Home / CEO / Perjanjian Cinta Om Duda / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Perjanjian Cinta Om Duda: Chapter 21 - Chapter 30

72 Chapters

Bab.21 Seorang pacar?

"Hai, Aryan apa kabar?" Aryan sempat terpaku sambil menatap terkejut seseorang yang kini tengah berdiri di depannya. Namun, sesaat kemudian, senyum sumringah terbit bersama dengan kakinya yang melangkah cepat."What's up, bro! Lo kapan dateng?" Aryan memeluk kilas. Wajahnya yang bisa datar kini terlihat bisa mengeluarkan ekspresi."Kemarin malam. Lo, gimana kabarnya? Katanya, lo udah nikah lagi ya?" tanya lelaki itu yang ternyata sahabat Aryan. Keduanya kini duduk di sofa."Seperti yang lo liat," jawab Aryan, walau keningnya tampak mengernyit kala mendengar pertanyaan dari sahabatnya. "Dari mana lo tau kalau gue udah nikah lagi?""Kebetulan gue dengar. Gue bersyukur akhirnya lo bisa ngelupain Alderia," ujar lelaki itu. Dia menepuk berulang pundak Aryan.Nathan oktavian, sahabat Aryan yang memutuskan untuk berkarir di luar negeri. Mereka sudah berteman sejak masa SMA dan berpisah beberapa tahun lalu karena pilihan Nathan untuk melanjutkan S2 di Canada dan akhirnya menetap di sana. Me
Read more

Bab.22 Makan malam

"Aryan!" Nathan melambaikan tangan dari depan pintu masuk restoran. Aryan tersenyum, dia lebih dulu menggandeng lengan Eira sebelum menghampiri Nathan dan menyapanya. "Kebetulan banget. Lo, juga lagi di sini?""Iya. Gue lagi ketemu sama temen-temen SMA kita, lo mau gabung?" tanya Nathan. Matanya melirik kilas pada Eira seolah memberi tanda jika dirinya ingin dikenalkan."Siapa ini, Bro? Kayaknya gak mungkin deh kalau adek, lo," tebak Nathan. Dia tersenyum pada Eira. Jika dilihat dari wajahnya, Eira pasti memiliki jarak umur yang jauh lebih muda dari pada Aryan. "Emang gak mungkin. Dia istri gue," jawab Aryan sambil melirik kilas Eira. Walau nada suaranya terdengar santai, tetapi tatapan matanya tampak begitu dingin."Halo, saya Eira, istrinya Mas Aryan." Eira mengenalkan diri sambil mengulurkan tangannya."Nathan, sahabat Aryan dari lama." Nathan menyambut uluran tangan Eira, walau itu langsung ditepis oleh sahabatnya."Giamana, mau gabung gak? Sekalian ngenalin istri, lo," tanya Nat
Read more

Bab.23 Mantan

"Ekhm!" Aryan berdehem keras, kala menyadari isi hatinya yang malah memuji Eira. Dia kembali fokus pada penampilannya lalu beralih menuju lemari jam tangan untuk memilihnya."Saya tunggu kamu di bawah," sambung Aryan, sambil mengambil jam tangan pilihannya dan memakainya."Iya," angguk Eira. Dia hanya memoles riasan tipis agar tak terlihat lelah, terutama mata pandanya ... karena akhir-akhir ini dirinya selalu tidur terlambat.Keduanya segera berangkat menuju rumah sakit. Beberapa saat kemudian, Aryan telah berhasil menghentikan mobilnya di area parkir rumah sakit. Kini, mereka tengah berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit, menuju kamar rawat Gilang.Eira tampak lebih dulu menyapa para perawat di tempat jaga sambil memberikan paper bag berisi kue yang sengaja dia beli di perjalanan. Eira sangat bersyukur karena para perawat di sana merawat Gilang dengan sangat telaten, bahkan senang hati menerima teleponnya untuk menanyakan keadaan Gila
Read more

Bab.24 Selamat tinggal

"Sepertinya kamu juga sedang bekerja?" Aryan melihat kerumunan orang tidak jauh dari tempat mereka sekarang."Ah, aku hanya sedang merekam sesuatu." Alderia bersikap manis di depan Aryan. Dia menyelipkan rambutnya di belakang telinga, sambil tersenyum malu-malu. "Kalau begitu sebaiknya kami segera pergi." Aryan menggandeng tangan Eira, lalu melanjutkan perkataannya. "Selamat tinggal."'Selamat tinggal?' Eira sedikit bingung dengan ucapan terakhir Aryan. Namun, semua itu tak terlalu penting untuknya. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan sambil mengikuti langkah Aryan, menuju mobil. 'Wah, gak salah sih dia jadi selebgram, ektingnya bagus banget.'"Masuk...." Aryan membuka pintu untuk Eira. "Makasih...." Walau Eira sedikit bingung dengan sikap Aryan yang sama sekali tidak bisa ditebak, dia masih bisa tersenyum manis pada Aryan sebelum benar-benar masuk ke mobil. Pertemuannya dengan Alderia pun membuat Eira mulai penasaran pada alasan perceraian Aryan dan Alderia. 'Kalau memang mereka
Read more

Bab.25 Kelemahan

"To-tolong...." Aryan berguma lirih hingga hampir tak terdengar oleh Eira."Ya ampun, Pak Aryan kenapa?" Eira segera menggeser duduknya lebih dekat lagi pada Aryan. Dia Panik hingga rasanya langsung tak bisa berpikir jernih. Sementara itu, gemuruh sudah lebih jarang terdengar walau hujan masih juga turun dengan deras."Bapak...." Eira menangkup pipi Aryan dan membawanya agar bisa menatapnya penuh. Laki-laki itu terus menunduk menghindari pandangannya, bahkan sesekali menutup mata erat."Bapak sebenarnya kenapa?" Eira semakin panik kala Aryan tak juga merespon panggilannya. Namun, kini genggaman Aryan beralih pada tangan Eira. Gadis itu meringis, kala merasakan kuatnya tenaga Aryan, hingga jarinya mulai kebas."Ada apa ini sebenarnya? Bapak kenapa?" Eira mencoba fokus dan berpikir jernih. Dia mencari penyebab dari situasi Aryan. Jika itu petir, bahkan itu hanya menyambar beberapa kali di awal saja. Harusnya Aryan sudah sembuh sekarang."Hujan?" Eira melebarkan matanya sambil menatap ke
Read more

Bab.26 Tamu tak diundang

"Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke sini?" Aryan yang baru saja ke luar dari sebuah ruang rahasia di balik sebuah tembok kamuflase, cukup terkejut kala melihat Eira telah berdiri di depan meja kerjanya.Salah satu hal yang paling dibenci oleh Aryan, adalah seseorang masuk ke area pribadinya, terutama ruang kerja. Maka dari itu, selama ini dia tidak membiarkan siapa pun memasuki ruangan yang sama di apartemennya. Jika Bi Ela atau Eira ingin membersihkannya, mereka harus mendapat izin terlebih dulu.Namun, kini dirinya tiba-tiba melihat orang lain berada di area pribadinya, terlebih itu adalah meja kerja di mana tempat itu adalah wilayah yang paling sensitif bagi Aryan.Eira membeku sambil menutup mata. Merutuki diri atas sikap lancang dan bodoh yang telah dia lakukan. Perlahan dia mulai memutar tubuhnya, mengakui kesalahannya pada Aryan. "Eira?" Aryan menggeram kala melihat wajah penuh rasa bersalah yang didukung oleh sorot mata polos gadis itu."Maafkan aku, Pak. Aku cuma mau memas
Read more

Bab.27 Kado dari mantan

"Alderia?"Mendengar suara Aryan dan Eira, Pak Hadi langsung menghentikan perdebatannya, dia segera berjalan ke sisi agar tak meneghalangi kedua majikannya."Maafkan saya, Tuan. Tadi Bu Alderia memaksa masuk sebelum saya memberitahu kedatangannya pada Anda dan Nyonya," ujar Pak Hadi sambil menunduk dalam. Dia bahkan langsung memberi tahu kejadian sesungguhnya tanpa menunggu Aryan dan Eira bertanya lebih dulu.Aryan mengalihkan perhatiannya pada Alderia yang sedang memeriksa penampilannya lalu membereskan yang terlihat berantakan karena perdebatan dengan Pak Hadi barusan."Hai," ujar Alderia sambil melambaikan tangannya pada Aryan dan Eira. Dia juga tersenyum lebar seolah tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.Eira membalas senyum Alderia walau itu masih terlihat sangat canggung dan tidak tulus. "Dari mana kamu tahu rumah ini? Padahal kami belum memberi tahu siapa pun tentang alamat rumah ini," tanya Aryan dengan nada yang terdengar lebih lembut.Eira mengalihkan perhatiannya pada Ar
Read more

Bab.28 Maaf, Pak

Eira baru saja masuk ke rumah bersama Alderia yang kebertulan bertemu di luar. Pagi tadi, dia tiba-tiba merasa sakit akibat tamu bulanannya, hingga memaksanya untuk ke luar dan mencari sesuatu yang dapat meredam rasa sakitnya.Namun, saat Eira berjalan pulang, tiba-tiba Alderia yang tengah melakukan lari pagi bersama beberapa temannya, menghampiri. Wanita itu bersikap seolah mereka sudah sangat akrab dan memakasa untuk ikut. Eira yang terpojok, akhirnya membiarkan wanita itu mengikutinya dan menjadikannya alasan agar bisa masuk ke rumah Aryan.'Ck! Dasar cewek gak tau malu, udah ditolak masih tetep aja maksa!' Eira meneruskan langkahnya menuju tangga, mengingat dirinya harus segera bersiap. Namun, langkahnya terpaksa berhenti, kala merasa Alderia yang terus mengikutinya."Mau ke mana, Mba?" tanya Eira sambil menatap kesal Alderia."Eira!" Belum lagi Alderia menjawab pertanyaan Eira, perhatian mereka lebih dulu teralihkan oleh suara menggelegar Aryan. Keduanya kini menoleh ke arah ana
Read more

Bab.29 Kenangan menyakitkan

"Ayo kita bicarakan masalah wanita itu sekarang!" Maheswari berujar tegas sambil menatap Aryan dengan sorot mata tegas. Kabar tentang Alderia yang dia terima seungguh membuatnya khawatir, hingga wanita paruh baya itu tak bisa menahannya lagi."Eira mana?" tanyanya sambil melongok ke dalam kamar."Dia lagi di kamar mandi, Bu," jawab Aryan sambil ikut menengok ke arah walk in closet. Dia bersyukur karena pertengkaran tadi bisa membuat Eira tak memiliki kesempatan untuk mengetahui permasalahan yang akan dia biacarakan dengan Maheswari."Ya udah, kita bicara di ruang kerja kamu saja," ajak Maheswari sambil meraih tangan Aryan dan membawanya masuk ke ruangan di samping kamar.Sementara itu, Aryan hanya bersikap pasrah dan mengikuti keinginan Maheswari. Tak ada gunanya untuk melawan Maheswari. Lagi pula semuanya selalu berakhir dengan kemenangan wanita paruh baya itu. Dia juga harus menjelaskan apa yang terjadi."Ada apa, Bu?" tanya Aryan, begitu mereka berdua sudah masuk ke ruang kerjanya.
Read more

Bab.30 Bersikap hangat

Aryan ke luar dari ruang kerjanya ketika matahari sudah hampir berada di atas kepala. Karena perdebatannya dengan Maheswari tadi pagi, Aryan meminta waktu untuk menenangkan diri. Bahkan ponselnya sengaja dia matikan agar tak ada yang bisa mengganggunya dengan pekerjaan dari kantor. Aryan harus memastikan kondisi emosinya stabil sebelum kembali melakukan aktivitas hariannya. Namun, saat dia menuruni tangga, perhatiannya teralih pada ponselnya yang berdering, terlebih itu adalah nomor dari rumah sakit di mana Gilang dirawat.“Eira....” Ingatannya langsung tertuju pada istrinya.“Keadaan pasien Gilang mengalami penurunan, dokter meminta walinya bertemu untuk melakukan penanganan selanjutnya.”Perkataan dari petugas rumah sakit membuat Gilang melebarkan matanya, dia bergegas melanjutkan langkahnya menuju mobil.“Kamu mau ke kantor, Ar?” tanya Maheswari yang ternyata masih ada di rumah Aryan.“Iya, Bu. Aku pergi dulu ya....” Aryan segera berpamitan dan pergi dengan tergesa-gesa meninggal
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status