layak!” cetus Apus.Apus ternyata sangat cerdik, dia pernah sekolah hingga SMU.“Hmm masuk akal juga niat kalian tuan Apus, sudah saatnya kalian menikmati hasil perjuanga
Tratt..tratt…anak buah Apus mulai menembaki pasukan penyerbu ini, pertempuran sengit pun tak terelakan. Aksi saling balas terus berlangsung tiada henti.Suara tembakan yang tiada henti membuat suasana sangat mencekam dan menakutkan. Bahkan burung dan monyet yang biasa 'berdendang' tak berani bersuara. Saking ngerinya suasana.Masri pun sudah membidik beberapa penyerbu, namun dia sengaja tidak membidik yang berbaju aparat, bidikannya masih menuju ke penyerbu berbaju sipil, sudah 5 orang yang terjungkal oleh tembakannya.Masri kini mendekat ke arah danau hisap, dia melihat pasukan penyerbu juga banyak di sana dan tak sadar ada danau yang airnya surut. Terlihat jernih dan tenang!Padahal justru merupakan jebakan maut, seperti yang dikatakan Apus.Masri yang kembali mencorat-coret wajahnya, tak beda dengan para serdadu tentu saja tak dikenali kalau kulit aslinya putih. Para penyerbu masih menyangka dia berkulit gelap, sama seperti kelompok Apus.Saat melihat 6 orang pasukan penyerbu sedan
“Hmm…rupanya kamu sama dengan Olly Bantano, sudah memperlajari siapa aku sebenarnya. Apa tujuan kalian sebenarnya, seakan ingin jebak aku di sini. Apa misi kalian dan terutama Olly Bantano, yang ngaku-ngaku kalau kamu adalah anak mendiang kakekku?” dengus Masri.Ia tak perdulikan keheranan Apus, yang justru tertarik dan diam saja mendengarkan Masri ‘menginterogasi’ Bana Bantano.Bana Bantano malah tertawa, seakan ejek Masri, dan di sinilah kesalahannya. Dorr..dorrr…dua kali tembakan di kedua kakinya membuat tawa Bana Bantano berubah jadi teriakan kesakitan.Sekaligus umpatan kemarahan, bahasa binatang pun keluar dari mulutnya, memaki-maki Masri.Apus pun sampai terlonjak kaget bukan main, melihat gaya keras Masri ini, termasuk ratusan anak buahnya dan juga puluhan anak buah Bana Bantano yang jadi tawanan.Tak terkecuali Kapten Lau, yang baru saja di obati anak buah Apus. Kini hati aparat yang terseret karena jadi kaki tangan Bana Bantano ketar-ketir.“Kalian ini sudah berbuat jahat, m
2,5 jam kemudian, datang 3 helikopter dan puluhan tentara terjun dari helikopter ini lalu amankan situasi, sekaligus menahan Kapten Lau dan 60 an anak buahnya yang terluka atau pun tidak.Tuduhan buat mereka sangat serius, yakni berkomplot dengan perampok dan melindungi Bana Bantano cs alias Arman!Seorang tentara berpangkat Mayor beri hormat ke arah Masri. Kemudian membantu Masri dan Dewi naik helikopter tersebut. Untuk menuju ke markas pasukan ini, di sebuah kabupaten.Dewi yang sejak tadi gatal mulutnya ingin bertanya, sudah diberi kode oleh Masri agar jangan dulu buka mulut, selama dalam perjalanan ke Makodim.Pasukan ini juga gagal mengejar kelompok Apus cs, yang sudah sangat jauh pergi dan menghilang di belantara Papua yang sangat lebat dan berbahaya.Mereka meninggalkan 5 buah mobil, termasuk mobil sewaan Masri, serta 20 mayat anak buah Arman alias Bana Bantano yang mereka tembak mati, yang berjarak hampir 40 kiloan dari tempat mereka sebelumnya.Masri dan Dewi jalani pemeriksa