Home / CEO / Perjanjian Cinta Om Duda / Bab.24 Selamat tinggal

Share

Bab.24 Selamat tinggal

Author: Warnyi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sepertinya kamu juga sedang bekerja?" Aryan melihat kerumunan orang tidak jauh dari tempat mereka sekarang.

"Ah, aku hanya sedang merekam sesuatu." Alderia bersikap manis di depan Aryan. Dia menyelipkan rambutnya di belakang telinga, sambil tersenyum malu-malu.

"Kalau begitu sebaiknya kami segera pergi." Aryan menggandeng tangan Eira, lalu melanjutkan perkataannya. "Selamat tinggal."

'Selamat tinggal?' Eira sedikit bingung dengan ucapan terakhir Aryan. Namun, semua itu tak terlalu penting untuknya. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan sambil mengikuti langkah Aryan, menuju mobil. 'Wah, gak salah sih dia jadi selebgram, ektingnya bagus banget.'

"Masuk...." Aryan membuka pintu untuk Eira.

"Makasih...." Walau Eira sedikit bingung dengan sikap Aryan yang sama sekali tidak bisa ditebak, dia masih bisa tersenyum manis pada Aryan sebelum benar-benar masuk ke mobil.

Pertemuannya dengan Alderia pun membuat Eira mulai penasaran pada alasan perceraian Aryan dan Alderia. 'Kalau memang mereka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.25 Kelemahan

    "To-tolong...." Aryan berguma lirih hingga hampir tak terdengar oleh Eira."Ya ampun, Pak Aryan kenapa?" Eira segera menggeser duduknya lebih dekat lagi pada Aryan. Dia Panik hingga rasanya langsung tak bisa berpikir jernih. Sementara itu, gemuruh sudah lebih jarang terdengar walau hujan masih juga turun dengan deras."Bapak...." Eira menangkup pipi Aryan dan membawanya agar bisa menatapnya penuh. Laki-laki itu terus menunduk menghindari pandangannya, bahkan sesekali menutup mata erat."Bapak sebenarnya kenapa?" Eira semakin panik kala Aryan tak juga merespon panggilannya. Namun, kini genggaman Aryan beralih pada tangan Eira. Gadis itu meringis, kala merasakan kuatnya tenaga Aryan, hingga jarinya mulai kebas."Ada apa ini sebenarnya? Bapak kenapa?" Eira mencoba fokus dan berpikir jernih. Dia mencari penyebab dari situasi Aryan. Jika itu petir, bahkan itu hanya menyambar beberapa kali di awal saja. Harusnya Aryan sudah sembuh sekarang."Hujan?" Eira melebarkan matanya sambil menatap ke

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.26 Tamu tak diundang

    "Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke sini?" Aryan yang baru saja ke luar dari sebuah ruang rahasia di balik sebuah tembok kamuflase, cukup terkejut kala melihat Eira telah berdiri di depan meja kerjanya.Salah satu hal yang paling dibenci oleh Aryan, adalah seseorang masuk ke area pribadinya, terutama ruang kerja. Maka dari itu, selama ini dia tidak membiarkan siapa pun memasuki ruangan yang sama di apartemennya. Jika Bi Ela atau Eira ingin membersihkannya, mereka harus mendapat izin terlebih dulu.Namun, kini dirinya tiba-tiba melihat orang lain berada di area pribadinya, terlebih itu adalah meja kerja di mana tempat itu adalah wilayah yang paling sensitif bagi Aryan.Eira membeku sambil menutup mata. Merutuki diri atas sikap lancang dan bodoh yang telah dia lakukan. Perlahan dia mulai memutar tubuhnya, mengakui kesalahannya pada Aryan. "Eira?" Aryan menggeram kala melihat wajah penuh rasa bersalah yang didukung oleh sorot mata polos gadis itu."Maafkan aku, Pak. Aku cuma mau memas

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.27 Kado dari mantan

    "Alderia?"Mendengar suara Aryan dan Eira, Pak Hadi langsung menghentikan perdebatannya, dia segera berjalan ke sisi agar tak meneghalangi kedua majikannya."Maafkan saya, Tuan. Tadi Bu Alderia memaksa masuk sebelum saya memberitahu kedatangannya pada Anda dan Nyonya," ujar Pak Hadi sambil menunduk dalam. Dia bahkan langsung memberi tahu kejadian sesungguhnya tanpa menunggu Aryan dan Eira bertanya lebih dulu.Aryan mengalihkan perhatiannya pada Alderia yang sedang memeriksa penampilannya lalu membereskan yang terlihat berantakan karena perdebatan dengan Pak Hadi barusan."Hai," ujar Alderia sambil melambaikan tangannya pada Aryan dan Eira. Dia juga tersenyum lebar seolah tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.Eira membalas senyum Alderia walau itu masih terlihat sangat canggung dan tidak tulus. "Dari mana kamu tahu rumah ini? Padahal kami belum memberi tahu siapa pun tentang alamat rumah ini," tanya Aryan dengan nada yang terdengar lebih lembut.Eira mengalihkan perhatiannya pada Ar

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.28 Maaf, Pak

    Eira baru saja masuk ke rumah bersama Alderia yang kebertulan bertemu di luar. Pagi tadi, dia tiba-tiba merasa sakit akibat tamu bulanannya, hingga memaksanya untuk ke luar dan mencari sesuatu yang dapat meredam rasa sakitnya.Namun, saat Eira berjalan pulang, tiba-tiba Alderia yang tengah melakukan lari pagi bersama beberapa temannya, menghampiri. Wanita itu bersikap seolah mereka sudah sangat akrab dan memakasa untuk ikut. Eira yang terpojok, akhirnya membiarkan wanita itu mengikutinya dan menjadikannya alasan agar bisa masuk ke rumah Aryan.'Ck! Dasar cewek gak tau malu, udah ditolak masih tetep aja maksa!' Eira meneruskan langkahnya menuju tangga, mengingat dirinya harus segera bersiap. Namun, langkahnya terpaksa berhenti, kala merasa Alderia yang terus mengikutinya."Mau ke mana, Mba?" tanya Eira sambil menatap kesal Alderia."Eira!" Belum lagi Alderia menjawab pertanyaan Eira, perhatian mereka lebih dulu teralihkan oleh suara menggelegar Aryan. Keduanya kini menoleh ke arah ana

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.29 Kenangan menyakitkan

    "Ayo kita bicarakan masalah wanita itu sekarang!" Maheswari berujar tegas sambil menatap Aryan dengan sorot mata tegas. Kabar tentang Alderia yang dia terima seungguh membuatnya khawatir, hingga wanita paruh baya itu tak bisa menahannya lagi."Eira mana?" tanyanya sambil melongok ke dalam kamar."Dia lagi di kamar mandi, Bu," jawab Aryan sambil ikut menengok ke arah walk in closet. Dia bersyukur karena pertengkaran tadi bisa membuat Eira tak memiliki kesempatan untuk mengetahui permasalahan yang akan dia biacarakan dengan Maheswari."Ya udah, kita bicara di ruang kerja kamu saja," ajak Maheswari sambil meraih tangan Aryan dan membawanya masuk ke ruangan di samping kamar.Sementara itu, Aryan hanya bersikap pasrah dan mengikuti keinginan Maheswari. Tak ada gunanya untuk melawan Maheswari. Lagi pula semuanya selalu berakhir dengan kemenangan wanita paruh baya itu. Dia juga harus menjelaskan apa yang terjadi."Ada apa, Bu?" tanya Aryan, begitu mereka berdua sudah masuk ke ruang kerjanya.

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.30 Bersikap hangat

    Aryan ke luar dari ruang kerjanya ketika matahari sudah hampir berada di atas kepala. Karena perdebatannya dengan Maheswari tadi pagi, Aryan meminta waktu untuk menenangkan diri. Bahkan ponselnya sengaja dia matikan agar tak ada yang bisa mengganggunya dengan pekerjaan dari kantor. Aryan harus memastikan kondisi emosinya stabil sebelum kembali melakukan aktivitas hariannya. Namun, saat dia menuruni tangga, perhatiannya teralih pada ponselnya yang berdering, terlebih itu adalah nomor dari rumah sakit di mana Gilang dirawat.“Eira....” Ingatannya langsung tertuju pada istrinya.“Keadaan pasien Gilang mengalami penurunan, dokter meminta walinya bertemu untuk melakukan penanganan selanjutnya.”Perkataan dari petugas rumah sakit membuat Gilang melebarkan matanya, dia bergegas melanjutkan langkahnya menuju mobil.“Kamu mau ke kantor, Ar?” tanya Maheswari yang ternyata masih ada di rumah Aryan.“Iya, Bu. Aku pergi dulu ya....” Aryan segera berpamitan dan pergi dengan tergesa-gesa meninggal

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.31 Khawatir

    Aryan melirik Eira yang sejak ke luar dari rumah sakit hanya terus terdiam dengan sorot mata kosong. Sikap Eira yang seperti ini, justru membuatnya bingung dan serba salah. Berulang kali Aryan mencoba untuk menegurnya, walau selalu berakhir menelannya kembali niatnya.Perjalanan menuju tempat kerja Eira terasa sangat lama, padahal jaraknya tak terlalu jauh. Melihat Eira yang terus bungkam membuatnya merasakan khawatir dan sedikit takut. Ternyata, lebih baik jika gadis itu berisik dan terus mengganggunya dengan rasa penasaran juga sikap cerobohnya yang selalu membuat dirinya kesal dan harus menahan emosi, daripada tak bersuara sama sekali.Beberapa saat kemudian, Aryan sudah berhasil memarkirkan mobilnya di depan minimarket, tetapi tak ada pergerakan sama sekali dari Eira, bahkan sampai lima belas menit waktu berlalu.“Ra....” Aryan memanggil pelan. Mencoba menyadarkan gadis itu dari lamunan panjangnya. Satu kali, tak berhasil begitu juga untuk yang k

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.32 Celaka

    Aryan yang baru saja menghentikan mobilnya tidak jauh dari Eira, kini dibuat terkejut oleh gadis itu yang tiba-tiba saja menyeberang jalan tanpa melihat suasana sekitar. Sementara dirinya melihat sebuah mobil hitam melaju kencang ke arah gadis itu. “Eira!” Aryan segera ke luar dari mobil dan berlari menghampiri istri kontraknya. Dia menarik tubuh Eira cepat hingga kini keduanya jatuh dengan tubuh Aryan membentur trotoar dan Eira di atasnya.“Bapak!” Eira segera bangkit begitu menyadari posisinya sekarang dan mengalihkan perhatiannya pada Aryan yang kini sedang berusaha untuk bangun.“Kamu ini bisa gak sih lebih berhati-hati, kenapa harus selalu ceroboh begini? Kamu itu bukan anak kecil yang tidak tahu bahaya menyeberang sembarangan!” Aryan langsung memberondong Eira dengan banyak pertanyaan, begitu tubuh gadis itu telah bangkit dari atasnya. Padahal dirinya sendiri masih terduduk di trotoar.“Maaf....” Eira yang tadinya hendak membantu sekaligus memeriksa keadaan Aryan, kini mengur

Latest chapter

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.72 Memutuskan menjauh

    Eira menghentikan langkahnya di pintu begitu matanya melihat keberadaan Dikta yang sedang berdiri sambil berbincang dengan salah satu rekan kerjanya di tempat parkir. Dia yang sudah selesai bekerja sama sekali tak menyadari keberadaan laki-laki itu sebelumnya. Lokasinya yang berada di pojok parkir, membuat Dikta tak terlihat dari dalam minimarket.“Kenapa Bang Dikta ke sini lagi sih?” gumam Eira. Dia meringis pelan, merasa tak nyaman akan keberadaan mantan rekan kerjanya itu.Reaksi Eira berbanding terbalik dengan Dikta yang tampak langsung menatapnya dengan berbinar, bahkan senyum di bibirnya merekah. Walau enggan, demi kesopanan Eira terpaksa menemui Dikta dan menyapa. “Bang Dikta,” ujarnya yang diiringi senyum tipis dan anggukkan kepala samar.“Tuh, yang ditunggu udah dateng. Kalau gitu, gue masuk dulu,” ujar seorang lelaki yang merupakan rekan kerja Eira.“Apaan sih, Bang?” Eira merengut, tak terima dengan godaan sang rekan kerja

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.71 Peringatan

    Eira mengerjap pelan kala sinar matahari pagi mengusik tidur lelapnya. Dia memicingkan mata sambil menatap sekitar di mana dia tertidur semalam, setelah melampiaskan kekesalannya pada Aryan yang tak kunjung kembali.Bosan menunggu, akhirnya Eira memutuskan menonton drama favoritnya hingga perlahan kesadarannya direnggut begitu saja kala lelah sudah tak lagi dapat dia tahan. Eira terlelap dalam posisi yang entah bagaimana.Mengingat itu, Eira kembali mengerucutkan bibirnya. Entah jam berapa suaminya itu kembali ke kamar? “Jangan-jangan dia malah belum balik sampai sekarang?” gumam Eira sambil melihat ke arah pintu ruang kerja yang masih tertutup rapat.Namun sesaat kemudian, perhatiannya teralihkan pada laptop miliknya yang sudah tersimpan rapi di atas meja, begitu juga dengan sisa kekesalannya yang sudah membaik. “Enggak mungkin kan kalau Pak Aryan yang membereskan semua ini?” gumam Eira. Dia duduk di ujung ranjang sambil terus menelit

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.70 Berpamitan

    Aryan tersenyum miring begitu dia menutup pintu kamarnya rapat, dia melirik ke belakang seolah bisa melihat Eira yang sedang menahan kesal di dalam sana.‘Dia pasti sedang kesal sekarang.’ Ingatan Aryan kembali pada saat dirinya baru saja sampai di restoran di dekat rumah sakit tempat Gilang dirawat. Sebenarnya dia bisa melihat Eira menemui Dikta. Namun, sayang sekali ketika itu dirinya sudah bersama klien yang ingin bekerja sama, hingga Aryan hanya bisa melihat dan membiarkannya dengan hati yang dongkol.Saat itu, sebenarnya Aryan sudah tahu semuanya. Bahkan dia mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Dikta ketuka dirinya menerima telepon di ponsel Eira. Tampaknya laki-laki tidak tahu malu itu memang tengah mendekati Eira, padahal dia sudah tahu kalau Eira telah bersuami. Wajah Aryan langsung berubah serius kala dia sudah sampai di lantai satu dan melihat keberadaan Alderia di ruang tamu. Wanita itu tampak tersenyum semringah saat melihat Aryan berjalan ke arahnya.“Ar....” Alderi

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.69 Kedatangan mantan

    Eira menarik napas dalam lalu menghembuskannya kasar, dia sempat berhenti terlebih dahulu sebelum kembali mengetuk pintu Aryan untuk memberitahu keberadaan Alderia. Matanya melihat hujan yang semakin deras bahkan sebuah gemuruh yang cukup kencang terdengar menggelegar di ujung langit. Dia menyempatkan menutup dulu pintu menuju balkon lalu kembali ke depan ruang kerja Aryan.“Apa, Pak Aryan beneran marah padaku?” gumam Eira ketika pintu di depannya tak kunjung terbuka, padahal ini sudah ketiga kalinya dia mengetuk.“Pak, ada tamu di bawah." Eira kembali berbicara dengan sedikit berteriak, takut tak terdengar oleh Aryan. Namun, pintu tak juga terbuka. “Kayaknya gak mungkin deh kalau dia ketiduran.”“Apa aku buka aja ya.” Eira tatap gagang pintu yang tak kunjung bergerak itu. Perlahan tangannya mulai menyentuh dan mencoba menggerakkannya. “Enggak dikunci,” ujarnya pelan.“Pak Aryan, aku masuk ya,” sambungnya dengan suara yang sedikit lebih ker

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.68 Tamu tak diundang

    “Apa yang Bapak lakukan?!” Eira melebarkan matanya kala melihat Aryan yang sudah menempelkan ponselnya di telinga sambil menyeringai. Tubuhnya gemetar ketakutan akan apa yang terjadi berikutnya jika sampai itu adalah telepon dari Dikta. Mulutnya tertutup rapat saat jari telunjuk Aryan menempel tepat di tengahnya dengan posisi yang masih sama. Hanya beberapa detik laki-laki itu seperti mendengarkan sesuatu dari seberang sana hingga akhirnya dia menjatuhkan ponselnya dan dengan gerakan cepat menempelkan kedua bibir mereka hingga tak ada kesempatan bagi Eira untuk menghindar atau menolaknya. Setelah beberapa saat sama-sama terdiam, perlahan Aryan mulai menggerakkannya. Laki-laki itu melakukannya lumayan lama, hingga mampu membuat Eira melupakan semua rasa takut, kebimbangan, dan semua masalah hidupnya untuk sesaat.“Kamu milikku ... tidak ada yang boleh memilikimu selain aku, Eira Zafran,” ujar Aryan begitu dia melepaskan bibir Eira. Napasnya yang memburu bahkan masih terdengar jelas di

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.67 Memergoki

    “Sedang apa kamu di sini?” Aryan menatap tajam kedua orang di depannya hingga kerutan di keningnya terlihat jelas.“Arya?” Nathan tak kuasa menahan rasa terkejutnya ketika dia menyadari keberadaan sang sahabat tepat di depannya. Dia berdiri sambil tertawa hambar demi menutupi kecanggungan yang tiba-tiba menggelayuti dirinya.“Sejak kapan lo ada di sini?” tanyanya. Dia merangkul pundak Aryan seolah tak terjadi apa pun, walau nada suaranya yang bergetar tak dapat dia kendalikan. “Eira....” Suara rendah dan penuh penekanan itu dia tujukan pada gadis yang sejak tadi hanya diam dengan wajah pucat pasi, seolah baru saja terpergok tengah berselingkuh. Dia bahkan tak mengalihkan sedikit pun pandangannya pada Nathan yang kini berada di sampingnya.Eira mengedipkan matanya pelan, perlahan dia gulirkan pandangannya pada laki-laki yang sejak tadi sudah menghantui pikirannya. Beginikah rasanya jika kita ketahuan ketika sedang melakukan kesalahan? Dia

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.66 Bimbang

    “Uhuk!” Eira terbatuk sambil mengerjap cepat, tubuhnya pun otomatis mundur dengan gerakan kaku. ‘Apa yang kamu pikirkan, Ra?’ tangannya kembali mencoba membuka pintu mobil. Namun, ternyata kembali tidak berhasil karena masih terkunci.“Tolong buka pintunya....” Akhirnya Eira kembali memberanikan diri untuk menatap wajah Aryan walau hanya sekilas, sementara tangannya masih mencoba membuka pintu berulang kali.Eira segera ke luar dan berjalan cepat masuk ke rumah sakit, begitu dia berhasil membuka pintu. Dalam hati dia terus merutuki dirinya sendiri yang sempat memikirkan hal yang tidak-tidak bersama dengan Aryan.Sementara itu, Aryan yang masih terpaku di dalam mobil dengan pikiran yang tak bisa beralih dari kejadian tadi, hanya tersenyum tipis kala dia melihat Eira yang berjalan setengah berlari menuju rumah sakit. “Kenapa dia harus bersikap malu seperti itu? Apa dia juga sempat berpikir hal yang sama denganku?”Aryan terkekeh pelan sambi

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.65 Siapa dia?

    “Sayang?” Dikta menatap penuh tanya pada interaksi Eira dan Aryan. “Apa maksudnya ini, Ra? Siapa dia?” tanya Dikta sambil menatap penuh tuntutan pada Eira. Dia butuh penjelasan. “Begini, Bang. Eum....” Eira berusaha menjelaskan walau tiba-tiba saja lidahnya terasa sulit untuk digerakkan. Dia bingung harus mengatakan apa pada Dikta. Matanya melebar saat Aryan tiba-tiba maju dan berdiri tepat di tengah-tengah antara dirinya dan Dikta. “Perkenalkan, saya Aryan, suami Eira,” ujar Aryan dengan nada suara tegas dan jelas. Dia mengulurkan tangannya, meminta berjabat dengan Dikta. Seringai miring dan penuh kemenangan terlihat menghiasi wajah tampannya. Eira merengut, dia tatap wajah puas Aryan dengan hati bertanya-tanya. 'Apa maksudnya ini?'“Suami?” Dikta berusaha melihat Eira yang berada di belakang tubuh Aryan. Dia tak peduli pada tangan Aryan, yang dirinya butuhkan saat ini adalah sebuah penjelasan dari Eira langsung. “Kamu sudah menikah, Ra?”"I-itu ... aku...." Eira meringis sambil m

  • Perjanjian Cinta Om Duda   Bab.64 Rekan kerja lama

    “Kamu benar-benar melaporkan Alderia ke polisi, Ar?” tanya Nathan. Saat ini mereka berdua sedang berada di kantor Aryan. Nathan sengaja mendatangi sahabatnya secara langsung setelah mendengar berita yang beredar tentang Alderia dari Sherin.Aryan menangguk. Dia memang tidak main-main dengan ucapannya beberapa hari lalu. Laki-laki itu tampak membungkukkan tubuhnya hingga kedua siku tangannya bertumpu di lutut bagian atas. Tatapan matanya tampak tajam menusuk pada Nathan, walau seringai di bibirnya tampak jelas.“Siapa pun yang berani mengusik ketenangan keluarga gue, gue akan tindak tegas. Lo sudah tahu pasti tentang itu kan, Than? Gue tidak pernah berubah jika itu soal keamanan dan ketenangan keluarga gue,” ujar Aryan dengan begitu ringan, seolah tanpa beban.“Gue tahu,” angguk Nathan. Namun, kini dia juga memajukan tubuhnya hingga mendekat pada Aryan, lalu melanjutkan perkataannya dengan nada yang terdengar sedikit canggung. “Tapi, apa itu tidak terlalu kejam? Walau bagaimana pun, A

DMCA.com Protection Status