Semua Bab Perjanjian Cinta Om Duda: Bab 31 - Bab 40

72 Bab

Bab.31 Khawatir

Aryan melirik Eira yang sejak ke luar dari rumah sakit hanya terus terdiam dengan sorot mata kosong. Sikap Eira yang seperti ini, justru membuatnya bingung dan serba salah. Berulang kali Aryan mencoba untuk menegurnya, walau selalu berakhir menelannya kembali niatnya.Perjalanan menuju tempat kerja Eira terasa sangat lama, padahal jaraknya tak terlalu jauh. Melihat Eira yang terus bungkam membuatnya merasakan khawatir dan sedikit takut. Ternyata, lebih baik jika gadis itu berisik dan terus mengganggunya dengan rasa penasaran juga sikap cerobohnya yang selalu membuat dirinya kesal dan harus menahan emosi, daripada tak bersuara sama sekali.Beberapa saat kemudian, Aryan sudah berhasil memarkirkan mobilnya di depan minimarket, tetapi tak ada pergerakan sama sekali dari Eira, bahkan sampai lima belas menit waktu berlalu.“Ra....” Aryan memanggil pelan. Mencoba menyadarkan gadis itu dari lamunan panjangnya. Satu kali, tak berhasil begitu juga untuk yang k
Baca selengkapnya

Bab.32 Celaka

Aryan yang baru saja menghentikan mobilnya tidak jauh dari Eira, kini dibuat terkejut oleh gadis itu yang tiba-tiba saja menyeberang jalan tanpa melihat suasana sekitar. Sementara dirinya melihat sebuah mobil hitam melaju kencang ke arah gadis itu. “Eira!” Aryan segera ke luar dari mobil dan berlari menghampiri istri kontraknya. Dia menarik tubuh Eira cepat hingga kini keduanya jatuh dengan tubuh Aryan membentur trotoar dan Eira di atasnya.“Bapak!” Eira segera bangkit begitu menyadari posisinya sekarang dan mengalihkan perhatiannya pada Aryan yang kini sedang berusaha untuk bangun.“Kamu ini bisa gak sih lebih berhati-hati, kenapa harus selalu ceroboh begini? Kamu itu bukan anak kecil yang tidak tahu bahaya menyeberang sembarangan!” Aryan langsung memberondong Eira dengan banyak pertanyaan, begitu tubuh gadis itu telah bangkit dari atasnya. Padahal dirinya sendiri masih terduduk di trotoar.“Maaf....” Eira yang tadinya hendak membantu sekaligus memeriksa keadaan Aryan, kini mengur
Baca selengkapnya

Bab.33 Menyelinap

Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tetapi Eira tak juga dapat menutup mata. Sejak beberapa jam yang lalu, dia hanya terus berguling ke sana ke mari di ranjang besar itu, tanpa menemukan posisi yang pas dan nyaman untuk tidur. Pikirannya melayang pada lelaki yang kini memilih tidur di kamar tamu karena kesulitan berjalan. Sayangnya, itu disebabkan oleh dirinya yang tak bisa menjaga diri. “Aku gak bisa kayak gini terus!” Eira akhirnya menyibak selimut yang sudah kusut lalu beranjak duduk. Mata sayu dan rambut berantakan menjadi pemandangan yang pertama kali terlihat begitu dia mengangkat badannya. Eira sangat kacau sekarang.“Aku harus melihatnya dan memastikan Pak Aryan baik-baik saja,” ujar Eira sambil menurunkan kakinya dan kini berdiri di samping ranjang. Dia lebih dulu merapikan penampilannya sebelum mulai melangkahkan kaki menuju lantai satu.Begitu gadis itu ke luar kamar, ternyata semua lampu sudah padam, hingga tersisa
Baca selengkapnya

Bab.34 Kata Maaf

Tidur lelap Aryan mulai terusik kala sinar mata hari dari luar mulai menyusup melalui celah tirai. Aryan mengernyit merasakan silau saat ingin membuka matanya. Menghembuskan napas pelan, ketika tubuhnya terasa lebih baik setelah tertidur dengan nyaman. Sesuatu yang selama ini begitu sulit dia dapatkan.Namun, kenikmatannya tiba-tiba terusik oleh pemandangan asing yang berada di sampingnya. Seketika Aryan terbangun hingga melupakan kakinya yang cedera dan membuatnya mengaduh menahan sakit. Walau, segera dia bungkam mulutnya ketika melihat tidur Eira mulai terusik.“Dia senang sekali tidur sambil duduk.” Aryan menatap Eira yang tengah tertidur dengan posisi duduk bersandar ke sisi ranjang. Tiba-tiba dia teringat kejadian saat malam pertama mereka setalah menikah. Pagi harinya, Aryan juga medapati Eira yang tertidur dengan posisi hampir sama seperti sekarang. Namun, bedanya dulu tangan gadis itu berada dalam genggamannya. Aryan memilih membiarkan Eira
Baca selengkapnya

Bab.35 Berita daring

“Ada apa?” Eira menghampiri Aryan begitu melihat raut wajah lelaki itu berubah panik. “Bapak....” Eira memanggil, ketika tak mendapatkan respons dari pertanyaannya dan masih terpaku pada layar ponselnya. Dia sempat melirik pada objek yang sangat menarik perhatian Aryan. Gadis itu membungkam mulutnya setelah membaca beberapa kata dalam laman berita daring. ‘Bukannya itu Alderia? Kenapa dia melakukan ini sekarang?’ Eira menatap iba Aryan, ternyata di balik kesuksesan dan posisinya sebagai CEO perusahaan ternama, lelaki itu juga mendapatkan berbagai masalah rumit dalam hidupnya. Dalam waktu singkat pertemuan mereka sampai hari ini, Eira bahkan sudah melihat beberapa masalah yang memeras waktu dan perasaan Aryan dalam satu waktu. “I-itu....” Eira menggantung ucapannya, saat melihat Aryan menoleh dan menatapnya dengan tatapan yang rumit. “Aku harus ke ruang kerja,” ujar Aryan tiba-tiba. “Tidak bisa!” Eira langsung mencegah lelaki itu
Baca selengkapnya

Bab.36 Keributan

“Ada apa itu?” Aryan segera beranjak berdiri dengan bantuan Pak Hadi, keduanya kini berjalan ke luar kamar dengan wajah panik bercampur khawatir.Baru saja mereka melewati pintu kamar, ketika keduanya dibuat terkejut akan pemandangan yang terlihat di depan mata.“Eira!” Aryan berteriak, hingga suaranya menggema di ruangan itu. Dia menatap dua wanita dengan penampilan yang baru saja menghentikan pertengkarannya dan kini terlihat sangat berantakan.Sementara itu, Eira dan Alderia yang awalnya sedang jambak-jambakan, kini menghentikan pergulatan mereka dan menunduk dalam, walau keduanya masih saja saling serang menggunakan tatapan matanya. Mendengar Aryan yang meneriakkan nama Eira, membuat Alderia merasa berada di atas awan.“Eira!” Aryan kembali menggeram kala melihat Eira masih saja berdebat dengan Alderia dan tak mengacuhkannya.“I-iya, Mas....” Eira memberanikan diri mengangkat kepalanya hingga kini tatapan mata keduanya beradu. Seketika, sekujur tubuhnya merinding kala melihat soro
Baca selengkapnya

Bab.37 Pengakuan

“Kamu memang gila, Alderia!” Aryan dan Alderia langsung mengalihkan perhatiannya pada seseorang yang kini tengah berdiri di depan pintu masuk dengan wajah memerah dan tatapan penuh kebencian. “I-ibu?” Aryan langsung mengambil alat bantu jalan lalu menghampiri ibunya.Sementara itu, Alderia hanya duduk terpaku dengan kehadiran mantan mertuanya yang kini menatapnya dengan penuh kebencian. Dia mulai salah tingkah. “Apa-apaan kamu, heuh? Kenapa kamu biarkan dia masuk ke rumah ini, Aryan!” Maheswari meninggikan suaranya, dia sungguh kecewa karena kini malah melihat anaknya duduk berdua dengan Alderia, padahal sejak awal dirinya sudah mewanti-wanti Aryan agar tak berurusan lagi dengan wanita itu.Sejak kemarin malam dia menerima kabar jika Aryan dan Eira mengalami kecelakaan, Maheswari sudah menahan diri untuk tak datang dan melihat anak dan menantunya, demi membuat sepasang suami istri itu lebih dekat lagi. Namun, dia tak bisa lag
Baca selengkapnya

Bab.38 Rekaman CCTV

“Al....” Aryan menangkup tangan Alderia yang masih berada di pipinya. Bayangan masa lalu bersama Alderia pun mulai teringat kembali, membawa Aryan untuk tenggelam semakin dalam pada perasaannya pada Alderia. “Perasaanku padamu....” Aryan menggeleng cepat, dia merasa salah melakukan semua ini. Segera bangkit dan menjauh dari Alderia. “Ar?” Alderia menatap Aryan bingung. Ada rasa kehilangan dan kekosongan dalam hatinya,, ketika laki-laki itu melepaskan tanganannya dari pipi. “Sebaiknya kamu segera pergi dari sini!” Aryan berbalik membelakangi Alderia, dia tak mau sampai goyah kembali. “Tapi, Ar....” Alderia ikut beranjak lalu menghampiri Aryan. Dia semakin yakin kalau Aryan memang masih memiliki sisa kasih sayang untuknya. “Pergi Al, sebelum aku panggil penjaga untuk menyeretmu ke luar,” tegas Aryan, bahkan tanpa menatap wajah Alderia. Alderia masih menatap kecewa punggung kokoh Aryan, dia sama sekali tidak bisa menerim
Baca selengkapnya

Bab.39 Menantu malas

“Mas, mau ke mana?” tanya Eira. Dia menghampiri Aryan yang tampak berjalan menuju ke pintu utama dengan dibantu oleh Pak Hadi.Aryan yang sedang terburu-buru terpaksa harus berhenti, apa lagi dia ingat jika ibunya masih ada di rumah ini. Dia harus berhati-hati dalam bersikap agar Maheswari tidak curiga tentang hubungannya dengan Eira.“Ada urusan yang harus dikerjakan,” Jawab Aryan dingin. Dia tatap Eira dan Maheswari bergantian. Walau berusaha bersikap tidak mencurigakan, tetapi ternyata dia tidak bisa menutupi rasa kesal sekaligus resahnya.“Ada apa? Kamu belum sembuh betul, harusnya kamu istirahat malam ini.” Kini Maheswari yang maju dan menghawatirkan Aryan.“Ini penting banget, Bu. Aku pergi bersama dengan Pak Hadi, kok. Ibu gak usah khawatir,” ujar Aryan dengan nada yang berubah lembut. Dia menatap kilas pada Eira sebelum melanjutkan. “Aku titip Eira ya, Bu.”Maheswari tersenyum lalu mengangguk, dia melihat Eira dengan sorot mata menggoda seolah tahu keresahan hati menantunya. S
Baca selengkapnya

Bab.40 Mengumumkan pernikahan

Eira menggeleng cepat, dia tidak boleh terlena oleh perasaan yang sama sekali tak boleh berkembang. Dia kembali memfokuskan diri memeriksa berkas, sesuai perintah Aryan. Walau, sesekali Eira masih sering mencuri pandang pada wajah tenang Aryan.Sibuk dengan pekerjaan, membuatnya hampir lupa waktu, kini matahari bahkan sudah meninggi, kala Eira mulai merasakan pegal di pinggang dan tengkuknya. Eira meregangkan punggungnya sambil menatap terik siang itu dari jendela, hingga akhirnya ... lagi-lagi, matanya berhenti di wajah Aryan. Rasa iba perlahan menyelinap ke dalam hatinya, mengingat begitu banyak pekerjaan yang harus laki-laki itu lakukan seorang diri.“Aku gak nyangka kalau pekerjaan seorang pemimpin itu sangat banyak. Sekarang aku mengerti, kenapa wajah Bapak selalu terlihat lelah,” gumam Eira, sambil terus memperhatikan wajah Aryan. Dia telusuri setiap lekuk rupa yang begitu sempurna.Tanpa sadar, perlahan tangannya mulai terangkat lalu menyingkirkan rambut yang menjulur menutupi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status