Semua Bab The CROWN (Sang Pewaris Takhta): Bab 11 - Bab 20

62 Bab

Bab 11. Memohon Kepada Bintang

Kesehatan Ratu Amora semakin menurun drastis setelah peristiwa itu. Dia bahkan tidak bisa turun dari tempat tidurnya. Semakin hari semakin memburuk sampai akhirnya Ratu Amora dinyatakan meninggal dunia beberapa hari setelah melahirkan putranya. Bukannya berduka dan menyesal, Raja Henry yang sudah naik tahta menggantikan ayahnya sejak lima tahun yang lalu, malah kembali memanggil si pelayan untuk kembali bekerja. Dia memintanya untuk menjadi pengasuh pangeran yang baru berusia satu bulan. Entah memang tidak memiliki rasa malu atau apa, perempuan itu menerimanya dengan syarat diizinkan pulang ke rumahnya setiap satu minggu sekali. Dia dan suaminya baru memperbaiki hubungan mereka. Lagi pula, dia memerlukan banyak istirahat karena kondisinya yang tengah berbadan dua. Si pelayan yang berubah status menjadi pengasuh putra mahkota tengah mengandung anak dari suaminya. Selena Llyod, mengambil cuti selama sebulan karena melahirkan. Setelah itu dia kembali ke istana. Daripada merawat bayi
Baca selengkapnya

Bab 12. Alexant vs Serangga

Suasana di pedesaan memang lebih asri dibandingkan di kota. Udaranya sejuk dan masih segar tanpa banyak polusi. Padang rumput dan pohon-pohon besar menghiasi setiap jalan yang dilalui. Pemandangan yang indah dan menyegarkan indra penglihatan. Crystal sudah sejak pagi berada di atas bukit yang terletak di belakang kastil keluarga Mars. Memetik bunga liar yang tumbuh di atas bukit dan menangkap kupu-kupu adalah dua hal yang dilakukannya. Meskipun matahari bersinar cukup terik, dia tak berhenti. Belum ada satu ekor pun kupu-kupu yang berhasil ditangkapnya. Crystal berjalan mengendap-endap, sangat hati-hati. Tangan kanannya memegang jala penangkap serangga, tangan kirinya memegangi gaun yang dipakainya. Dia berusaha agar ujung gaunnya tidak jatuh mengenai rumput yang dilaluinya, tak ingin menimbulkan gerakan berarti yang membuat kupu-kupu buruannya terbang. Seorang anak perempuan seusia dengannya dan seorang bocah laki-laki berlari ingin menghampirinya. Crystal meletakkan jari telunjuk
Baca selengkapnya

Bab 13. Dua Gadis Kecil yang Berbeda Nasib

Chloe dan Neil saling pandang sesaat, kemudian kembali menatap Crystal dengan sorot mata penasaran. Apakah yang dimaksud Crystal dengan Alexant adalah putra mahkota kerajaan mereka? Setiap orang tua di Namira selalu memperkenalkan nama pemimpin mereka, juga anggota kerajaan yang lain. Kerajaan Namira hanya memiliki dua orang anggota kerajaan, Raja Henry dan putranya, pangeran Alexant. Sejak sedari bisa menyebutkan kata, para orang tua mengajari anak-anaknya tentang itu sehingga baik Neil maupun Chloe sudah mengetahui jika yang disebut Crystal adalah putra mahkota di kerajaan mereka. Tidak ada orang lain yang menggunakan nama itu selain dirinya. "Alexant?" ulang Niel bertanya. Sepasang alisnya berkerut. "Apakah yang kau maksud adalah Pangeran Alexant?" Crystal mengangguk. "Tentu saja!" jawabnya tanpa menatap. Kepalanya menunduk, memperhatikan rumput tebal yang mereka duduki. "Kau pernah bertemu dengannya?" tanya Chloe tidak percaya. Matanya melebar menatap Crystal. Sekali lagi Cr
Baca selengkapnya

Bab 14. Beatrice dan Impiannya

Sebenarnya gadis kecil berambut pirang sepinggang itu tidak terlalu menyukai tomat. Hanya saja neneknya bekerja di perkebunan tomat seorang bangsawan di desa mereka, dan dia membantunya hingga mereka sering makan sup tomat yang dimasak oleh nenek. Sup tomat sangat enak, sangat cocok di lidahnya. Rasanya sangat berbeda dengan tomat segar, lebih manis dan terasa meleleh saat di dalam mulutnya. Awalnya, dia juga kurang menyukai sup tomat. Namun, Nenek tetap menyajikannya sebagai menu makan malam mereka setiap malamnya. Lama-kelamaan, dia terbiasa dan tidak masalah dengan menu sup tomat. Bahkan rasanya akan terasa ada yang kurang jika menu itu tidak terlihat di atas meja makan saat makan malam. Beatrice Llyod sudah terbiasa hidup susah sejak kecil. Sejak berumur satu bulan, dia sudah ditinggalkan Ibu kandungnya, dan tinggal bersama neneknya. Mereka hidup dalam serba kekurangan dalam segala hal. Neneknya sudah tua, tidak bisa bekerja terlalu berat lagi seperti halnya para anak muda. Tid
Baca selengkapnya

Bab 15. Alexant dan Mahkota Bunga

"Selamat malam, Yang Mulia, selamat tidur." Selena mengecup kening Alexant setelah mengusap rambutnya. Dia menarik selimut Alexant, menutupi tubuhnya sampai sebatas dada. "Tidurlah yang nyenyak." Selena tersenyum kemudian mematikan lampu dan meninggalkan kamar itu, menutupnya dengan hati-hati.Alexant membuka mata, dengan kasar menyibakkan selimut. Bukannya ia tidak menghargai apa yang dilakukan Selena, hanya saja ia merasa akan mengkhianati ibunya yang sudah meninggal jika bersikap lebih baik pada Selena. Alexant turun dari tempat tidur, melangkah menuju balkon. Malam ini cuacanya sangat bagus. Langit cerah, bintang bertaburan dengan indahnya. Ia menumpukan kedua siku pada pagar balkon, kepalanya sedikit terangkat menatap langit kelam bertabur bintang. Senyum menghiasi wajah tampan anak laki-laki berusia sebelas tahun tersebut. Bintang-bintang itu membentuk wajah Crystal yang sedang tersenyum manis. Sudah lebih dari satu tahun mereka tidak bertemu. Ulang tahun Raja Henry sudah lewa
Baca selengkapnya

Bab 16. Pertemuan Pertama Ibu dan Anak

[Aku sedang sakit, tidak ada yang merawat Beatrice. Bisakah kau menjemputnya untuk tinggal bersamamu selama aku masih belum sembuh? Itu juga jika kau merasa sebagai wanita yang telah melahirkannya.]Sudah beberapa kali Selena membaca surat itu, tetapi isinya tetap sama. Salahkah dirinya jika mengharapkan apa yang tertulis di surat itu hanyalah kebohongan ibunya semata? Sebab ibunya ingin mempertemukannya dengan putrinya, atau dia yang salah membaca deretan huruf di kertas itu. Sejak beberapa menit yang lalu, Selena mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia bersyukur Alexant sekarang sedang tidak rewel sehingga dia bisa lebih bebas. Maksudnya, dia bisa memikirkan isi surat dengan benar. Surat itu datang kemarin. Ibunya memberi tahu jika sedang sakit, dan tidak bisa merawat Beatrice. Hal ini adalah petaka baginya. Dia tak ingin melihat anak itu, anak yang sudah dilahirkannya, tetapi tidak diinginkannya. Selama menikah dengan Joseph, tak pernah sekalipun dia merasa bahagia. Pernikahan tanp
Baca selengkapnya

Bab 16. Tentang Status Bangsawan

Beatrice sedikit bersemangat dengan apa yang ada di pikirannya. Kemungkinan dia akan memiliki teman jika bertemu dengan Pangeran Alexant. Selama ini, tidak ada seorang pun yang mau berteman dengannya. Para ibu-ibu melarang anak-anak mereka untuk berdekatan dengannya. Mereka semua memandangnya sebagai gadis kecil yang rendah dan hina. Ibunya saja tidak menginginkannya apalagi orang lain yang tidak ada hubungan kekerabatan dengannya. "Wah, kau sangat cantik!" Seruan kagum itu membuat Beatrice menatap pelayan wanita di depannya. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Fasha, dan akan merawatnya selama dia tinggal di sini. "Nyonya Selena sangat beruntung memiliki putri cantik sepertimu." Fasha tersenyum, tangannya terus bergerak memberikan sentuhan akhir pada Beatrice. "Nah, sudah selesai. Lihatlah dirimu di dalam cermin." Dia mendorong lembut bahu Beatrice ke arah cermin besar yang berada di kamar itu. Beatrice terpana. Bukan karena melihat pantulan dirinya di dalam cermin, tetapi
Baca selengkapnya

Bab 18. Bertemu Beatrice

Udara terasa lebih pekat, sampai-sampai rasanya sulit untuk bernapas. Tidak ada yang berani bersuara ataupun bergerak, bahkan detak jantung pun rasanya berhenti. Fasha berdiri dengan kedua lutut yang gemetar, kepalanya menunduk dalam. Dia sangat ketakutan. Selama bekerja di istana, baru kali ini dia bertemu langsung dengan Pangeran Alexant. Pertemuan pertama yang sangat buruk, disebabkan oleh gadis kecil putri dari Selena. Seandainya terjadi apa-apa padanya, tak mungkin dia menyalahkan Beatrice. Gadis kecil itu tidak bersalah, dia hanya terlalu bersemangat. Fasha melirik ke arah Alexant yang bangkit perlahan. Sebenarnya dia ingin membantu, tetapi terlalu takut untuk mendekat. Lagi pula, peraturan istana tidak memperbolehkan pelayan sepertinya untuk menyentuh pangeran, meskipun itu sekedar membantu. Saking takutnya, dia bahkan juga membiarkan Beatrice bangun sendiri. Gadis itu meringis, mengusap bokongnya yang sepertinya terasa nyeri. "Di mana matamu?" Pertanyaan Alexant mengguntur.
Baca selengkapnya

Bab 19. Tak Tergantikan

Fasha sudah memberi tahu namanya pada Beatrice saat perkenalan mereka sebelum dia memandikannya, dan memintanya untuk memanggilnya Bibi Fasha. Dia senang karena Beatrice cepat belajar dan mudah mengingat. Fasha tersenyum. "Kenapa harus takut? Pangeran Alexant sangat tampan.""Tampan?" ulang Beatrice. Sepasang alisnya berkerut. Dia baru pertama kali mendengar kata itu. Selama ini, Nenek tidak pernah mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan kata itu. Nenek selalu menyebutnya dengan kata cantik.Fasha mengangguk. "Apakah itu sama dengan cantik?" Beatrice bertanya lagi. Pengetahuannya memang sangat terbatas, demikian juga dengan kosakatanya. Dia hanya tinggal bersama neneknya, tidak ada siapa pun yang memasuki kehidupan mereka. Dia hanya tahu semua kata yang didengarnya dari Nenek, dan neneknya tidak pernah menyebut kata tampan. Fasha tertawa kecil, kepalanya menggeleng. "Sama, tetapi juga berbeda," jawabnya lembut. Sepertinya pelajaran mereka akan dimulai sekarang. Beruntung tadi dia
Baca selengkapnya

Bab 20. Tangan Cantik Crystal

"Apa yang kau lakukan di atas sana?" Pertanyaan itu membuat seorang gadis kecil yang tengah duduk di cabang sebuah pohon menundukkan kepalanya. Dia ingin melihat temannya yang berada di bawah. Mata biru Crystal berbinar melihat mahkota bunga yang berada di tangan Chloe. Tampaknya Chloe sudah berhasil menyelesaikannya. Crystal dan Chloe bermain di bukit belakang kediaman keluarga Mars. Kali ini tanpa Neil. Mereka berdua sengaja tidak mengajaknya karena tak ingin bocah itu mengganggu mereka. Chloe mengatakan ingin membuat mahkota bunga seperti milik Crystal. Sementara itu, Crystal lebih memilih untuk memanjat salah satu pohon besar yang ada di bukit, dia ingin membuktikan kata-kata Papa yang mengatakan istana tidak terlihat dari atas bukit, dan ternyata Papa benar. Istana tidak tampak sedikit pun, meski hanya bayangan atapnya. "Mahkota bungamu sudah selesai?" Crystal balas bertanya tanpa menghiraukan wajah Chloe yang menekuk karena tak dijawab pertanyaannya. Dengan sekali lompatan,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status