Beranda / Romansa / The CROWN (Sang Pewaris Takhta) / Bab 15. Alexant dan Mahkota Bunga

Share

Bab 15. Alexant dan Mahkota Bunga

Penulis: Fitri_alpha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 20:09:25

"Selamat malam, Yang Mulia, selamat tidur." Selena mengecup kening Alexant setelah mengusap rambutnya. Dia menarik selimut Alexant, menutupi tubuhnya sampai sebatas dada. "Tidurlah yang nyenyak." Selena tersenyum kemudian mematikan lampu dan meninggalkan kamar itu, menutupnya dengan hati-hati.

Alexant membuka mata, dengan kasar menyibakkan selimut. Bukannya ia tidak menghargai apa yang dilakukan Selena, hanya saja ia merasa akan mengkhianati ibunya yang sudah meninggal jika bersikap lebih baik pada Selena.

Alexant turun dari tempat tidur, melangkah menuju balkon. Malam ini cuacanya sangat bagus. Langit cerah, bintang bertaburan dengan indahnya. Ia menumpukan kedua siku pada pagar balkon, kepalanya sedikit terangkat menatap langit kelam bertabur bintang. Senyum menghiasi wajah tampan anak laki-laki berusia sebelas tahun tersebut. Bintang-bintang itu membentuk wajah Crystal yang sedang tersenyum manis.

Sudah lebih dari satu tahun mereka tidak bertemu. Ulang tahun Raja Henry sudah lewa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 16. Pertemuan Pertama Ibu dan Anak

    [Aku sedang sakit, tidak ada yang merawat Beatrice. Bisakah kau menjemputnya untuk tinggal bersamamu selama aku masih belum sembuh? Itu juga jika kau merasa sebagai wanita yang telah melahirkannya.]Sudah beberapa kali Selena membaca surat itu, tetapi isinya tetap sama. Salahkah dirinya jika mengharapkan apa yang tertulis di surat itu hanyalah kebohongan ibunya semata? Sebab ibunya ingin mempertemukannya dengan putrinya, atau dia yang salah membaca deretan huruf di kertas itu. Sejak beberapa menit yang lalu, Selena mondar-mandir di dalam kamarnya. Dia bersyukur Alexant sekarang sedang tidak rewel sehingga dia bisa lebih bebas. Maksudnya, dia bisa memikirkan isi surat dengan benar. Surat itu datang kemarin. Ibunya memberi tahu jika sedang sakit, dan tidak bisa merawat Beatrice. Hal ini adalah petaka baginya. Dia tak ingin melihat anak itu, anak yang sudah dilahirkannya, tetapi tidak diinginkannya. Selama menikah dengan Joseph, tak pernah sekalipun dia merasa bahagia. Pernikahan tanp

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 16. Tentang Status Bangsawan

    Beatrice sedikit bersemangat dengan apa yang ada di pikirannya. Kemungkinan dia akan memiliki teman jika bertemu dengan Pangeran Alexant. Selama ini, tidak ada seorang pun yang mau berteman dengannya. Para ibu-ibu melarang anak-anak mereka untuk berdekatan dengannya. Mereka semua memandangnya sebagai gadis kecil yang rendah dan hina. Ibunya saja tidak menginginkannya apalagi orang lain yang tidak ada hubungan kekerabatan dengannya. "Wah, kau sangat cantik!" Seruan kagum itu membuat Beatrice menatap pelayan wanita di depannya. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Fasha, dan akan merawatnya selama dia tinggal di sini. "Nyonya Selena sangat beruntung memiliki putri cantik sepertimu." Fasha tersenyum, tangannya terus bergerak memberikan sentuhan akhir pada Beatrice. "Nah, sudah selesai. Lihatlah dirimu di dalam cermin." Dia mendorong lembut bahu Beatrice ke arah cermin besar yang berada di kamar itu. Beatrice terpana. Bukan karena melihat pantulan dirinya di dalam cermin, tetapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 18. Bertemu Beatrice

    Udara terasa lebih pekat, sampai-sampai rasanya sulit untuk bernapas. Tidak ada yang berani bersuara ataupun bergerak, bahkan detak jantung pun rasanya berhenti. Fasha berdiri dengan kedua lutut yang gemetar, kepalanya menunduk dalam. Dia sangat ketakutan. Selama bekerja di istana, baru kali ini dia bertemu langsung dengan Pangeran Alexant. Pertemuan pertama yang sangat buruk, disebabkan oleh gadis kecil putri dari Selena. Seandainya terjadi apa-apa padanya, tak mungkin dia menyalahkan Beatrice. Gadis kecil itu tidak bersalah, dia hanya terlalu bersemangat. Fasha melirik ke arah Alexant yang bangkit perlahan. Sebenarnya dia ingin membantu, tetapi terlalu takut untuk mendekat. Lagi pula, peraturan istana tidak memperbolehkan pelayan sepertinya untuk menyentuh pangeran, meskipun itu sekedar membantu. Saking takutnya, dia bahkan juga membiarkan Beatrice bangun sendiri. Gadis itu meringis, mengusap bokongnya yang sepertinya terasa nyeri. "Di mana matamu?" Pertanyaan Alexant mengguntur.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 19. Tak Tergantikan

    Fasha sudah memberi tahu namanya pada Beatrice saat perkenalan mereka sebelum dia memandikannya, dan memintanya untuk memanggilnya Bibi Fasha. Dia senang karena Beatrice cepat belajar dan mudah mengingat. Fasha tersenyum. "Kenapa harus takut? Pangeran Alexant sangat tampan.""Tampan?" ulang Beatrice. Sepasang alisnya berkerut. Dia baru pertama kali mendengar kata itu. Selama ini, Nenek tidak pernah mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan kata itu. Nenek selalu menyebutnya dengan kata cantik.Fasha mengangguk. "Apakah itu sama dengan cantik?" Beatrice bertanya lagi. Pengetahuannya memang sangat terbatas, demikian juga dengan kosakatanya. Dia hanya tinggal bersama neneknya, tidak ada siapa pun yang memasuki kehidupan mereka. Dia hanya tahu semua kata yang didengarnya dari Nenek, dan neneknya tidak pernah menyebut kata tampan. Fasha tertawa kecil, kepalanya menggeleng. "Sama, tetapi juga berbeda," jawabnya lembut. Sepertinya pelajaran mereka akan dimulai sekarang. Beruntung tadi dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 20. Tangan Cantik Crystal

    "Apa yang kau lakukan di atas sana?" Pertanyaan itu membuat seorang gadis kecil yang tengah duduk di cabang sebuah pohon menundukkan kepalanya. Dia ingin melihat temannya yang berada di bawah. Mata biru Crystal berbinar melihat mahkota bunga yang berada di tangan Chloe. Tampaknya Chloe sudah berhasil menyelesaikannya. Crystal dan Chloe bermain di bukit belakang kediaman keluarga Mars. Kali ini tanpa Neil. Mereka berdua sengaja tidak mengajaknya karena tak ingin bocah itu mengganggu mereka. Chloe mengatakan ingin membuat mahkota bunga seperti milik Crystal. Sementara itu, Crystal lebih memilih untuk memanjat salah satu pohon besar yang ada di bukit, dia ingin membuktikan kata-kata Papa yang mengatakan istana tidak terlihat dari atas bukit, dan ternyata Papa benar. Istana tidak tampak sedikit pun, meski hanya bayangan atapnya. "Mahkota bungamu sudah selesai?" Crystal balas bertanya tanpa menghiraukan wajah Chloe yang menekuk karena tak dijawab pertanyaannya. Dengan sekali lompatan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 21. Mahkota Bunga adalah Crystal

    "Ini sudah yang kesekian kali aku memergokimu mengintip kami latihan. Apa yang kau inginkan?" Pertanyaan George menggelegar di taman bagian selatan yang sepi. Sore ini hanya ada dirinya dan Alexant yang berlatih. Jenderal Wallace menemani Raja Henry pergi ke suatu tempat bersama Perdana Menteri Nicholas Baige. Entah ke mana mereka tidak tahu, yang pasti mereka diminta untuk berlatih sendirian –hanya untuk sore ini karena besok jenderal sudah akan kembali. George sudah melihatnya, gadis berambut pirang sepinggang itu selalu mengintip mereka berlatih sejak beberapa hari yang lalu. Berlindung di atas pohon, bersembunyi di antara cabang dan daun-daunnya yang rimbun. Entah apa yang diinginkannya, tetapi sebagai seorang pengawal yang bertugas menjaga keselamatan putra mahkota, gerak-gerik gadis itu sangat mencurigakan di matanya. Sementara itu, Beatrice mengerut ketakutan. Dia tidak menyangka jika apa yang dilakukannya akan ketahuan. Dia tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin melihat saja.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 22. Gadis Yang Terluka

    Istana ini sangat luas, banyak barang-barang indah dan mewah di dalamnya, juga taman-taman yang ditumbuhi bunga aneka warna. Terdapat air mancur besar pada setiap taman. Namun, tidak ada seorang pun dari penghuni istana yang mendekatinya, mereka takut airnya akan menciprati pakaian dan sepatu mereka jika berjalan melewatinya. Mereka lebih memilih untuk berjalan di lorong istana daripada menikmati indahnya taman. Padahal istana ini memiliki taman yang sangat indah, tetapi ditelantarkan begitu saja. Maksudnya, bukan tidak dirawat, melainkan tidak dinikmati keindahannya. Mungkin karena tidak adanya ratu di istana ini sehingga taman dan tempat-tempat indah lainnya kurang diminati, mereka terabaikan. Beatrice Llyod berlari seorang diri mengitari taman. Dia sedang mengejar seekor kupu-kupu yang sejak tadi menari seolah menggodanya. Sudah beberapa kali dia berusaha menangkapnya, tetapi tak pernah berhasil. Kupu-kupu itu selalu lolos dari kungkungan tangannya yang mungil. Seandainya saja di

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 23. Anak yang Tidak Diinginkan

    Alexant terkejut melihat reaksi Selena. Dikiranya Selena akan mengkhawatirkan putrinya seperti khawatir kepadanya, ternyata sebaliknya. Selena justru menghardik putrinya dan menuduhnya dengan kejam. "A ... aku tidak melakukan apa-apa, Mama." Beatrice menggeleng. Wajahnya semakin mengerut menahan sakit yang semakin menjadi di bagian lengannya. Cengkeraman mamanya terlalu kuat, ditambah cengkeramannya yang sedikit mengenai luka terbuka di sikunya. Rasanya sangat perih. "Di ... dia yang mendorongku sampai terkena dinding kolam air mancur.""Jangan beralasan!" hardik Selena. Mata birunya membelalak. "Pasti kau yang sudah mengajak Pangeran Alexant ke sana. Selama ini dia baik-baik saja. Seperti kuduga sebelumnya, kedatanganmu ke sini hanyalah malapetaka!""Selena!" Sudah cukup, ia tidak bisa membiarkannya lagi. Alexant berdiri, menjauhi sofa yang tadi didudukinya, dan menghampiri Selena. Tangannya membuka cengkeraman kuat Selena di lengan kanan Beatrice. "Apa yang kau lakukan pada putri

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28

Bab terbaru

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 68. Mencari Jalan Pulang

    Hutan di gunung Bond masih liar, tak ada seorang pun dari penduduk Namira yang berani memasukinya. Gunung Bond sendiri merupakan tempat terlarang bagi mereka karena tidak ada orang yang pernah kembali jika menginjakkan kaki ke gunung paling tinggi di Namira. Fasha sudah pernah mendengar akan hal itu, juga gosip yang diembuskan oleh para prajurit dan warga tentang adanya mahluk mengerikan yang mendiami dan menjaga gunung Bond. Dia yakin, alasan kenapa orang-orang yang tidak pernah pulang lagi itu disebabkan mereka tersesat. Orang-orang itu tidak bisa menemukan jalan pulang karena hutan di gunung ini yang terlalu lebat. Jika memang ada makhluk buas seperti yang dikatakan orang-orang itu, pastilah sekarang mereka sudah berada di dalam perutnya. Buktinya, sampai sekarang mereka yang berada di sini baik-baik saja. Hanya saja, mereka tidak bisa pulang karena tidak bisa menemukan jalan pulang lagi. Prajurit yang membawa mereka ke sini sudah pulang. Prajurit itu juga yang sudah membawa Ime

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 67. Dan, Terjadi

    Bukit pelangi. Begitu Crystal dan teman-temannya menyebut bukit yang terletak di belakang kediaman keluarga Mars. Bukit itu tidak terlalu terjal jika ditempuh melewati jalan setapak yang berada di samping kanan kediaman keluarga Mars. Jalan yang beberapa hari ini selalu dilalui oleh Alexant untuk mencapai bukit, sampai-sampai ia hafal dengan kondisi jalan itu. Batu-batu kerikil yang tersebar di sepanjang jalan membuat jalanan selebar satu meter itu seperti jalanan menuju taman. Ilalang yang tumbuh di kanan dan kirinya membuat jalan tak terlihat dari jauh. Bisa dikatakan jalan ini tersembunyi, termasuk dari sinar matahari. Meskipun sudah hafal di luar kepala, Alexant tetap berusaha memetakan pemandangan terakhir jalan setapak ini, di dalam memori otaknya. Sesekali ia memejamkan mata, tetapi lebih banyak menarik napas dan mengembuskannya melalui mulut, tanpa suara karena ia tak ingin George yang selalu setia mengikuti ke mana pun ia pergi, mendengar suara desahan napasnya. Ia tak ing

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 66. Peraturan Konyol Kerajaan

    "Bisakah kita tidak kembali ke istana hari ini, George?" Pertanyaan pertama Alexant setelah keheningan menguasai mereka beberapa saat lamanya. "Bisakah kita terus berada di sini dalam dua tahun ini? Masalahnya aku ...." Jeda. Ia mengibaskan kedua tangan dengan kacau. "Aku masih belum ingin pulang, aku tidak bisa. Aku tidak ingin meninggalkan Crystal lagi.""Saya pikir tidak bisa seperti itu, Yang Mulia!" George berseru mendengar permintaan Alexant. "Baginda Raja...!"Alexant memotong perkataan George dengan mengangkat tangan kanannya. Ia tak ingin mendengar apa pun saat ini, apalagi yang berhubungan dengan istana. Berbicaralah padanya tentang Crystal atau katakan padanya jika mereka tidak ke mana-mana, tetap di sini saja maka ia akan membiarkan. "Untuk apa kau berdiri di sana, George?" tanya Alexant datar. Tangannya memijit pelipis kemudian mengusap wajah. "Masuklah!" pintanya sambil menggerakkan kepala meminta sahabat sekaligus pengawal pribadinya untuk masuk. Tak perlu diminta dua

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 65. Dua Tahun Lagi, Menjadi Pengantinku

    Tak ada seorang pun yang ingin berpisah dari orang yang dicintai. Apalagi, jika baru saja bertemu setelah berpisah selama tujuh tahun. Alexant memeluk Cristal erat, rasanya tak ingin melepaskannya. Seandainya saja bisa, pasti dia akan membawanya ke istana sekatang juga. Persetan dengan peraturan bodoh kerajasn yang tidak memperbolehkan seorang putra mahkota menikah sebelum naik takhta. Ia tidak memerlukan takhta, tidak juga menginginkannya. Ia hanya menginginkan Crystal dan menghabiskan waktu hingga tua bersamanya. "Kenapa kau harus pulang dengan cepat? Apakah perburuan prajuritmu sudah selesai?" Crystal mendongak menatap Alexant saat bertanya. Meskipun saat ini dia duduk di pangkuannya, Alexant tetap lebih tinggi darinya. Ia memang sudah membohongi Crystal tentang perburuan itu, dan itu bukanlah sesuatu yang baik, Alexant menyadarinya. Hanya saja, saat itu ia tidak memiliki alasan lain lagi yang bisa digunakan untuk bisa berada di sampingnya. Alexant tak ingin berbohong, tetapi j

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 64. Mimpi Buruk Beatrice

    Pagi datang lebih cepat saat kita berada di tempat yang lebih tinggi, Beatrice merasakannya. Sudah dua hari ini dia menyaksikan matahari terbit lebih awal dari biasanya saat dia masih di istana. Hari jadi terasa lebih panjang dan semakin membosankan. Tak ada gadis seusianya di sini, yang ada hanya Nenek dan Bibi Fasha. Prajurit yang waktu itu pergi bersama mereka juga sudah tidak terlihat lagi, sepertinya dia hanya mengantarkan saja, tidak menetap di sini bersama mereka. Tidak apa-apa, dia justru mensyukurinya. Daripada prajurit itu juga ikut tinggal di sini bersama mereka akan membuat dia ketakutan saja. Selama ini hanya Alexant, laki-laki yang dekat dengannya. Dia tidak memercayai yang lainnya. Pengalaman buruk saat ayahnya masih hidup membekas sampai sekarang. Meskipun ayahnya tidak pernah berbuat kasar, tetapi Ayah selalu mabuk. Bahkan Ayah tewas karena mabuknya itu. Ayah yang sudah sakit keras terlalu banyak meminum alkohol sampai nyawanya tak tertolong. Kejadian itu membuatnya

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 63. Tak Ingin Pulang

    "Bisakah kita tetap berada di sini beberapa hari lagi?" George dan Jerome Walker, prajurit yang memimpin tugas di Rainbow Hill, sudah menduga jika Alexant akan bertanya seperti itu. Cepat atau lambat dia pasti akan menanyakannya, seolah waktu satu minggu bersama Crystal masih kurang saja baginya. George memutar bola mata jengah. "Kupikir tidak bisa." Ia memalingkan muka hanya untuk menyembunyikan senyumnya. "Kita harus segera kembali ke istana, Yang Mulia. Sepuluh hari merupakan waktu yang lama bagi seorang pangeran meninggalkan istana." Alexant mendengkus kesal. "Aku baru beberapa hari di sini, George!" erangnya kesal. "Baru satu minggu, belum sepuluh hari seperti yang kau katakan.""Ditambah tiga hari selama perjalanan kita menuju ke sini, Yang Mulia.""Astaga!" Alexant memotong perkataan George tiba-tiba. Kepalanya langsung terasa berdenyut nyeri, dadanya panas seakan terbakar. "Lama di perjalanan tidak dihitung!" Ia mengibaskan kedua tangannya. "Lagi pula, George, kenapa kita h

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 62. Ternyata, Bukan di Rumah Nenek

    Sejak dia tinggal di istana, Nenek juga tidak lagi bekerja. Mama secara rutin mengirimkan uang untuknya, juga untuk membayar pekerjaan gadis pelayan yang menemani Nenek. Sebab, tidak lagi bekerja di perkebunan tomat, Nenek tidak lagi memasak sup tomat. Sekarang makanan di rumahnya sudah berbeda, berbagai hidangan selalu tersedia di meja saat tiba waktu makan. Kehidupan Nenek lebih terjamin. Beatrice mensyukurinya, dia merasa sangat senang karena Nenek bahagia. "Kita ada di mana, Nek?" tanya Beatrice dengan alis berkerut tajam. Matanya menatap liar sekeliling kamar. Dugaannya jika dia tidak sedang berada di rumah Nenek, semakin kuat. Keadaan kamar ini berbeda, lebih sederhana dibandingkan dengan kamar tidurnya di rumah nenek. Tidak ada perabotan apa-apa selain sebuah meja dan kursi yang kelihatannya sudah tua. "Apakah kita di rumah Nenek?" Imelda tersenyum melihat kepanikan di wajah cucu tersayangnya. Dia sendiri juga awalnya kaget ketika bangun tidur menemukan dirinya di tempat yang

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 61. Bertemu Nenek

    Kicauan burung yang terdengar tajam di telinga membangunkan Beatrice dari tidurnya. Dia membuka mata perlahan, mengerjap beberapa kali untuk membiasakan penglihatannya pada cahaya yang masuk. Alam tampak terang benderang di tangkap indra penglihatannya.Beatrice mengucek mata untuk memastikan. Dia menggerakkan kepala ke arah kanan, segera memejamkan mata dan menaikkan tangan untuk melindungi wajahnya dari paparan sinar matahari. Hangat terasa, tetapi juga sangat menyilaukan. Keadaan yang berbeda setiap dia bangun pagi pada biasanya. Beatrice menjauhkan tangan, duduk perlahan. Sepasang alisnya berkerut merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Mulutnya tanpa sadar mengeluarkan ringisan. Dia baru bangun tidur, bahkan nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Apa yang terjadi tadi malam masih belum diingat semuanya, masih samar-samar. Pagi ini dia merasa ada yang aneh. Entah keadaan kamarnya yang terasa jauh lebih terang dari biasanya –sinar matahari langsung masuk tanpa halangan apa pun– juga s

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 60. Bukan Diculik

    Beatrice mencoba untuk tidur lagi, dan berharap saat terbangun nanti semuanya hanya mimpi. Dia akan tetap berada di istana, berbaring di ranjang empuknya, di kamarnya bersama Bibi Fasha. Sayangnya, Beatrice tidak dapat tidur lagi. Meskipun sudah memejamkan mata, tetapi pikirannya tetap melayang ke mana-mana. Dia berusaha keras mengosongkan pikiran, tetap saja tidak bisa. Alexant memenuhi pikirannya. Dadanya bergemuruh, keringat membasahi sekujur tubuhnya yang terikat. Belum lagi dia berada di atas kereta kuda yang melaju kencang. Siapa yang dapat tidur dalam keadaan seperti dirinya saat ini? Air mata terus mengalir membasahi pipi Beatrice. Dalam hati dia terus berdoa semoga dia bisa keluar dari kereta ini dan bertemu dengan Alexant. Dia yakin Bibi Fasha berbohing saat mengatakan padanya tentang Alexant. Tidak mungkin Alexant memiliki gadis lain selain dirinya, hubungan mereka sangat dekat. Alexant selalu jujur padanya, jika ada seorang gadis yang mendekatinya, dia pasti akan berceri

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status