Home / CEO / Perjanjian Cinta Om Duda / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Perjanjian Cinta Om Duda: Chapter 41 - Chapter 50

72 Chapters

Bab.41 Menyebar fitnah?

Eira bersiap pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Gilang sekaligus kembali bertemu dengan dokter dan membicarakan masalah operasi yang harus dilakukan pada Gilang. Dia baru saja sampai di teras, kala seorang penjaga menghampirinya dengan wajah panik. “Nyonya Asih ada di depan, dia sedang memaksa masuk.” Laporan dari penjaga itu, membuat Eira melebarkan matanya sambil mengalihkan perhatian ke arah gerbang yang masih tertutup rapat. “Untuk saat ini, sebaiknya Nyonya muda tetap di dalam rumah. Kami akan mencoba membujuk Nyonya Asih untuk kembali lain hari.” Penjaga itu kembali berbicara, sebelum akhirnya berpamitan kembali ke gerbang. Eira menatap kepergian penjaga itu, hingga akhirnya matanya terhenti di pagar tinggi yang membatasi area dalam rumah dan luar. Sejenak dia memilih tetap berdiri di sana sambil memperhatikan para penjaga yang tampak sibuk saling membantu membujuk Asih. Eira menghembuskan napas, entah mengapa sela
Read more

Bab.42 Membela

“Ini pasti ulah kamu, kan? Menyebarkan fitnah untuk anakku dan menuduhnya berselingkuh dengan Alderia? Dasar tidak tahu malu!” Asih menatap Aryan penuh amarah. Da tidak terima dengan rumor tentang Juna yang masih beredar. Kebencian yang sudah mengakar selama dua tahun ini, sekarang semakin bertambah karena rumor yang beredar di luar sana. “Sebaiknya kita ke dalam dulu, Tante. Saya bisa jelaskan semuanya,” ujar Aryan masih mencoba menerima Asih degan ramah. Dia sudah bisa menebak kekacauan apa lagi yang akan terjadi imbas dari rumor itu. Salah satunya adalah Asih yang murka seperti sekarang ini. Selama ini, dia tak pernah tahu jika sebelum meninggal Juna telah berselingkuh dengan Alderia, yang saat itu masih menjadi istri sahnya. “Jangan berbelit, Aryan! Cepat katakan alasanmu berbuat begitu pada anakku, hah? Apa masih kurang semua yang sudah kamu lakukan selama ini? Bahkan kamu sudah membuat Juna meninggal! Kamu lupa?!” teriak Asih sambil bergerak me
Read more

Bab.43 Bekerjasama

“Aku cuman khawatir!” Eira berteriak frustrasi karena sudah terlalu tertekan dengan kondisi Aryan yang terlalu mendominasi. Dia perlahan membuka matanya dengan napas yang masih tertahan di tenggorokan. Dia baru menghembuskannya kala melihat Aryan sudah membawa dua langkah kakinya menjauh, sepertinya lelaki itu cukup terkejut oleh teriakannya yang tiba-tiba.“Khawatir?” Aryan menatap heran wajah Eira. Dia sempat terpaku beberapa saat, setelah mendengar ucapan Eira. Bukan karena suaranya yang melengking hingga menusuk ke gendang telinga, tetapi kata terakhirnya membuat Aryan merasa asing.Selama ini, tak ada perempuan yang pernah mengucapkan kata itu padanya selain Maheswari. Terutama setelah kejadian dua tahun lalu. Semua keluarga besar keluarga Edzard termakan oleh sangkaan Asih yang menuduhnya sebagai pembunuh. Mereka cenderung menghindarinya dan tak acuh. Jika pun ada yang berani berbicara, maka yang ke luar hanyalah perkataan menyakitkan. Alasan itu pula yan
Read more

Bab.44 Menolak

Eira mengerjapkan matanya yang masih terasa berat, dia tatap samar wajah Aryan yang berdiri tepat di depannya. Entah jam berapa sekarang, hingga lelaki itu sudah membangunkannya. “Ada apa?” tanya Eira sambil mengalihkan perhatiannya pada jam yang menempel di dinding ruangan itu. Sesaat kemudian, Eira menghembuskan napas lemah sambil kembali ingin berbaring. “Jangan tidur lagi.” Aryan berbicara cepat, sementara tangannya bergerak menahan tubuh gadis itu untuk tetap duduk. Eira menghembuskan napas lelah. “Ini baru jam tiga pagi, Pak. Saya baru tidur satu setengah jam yang lalu.” Saat ini, matanya sangat sulit untuk terbuka. “Tidak bisa, ayo bangun dan segera bersiap untuk melakukan konferensi pers besok pagi,” ujar Aryan tegas. Dia masih menatap wajah lemah dan sedikit sembap khas bangun tidur istri kontraknya. Sontak, perkataan Aryan langsung membuat Eira membuka matanya selebar mungkin, dia tatap wajah tegas dan dingin Aryan dengan sorot mata terkejut dan tak setuju. “Apa? Konfere
Read more

Bab.45 Kecewa

“Aku gak mau jadi janda.” Suara Eira terdengar sedikit bergetar dan terputus-putus, sepertinya dia ragu dengan ucapannya sendiri. “Heuh?” Aryan tak bisa lagi menahan rasa heran sekaligus sesuatu yang seolah menggeletik di dalam perutnya. “Kamu tidak mau menjadi janda?” “Eum,” angguk Eira. “Bukankah kita sudah berjanji akan mengakhiri semua kepura-puraan ini setelah satu tahun? Lalu, sekarang kamu tidak mau aku ceraikan?” Aryan tersenyum miring, dia membuang muka sesaat sebelum kembali beralih pada wajah gadis di depannya. Aryan masih tidak habis pikir, kenapa Eira bisa berubah pikiran secepat ini. Kepalanya mulai berisik dengan segala prasangka yang bermunculan. Dia beranjak berdiri lalu berjalan beberapa langkah menjauh dengan salah satu tangan di pinggang. Eira mengangkat kepalanya seiring dengan pergerakan tubuh Aryan, dia tatap punggung lebar yang kini tampak sedikit berguncang karena tawa lirih yang terdengar. ‘Apa yang sala
Read more

Bab.46 Salah faham

Aryan menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Dia baru saja menghentikan langkahnya tepat di depan kamar utama, di mana Eira berada di dalamnya. Aryan menatap pintu di depannya, dia merasakan tangannya mulai berat, seolah ada sesuatu yang menahannya di bawah sana. Namun, Aryan memaksakan kehendaknya dan mulai mengangkat tangannya. Perlahan dia ketuk pintu itu ... sekali, belum ada jawaban apa pun dari dalam sana. Dua kali ... kerutan di kening Aryan mulai terlihat kala dia tak mendengar suara apa pun dari dalam. “Eira....” Aryan mencoba memanggil gadis yang tengah merajuk di dalam sana. Namun, masih tak ada jawaban. Tidak menyerah, Aryan kembali mengetuk pintu dengan lebih kencang. “Oke!” Aryan menelan salivanya, merasa sulit mengucapkan kata selanjutnya. "Aku minta maaf.” Aryan menundukkan kepala hingga ubun-ubunnya menyentuh daun pintu. Tiba-tiba hatinya merasa resah, karena tak juga ada jawaban dari dalam. 'Ke mana sebenarnya dia? Apa dia benar-benar marah padaku hi
Read more

Bab.47 Konferensi pers

“Jadi kamu memilih menyelesaikan masalah dengan cara seperti ini?” tanya Edrik pada Aryan yang tengah duduk tegak di depannya. Ada pula Maheswari dan Eira di samping keduanya. Edrik dan Maheswari segera datang ke rumah Aryan dan Wira begitu melihat video yang diunggah di akun i*******m anak lelakinya. Mereka tak menyangka jika Aryan akan benar-benar melakukan rencana ini, walau memang tak mengadakan konferensi pers secara langsung. “Lalu, apa lagi yang harus aku lakukan agar berita ini berhenti? Mereka bahkan terus membicarakan rumor tidak jelas seperti itu walau kita sudah berusaha menutup sumber berita dan orang-orang yang membagikannya. Akan terlalu merepotkan dan menghabiskan banyak dana untuk membuat mereka semua diam,” jawab Aryan. Dia menatap lurus ke depan, melihat wajah sang ayah dengan penuh percaya diri. Tak ada keraguan yang terpancar darinya akan keputusan yang dia ambil.Awalnya, Aryan akan melakukan konferensi secara langsung dengan Eira di sampingnya, tetapi karena Ei
Read more

Bab.48 Operasi Gilang

Eira mendongakkan kepala, matanya menatap seorang lelaki yang kini tampak berjongkok di sampingnya. “Nathan?” gumam Eira. Dia mengernyitkan keningnya, menatap bingung keberadaan Nathan di tempat itu. “Hai....” Laki-laki itu tersenyum lebar pada Eira. Tangannya melabai di samping wajahnya. Walau masih merasa bingung, Eira memaksakan senyumnya untuk membalas keramahan Nathan. Dia mengangguk samar, lalu mengalihkan perhatiannya kembali pada pintu ruang operasi yang masih tertutup. “Sedang menunggu seseorang?” tanya Nathan. Dia sedikit memajukan tubuhnya, demi melihat wajah Eira. Eira mengangguk. Dia kembali mengalihkan perhatiannya pada Nathan lalu mulai mengajukan pertanyaan. “Kamu sendiri, sedang apa di sini?” Laki-laki yang tak pernah kehilangan senyumnya itu tampak mengedarkan pandangannya sebelum menjawab pertanyaan Eira. “Menemui seorang teman lama.” Eira kembali mengangguk samar sebagai jawaban. “Siapa?” Eira kembali mengalihkan perhatiannya pada Nathan setelah mendengar sa
Read more

Bab.49 Rencana pembunuhan

“Ada apa?” tanya Nathan yang baru saja kembali setelah dari toilet, dia menatap heran Eira yang berdiri mematung sambil memegang secarik kertas. Tak juga mendapatkan jawaban dari Eira, Nathan langsung mengambil kertas dari tangan gadis itu dan membacanya. Namun, tak disangka reaksi setelahnya tampak tak jauh berbeda dengan Eira. Nathan tampak memicingkan matanya hingga kerutan di keningnya terlihat jelas. “Apa-apaan ini?” geram Nathan beralih menatap Eira yang kini juga tampak sedang melihatnya dengan sorot mata putus asa. “Dari mana kamu mendapatkan kertas ini?” tanya Nathan pada Eira. Gadis itu mulai meneteskan air matanya. “A-aku tidak tahu.” Eira menggeleng, dia malah mengalihkan pandangan gusarnya ke arah pintu ruang operasi. “Apa yang sebenarnya terjadi pada kakakku? Siapa yang ada di dalam? Kenapa lama sekali?” Air mata Eira semakin deras mengalir membasahi pipi, hatinya yang telah diselimuti rasa khawatir kini semakin tidak tenang karena secarik kertas berisi kata ancaman
Read more

Bab.50 Bahagia yang sederhana.

“Wati? Apa yang terjadi pada bibiku?” tanya Eira. Dia menatap Aryan penuh tanya. Perlahan kakinya melangkah mendekat pada suami kontraknya.Eira sempat mendengar percakapan Aryan dengan seseorang di seberang telepon, walau mungkin itu tidak semuanya. Mendengar nama sang bibi disebut, memuat Eira bertanya-tanya, ada urusan apa Aryan dengan Wati?Eira memicingkan matanya, kala pandangannya sempat menangkap reaksi terkejut Aryan. Dia semakin yakin kalau memang ada sesuatu yang disembunyikan oleh lelaki di depannya.“Mungkin kamu hanya salah mendengar.” Aryan tersenyum sambil memasukkan kembali ponselnya ke saku. Lalu, meneruskan ucapannya, “Tadi aku sedang membicarakan pekerjaan.”“Benarkah? Aku yakin tadi, Bapak sempat menyebut nama Bi Wati.” Eira masih mencoba memastikan jawaban Aryan.“Iya. Aku hanya sedang membicarakan pekerjaan, tidak yang lain,” jawab Aryan. Dia mengangguk yakin.“Kamu sudah menjenguk Gilang?” tany
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status