Beranda / Romansa / Istriku Teman Anakku / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Istriku Teman Anakku: Bab 121 - Bab 130

352 Bab

Bab 121: Cinta Itu Berlangsung Alami

Setelah Erwin keluar dari ruangan ini, Gibran menatap wanita tadi. “Siapa nama kamu?”“S-saya Irina tu-tuan, eh pa…!”Gibran lalu meminta seorang staf ambilkan berkas Irina, setelah itu dia membaca arsip Irina, dia kagum juga, nilai Irina rata-rata A-plus.Irina bahkan lulus hanya 3 tahun kuliah dengan nilai cumlaude alias mahasiswa terbaik, program study manajemen bisnis, di universitas negeri lagi.Hebatnya lagi, usia Irina masih sangat muda, baru jalan 23 tahunan. Beda beberapa bulan saja dengannya.Gibran-pun baru sadar, Irina yang semula lulus namun digagalkan Erwin. Karena ada yang berani bayar dia hingga 100 juta. Kelemahan Irina, dia belum berpengalaman kerja..!Itu catatan alasan yang di buat oleh Erwin, untuk menggagalkan kelulusan Irina bekerja di perusahaan ini.Padahal orang yang dia luluskan pengganti Irina, justru nilainya banyak C nya dari A-nya, juga tak punya pengalaman kerja. Inilah yang bikin Gibran jengkel bukan main.Gibran lalu meletakan berkas Irina di meja ker
Baca selengkapnya

Bab 122: Awal Cerita Seru dengan Pramugari

Kita tinggalkan sejenak Gibran dan Laura yang mulai terbit benih-benih cinta, di tengah kepusingannya benahi perusahaan warisan ayahnya.Agar kisahnya tetap nyambung, kita ikuti perjalanan Masri Harnady, yang berangkat ke Semarang, untuk lakukan tes fisik menjadi calon perwira.Kita tarik mundur dan dimulai sejak dia berangkat dari bandara Soetta menuju ke bandara Ahmad Yani Semarang, untuk lakukan tes fisik ke Akpol di sana.Pemuda tampan tak banyak bicara ini sudah jadi gosip panas para pramugari saat melihat namanya di kursi penumpang.Walaupun Masri duduk di…kursi ekonomi, tapi wajahnya dan juga ujung namanya tetap jadi bahan gosip panas 2 pramugari pesawat plat merah ini.Masri paham, nama besar keluarganya pasti akan menjadi perhatian siapa saja. Itulah sebabnya dia memilih di kursi ekonomi, bahkan memasang topi di kepalanya.Namun, wajah tampan dan tubuh jangkung kokohnya tetap tak bisa menutupi kelebihannya itu. Walaupun dia sudah pakai baju biasa, jeans di padu kaos dan him y
Baca selengkapnya

Bab 123: Godaan Dua Pramugari Cantik

Tanpa siapapun yang tahu, salah satu alasan Masri masuk Akademi Kepolisian adalah, ingin menghindari Tamara sejauh-jauhnya.Diam-diam pemuda dingin ini mulai sadar, permintaan Tamara makin hari makin tak masuk akal dan terlalu memanfaatkan dirinya.Dia juga ingat, Gibran Abang-nya kadang menyindirnya, kenapa pengeluarannya akhir-akhir ini sangat banyak.“Padahal dulu-dulu kamu nggak pernah sebesar ini pengeluaran...buat apa sih? ” tanya Gibran. Kalau Gibran sudah bicara begitu, Masri hanya bisa diam tak berani menyahut.Sebagai ‘kepala keluarga’ Gibran sudah ditugaskan kakek dan neneknya awasi adik-adiknya, termasuk soal pengeluaran.“Kalau mereka sudah dewasa, barulah kamu atur warisan buat adik-adikmu juga keponakanmu si Dyan. Kakek percaya kamu akan bersikap adil, sesuai wasiat papa kamu!” pesan kakek Purnomo, tak lama setelah Tommy dan Rachel dipastikan meninggal dunia.Apartemen seharga 7 miliar dan mobil berharga hampir 1,5 miliar sudah Masri belikan buat Tamara. Belum lagi uang
Baca selengkapnya

Bab 124: Skandal Manis

Masri sempat bingung juga, kemana membawa dua dara yang setengah mabuk ini, dia pun akhirnya membawa ke kamarnya yang bertipe suite.Masri kaget, saat keduanya menariknya ke ranjang, bahkan dia gelagapan, saat Monik dan Clarisa menindihnya, ketika mereka berada di kasur empuk dan dingin ini.Ini tentu pengalaman perdana seorang Masri, harus berhadapan dengan dua dara cantik sekaligus di atas ranjang.Masri tak sadar, baik Monik ataupun Clarisa sebenarnya saling mengedipkan mata, mereka hanya pura-pura setengah mabuk.Mereka berdua sejak di pub itu sudah sepakat, malam ini akan membuat sebuah ‘kisah’ yang tak bakal Masri lupakan seumru hidup.Monik dan Clarisa sudah kagum dengan pemuda ini dan tak ingin melewatkan malam ini untuk bercinta dengan Masri, si crazy rich, calon perwira…!Masri makin gelagapan saat Monik dengan ganasnya menyumpal mulutnya dengan bibirnya.Dan Clarisa juga tak tinggal diam, memaksa melepas celana pemuda ini dan akhirnya Masri kini sudah setengah telanjang, ka
Baca selengkapnya

Bab 125: Berawal dari Ngantuk, Selanjutnya..?

Gibran melonggarkan dasinya, dia terus memantau semua kinerja anak buahnya, tak ada ruangan kerja yang tak dia tinjau.Bahkan dia sudah keliling selama 2 bulanan ini ke semua kantor-kantor cabangnya, yang berada di beberapa kota besar di Indonesia, hingga ke beberapa negara.Sampai-sampai, satu kertas sampah pun yang tercecer dia marahi anak buahnya, Gibran ingin terapkan disiplin tinggi bagi seluruh karyawannya.Ngeri lah anak buahnya melihat Gibran yang berbeda 180 derajat dengan mendiang ayahnya.Walaupun masih muda, tapi dia benar-benar keras dan tanpa kompromi, bagi Gibran yang tak suka diatur, silahkan minggir alias di PHK.Total 250 orang pegawainya kena PHK, dan ada 15 orang mendekam dalam penjara, karena terbukti korupsi.Hasilnya, dalam waktu hanya 5 bulan, perusahaan Harnady Group sudah kembali sehat!Kakek Purnomo dan Tante Reni atau kini Nenek Reni, Gita serta Bela sampa geleng-geleng kepala melihat adik mereka ini. Benar-benar telah lahir sosok Tommy Harnady yang lebih t
Baca selengkapnya

Bab 126: Tak Sadar Ikuti Gaya Papa

Kebiasaan Gibran kalau tidur, hanya kenakan celana dalam lalu di tutup selimut. Kebiasaan yang tak bisa dia rubah, termasuk saat ini.Gibran akui, sejak melihat Irina kenakan daster, jiwa flamboyannya langsung bereaksi. Butuh penyaluran saat ini juga..!Apesnya atau ini malah keberuntungan bagi Gibran, Irina pun kalau tidur, hanya kenakan baju daster tipis, tanpa beha...!Irina sebenarnya rada-rada bak mimpi, malam ini akan tidur bersama pemuda tampan super tajir, yang jadi bos besarnya di kantor dan jadi idaman semua karyawan wanita singel, yang sebenarnya diam-diam dia kagumi.Lampu kamar di rubah ke lampu tidur yang redup, suasana pun jadi hening dan makin romantis.Ditambah di luar hujan rintik-rintik mulai turun, lalu berubah jadi hujan yang lebat, di sertai kilat dan petir yang menggelegar.Kasur empuk yang dingin karena pengaruh AC jadi hangat saat mereka berdua merebahkan diri.Tak ada yang aneh-aneh awalnya, namun saat Irina rebah miring menghadap dinding, dia kaget saat Gibr
Baca selengkapnya

Bab 127: Pribadi yang Berbeda

"Sulit sekali membongkar jaringan Roy dan Olly, sampai kini kedua orang ini bak hilang di telan bumi,”Komjen Sutomo menghela nafas, sambil menatap Gibran yang hari ini berkunjung ke ruang kerjanya, sekaligus bertanya progres penyelidikan kematian kedua ortunya.Sutomo juga sebut, semua tempat yang di sebut dua anak buah Olly yang dulu di tangkap dan kini sedang jalani hukuman sudah didatangi. Namun hasilnya nihil..!Gibran pun pulang dengan kecewa, sudah lebih 9 bulan pasca kematian kedua orang tuanya, kepolisian belum bisa mengaitkan dengan keterlibatan Roy dan Olly.Kedua orang musuh besarnya ini pun masih sulit di lacak keberadaannya. Ini yang bikin dia penasaran.Inilah juga salah satu faktor yang membuat Gibran makin berubah dari sifat aslinya, dia mulai sinis dengan siapapun.Saat keluar dari ruangan sang Kabaresrim ini, dia sempat menatap lama ajudan Komjen Sutomo, sang ajudan cantik berpangkat Bripda ini sampai salting di tatap pemuda tampan ini.Begitu berselisihan, dengan n
Baca selengkapnya

Bab 128: Siasat Jahat Dekati Atiqah

Begitu duduk di kursi kerjanya, Gibran kaget saat telponnya berdering, ternyata yang call Masri, adiknya.Langsung dia angkat, ada rasa kangen lama tak bertemu adiknya yang lebih tampan dari dia.Gibran selalu kangen kalau menatap wajah Masri, wajah adiknya ini mengingatkannya dengan Rachel, ibu kandung mereka yang berwajah lembut dan jelita.“Heeii brother, lohh wajah kamu kok agak item, berat sekali yaa latihannya di sana? Waah kepala kamu plontos..?” Gibran langsung menyapa adiknya sambil tertawa senang, melihat Masri sehat wal afiat.“Lumayan Bang, latihan fisik saban hari, rata-rata hampir 3,5 jam, lanjut pelajaran di kelas, kadang hingga malam!” sahut Masri ikutan tertawa kecil.“Pantas badan kamu makin kokoh dan berotot. Kapan liburan dan ada waktu pulanglah?” ajak Gibran dan sebut Syifa serta Dyan selalu menanyakan dirinya.“Kan belum setahun bang, baru juga 10 bulanan, tunggu 2 bulan lagi, ada waktu libur selama 2 minggu, aku pasti akan pulang ke Jakarta. Aku juga kangen deng
Baca selengkapnya

Bab 129: Sherman Pengusaha Misterius

Setelah selesaikan tanda tangan, barulah Gibran meminta Irina panggil tamu tersebut ke ruangannya. Inilah gaya angkuh seorang Gibran, baginya kalau orang yang perlu dengannya, kudu menunggu.Bukan dia yang menunggu, tak suka silahkan out dari kantornya.“Selamat sore pa Gibran Harnady, tak ku sangka Anda dalam usia semuda ini sudah jadi bos besar perusahaan ini,” puji Sherman berbasa-basi, saat bersalaman dengan Gibran.Gibran lalu mempersilahkan Sherman dan dua asisten cantiknya duduk. “Ada keperluan apa pa Sherman?” Gibran langsung saja bertanya tanpa mau berbasa-basi.“He-he luar biasa, anda mirip sekali tuan Tommy Harnady, tanpa mau banyak basa-basi. Begini tuan Gibran, saya punya lahan tambang emas di Sulawesi. Nah saya mau cari investor untuk lakukan tambang emas itu!”“Saya tak main tambang emas, kalau batubara dan timah ya, itu pun saya bukan operator, hanya beli sahamnya!” sahut Gibran cepat.“Nahh, justru itu, saya ingin ajak tuan Gibran main saham emas ini. Saya yakin untun
Baca selengkapnya

Bab 130: Kenal Keluarga Atiqah

“Macet…!” cetus Gibran mengagetkan Atiqah yang tak sadar sedang mengaguminya di sampingnya.Derasnya hujan menyebabkan jalanan tergenang air di mana-aman. Akibatnya banyak mobil berhenti dan macetlah jalanan yang mereka lewati.“Maaf, jadi ngerepotin Abang,” kali ini Atiqah merasa bersalah, Gibran menoleh lalu senyum sendiri.“Setidaknya aku nggak bete sendirian kejebak macet,” goyun Gibran, coba memecah kekakuan keduanya, dari tadi Atiqah sepertinya susah di ajak ngomong.Ucapan Gibran sukses bikin Atiqah senyum kecil sambil meletakan kedua tangannya di dada, mengurangin bete.“Bang…bagaimana rasanya menghilangkan rasa nyesek di dada, setelah Abang kehilangan kedua ortu Abang?” tiba-tiba Atiqah ajukan pertanyaan, Gibran kaget dan kembali menoleh wajah cantik jelita ini.Gibran menghela nafas, dia yang tadi membuka pembicaraan soal ortunya, kini dia yang benaran nyesek sendiri. Ingat ortunya, menimbulkan luka di hatinya.“Butuh waktu Atiqah, apalagi aku bukan tipikal orang yang suka c
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
36
DMCA.com Protection Status