All Chapters of Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha : Chapter 11 - Chapter 20

55 Chapters

Bab 11

Hatiku panas membara mendengar kata-kata Mbak Rina barusan. Masih tak percaya aku rasanya."Mbak... Mbak... Kenapa Mbak malah main ngebujuk Mas Ahmad untuk berlibur? Sengaja mau cari perhatiannya, ya? Kamu bisa mikir nggak sih kalo ibunya tuh lagi sakit!!!! Beneran ya Mbak ini nggak punya nurani! Harusnya Mbak tuh dateng ke sini, bantuin ngurus nih mertua! Bukannya malah ngajak suami kelayapan, seneng-seneng, ngabisin duit!" sengaja aku omelin tuh perempuan tak tahu diri. Meskipun omelanku hanya lewat jaringan seluler, aku tak peduli! Perempuan itu belum menjawab. Tak biarin kalo dia tersinggung. Masa aku aja yang istri kedua bisa paham kondisi, eh dia yang istri pertama malah bertingkah kayak anak kecil yang nggak tahu mana yang layak dilakukan dan mana yang tidak.Mas Ahmad juga b*doh, kenapa masih mau aja nempel sama perempuan yang rupa pas-pasan itu? Ini baru asli beneran deh yang namanya paket burik luar dalam. "Mbak, ingat! Mbak harus ngebatalin niat kalian, atau ntar akan kus
Read more

Bab 12

Bab 12 "Bukan bermaksud apalagi, Mas? Udah jelas-jelas Mas ngebohongin aku! Katanya tadi Mas mau berangkat kerja tapi nyatanya mau enak-enak sama mbak Rina! Tega kamu, Mas!!!" Rasanya terlalu sakit hati ini dibohongi begini. Kenapa Mas Ahmad malah kecantol berat sama Rina? Pertanyaan yang memenuhi benakku sejak dulu."Enak-enakan apanya, Sayang? Kamu salah paham!" jawaban Mas Ahmad sangat tak bisa membuatku terhibur."Buat apa Mas ngajak Rina ke puncak kalau nggak untuk seneng-seneng? Nggak usah nyolot, Mas!" aku menangis. Aku sedih merasa dipermainkan. Mengapa tadi nggak bicara jujur aja dia."Dek, Dek Fika sabar dulu. Mas sayang sama kamu," "Sayang apanya, Mas? Kalau sayang kenapa kamu ninggalin aku kayak gini" aku terisak. "Mas kesini karena paksaan Rina," "Halah, Mas! Kenapa Mas nggak nolak? Apa sebenarnya Mas juga mau? Jangan lemah dong Mas jadi laki-laki!" sergahku."Bukan mas yang nggak nolak, tapi dia yang beneran maksa,"Ternyata benar sekali dugaanku, Rinalah yang menj
Read more

Bab 13

Pov AhmadAku serba salah menghadapi Rina. Apa sebegitunya dia membenciku? Sesakit itukah hatinya? Aku harus sabar. Bukankah pernikahanku dan Fika baru berjalan 3 bulan? Mungkin dalam waktu 3 bulan ini masih sulit bagi Rina untuk membiasakan diri. Kuharap lambat laun wanita pertamaku ini akan terbiasa. Dan aku akan sangat bersyukur jika dua istriku bisa hidup berdampingan satu sama lain, bersatu melayaniku, dan berlomba-lomba untuk menjadi istri terbaik. Sebagaimana yang sering kudengar bahwa perilaku berlomba-lomba dalam kebaikan adalah satu pahala yang tidak terhitung nilainya.Setelah sekian lama, Rina masih saja menganggap ku tak ada dalam ruangan ini. Dia asik sendiri dengan ponselnya. Diacuhkan itu sungguh tidak enak.Atau Rina sedang menungguku untuk memulai?Oh iya Mengapa tidak terpikirkan olehku sebelumnya. Setelah lama berpuasa dari pergelutan batin, kurasa sekarang Rina pasti merindukannya. Baiklah Rina, belaian terbaik akan kupersembahkan khusus untukmu malam ini. Deng
Read more

Bab 14

Pak Bastian Bagaskara, yang merupakan seorang manager di perusahaan tempatku bekerja tersebut terlihat pandai sekali membuat istri pendiamku itu jadi ceria. Melihat pemandangan itu, tak urung melintaslah rasa panas di hati. Apa-apaan sih mereka?Berulang kali aku bertanya-tanya pada diri sendiri, bagaimana bisa mereka terlihat akrab begini? Sedangkan denganku sendiri istriku itu selalu membisu. Apa mereka memang berteman? setahuku tidak.Terang saja aku tak suka melihat raut muka Rina yang tampak sumringah ngobrol sama Pak Bastian. Memang apa sih yang sedang mereka bahas? Lagi pula, dari mana asal muasalnya Pak Bastian bisa turut berada di sini?Apa Rina yang dengan keterlaluan sengaja mengundang laki-laki itu kemari? Ah tidak mungkin. Kenal pun tidak, bagaimana bisa ia mengundang?Dan seharusnya, sebagai seorang laki-laki Pak Bastian tak sepantasnya mengakrabkan diri sama wanita yang jelas-jelas istri orang. Dan Rina juga tak bisa menjaga martabat sebagai seorang istri! Sembarang ng
Read more

Bab 15

"Kinerja apa, Pak?" Tanyaku penasaran."Hmm... Beberapa waktu belakangan aku sering meminta bantuan Rina untuk mengerjakan beberapa desain untuk kepentingan perusahaan. Dan ternyata hasilnya selalu bagus."Aku mengernyit, Pak Bastian sering memakai jasa Rina? Desain apa yang Rina buat? Kenapa Rina gak cerita sama aku? Hingga semua obrolan selesai, hatiku panas dingin tak sabar ingin menginterogasi Rina. Selepas perginya Pak Bastian, aku menarik tangan Rina menuju ke dalam."Apa-apaan sih, Mas?" Rina protes. Tapi aku tak peduli. "Jawab aku, Rina? Desain apa yang kamu buat untuk Bastian?" aku langsung mendesaknya."Desain grafis atau apa aja yang berkepentingan untuk perusahaan, Mas. Apalagi memangnya? Kok kamu malah marah-marah sih?" Rina terlihat kebingungan.Aku bertepuk tangan."Hu uh... Bagus? Pandai sekali kau sekarang. Pake nanya lagi kenapa aku bisa marah,""Lho kan aku kerja, emangnya....,""Nggak ada alasan kerja atau apapun itu! Apapun itu harusnya kamu minta dulu persetu
Read more

Bab 16

FikaAku menangis sepuas-puasnya, aku tak bisa terima kelakuan Mas Ahmad kali ini. Benar-benar ya dia lupa sama aku. Sudah dari tadi aku menelpon tidak kunjung diangkat. Ternyata oh ternyata dia sedang asyik mencumbui si Rina si*lan itu. Mas Ahmad bilang kesana mau kasih pelajaran sana Rina, eh tahunya malah gitu-gituan.Ya Tuhaan, kau taruh dimana hati nuranimu, Mas? Kamu nggak mikir bagaimana perasaanku di sini. Racun apa yang sudah Rina cekoki sampai bisa membuatmu lupa diri dan lupa daratan seperti ini? "Tante kenapa?" Tiba-tiba Ririn datang menghadapi.Huuh, anak ini, rasanya ingin kujitak kepalanya. Tidakkah ia tahu kalau ibunyalah yang menjadi dalang semua ini. Ibunyalah yang sudah berbuat kurang ajar padaku."Nggak ada apa-apa, jangan ganggu tante!" Ucapku setengah membentak. Sebenarnya ragu untuk memarahinya lebih lanjut, rasa khawatir membuatku takut bagaimana kalau dia melapor pada Mas Ahmad, bisa habis semua kepercayaan yang kubangun selama ini.Anak bermata bulat itu
Read more

Bab 17

RinaAku menuju ke meja makan. Aku tersenyum tatkala sudah kulihat menu favoritku terhidang di sana. Hi hiii... Rupanya tadi Fika sudah memasakkan sebagaimana yang aku tulis pada pesan di ponsel Mas Ahmad. Haduuuh, memang asik ya pulang-pulang capek begini rumah sudah bersih makanan sudah siap pula. Benar-benar tinggal bersantai ria.Hitung-hitung tak rugi aku membiarkan adik maduku itu tetap di rumah ini, hitung-hitung aku tak perlu menyewa jasa art. Hitung-hitung aku berterima kasih juga padanya, berkat adanya dia, aku bisa fokus mendalami semua pekerjaanku, tanpa harus terganggu dengan banyaknya pekerjaan rumah tangga yang kadang membuatku pusing tujuh keliling. Ditambah kalau malam-malam tak perlu repot-repot aku melayani Mas Ahmad, aku bisa tidur dengan lelap tanpa terganggu pria itu lagi. Kudengar sejak tadi Vika mencerca Mas Ahmad dengan beragam pertanyaan, bahkan sedari Mas Ahmad belum sempat duduk. Ah, perempuan cengeng itu memang selalu cerewet. Aku tahu dia marah-mara
Read more

Bab 18

FikaLuka hati ini terus-menerus membuat tak tenang, apalagi kulihat Mas Ahmad tak terlalu peduli lagi padaku. Memang sih, dia membujukku sejak tadi. Tapi dia membujukku hanya dengan kata-kata dan belaian saja.Seharusnya kalau dia memang benar-benar ingin membuatku tenang, bukan begitu caranya. Dia kan tahu yang membuatku menjadi seperti ini adalah Rina, harusnya dia marah-marahin tuh Rina! Bukan hanya membujukku saja bisanya. Malah yang kulihat adalah dia tak melakukan apapun untuk menasehati istri pertamanya tersebut. Terkesan sangat mengabaikan kesalahan yang telah diperbuat oleh perempuan itu. Tidak kah Mas Ahmad sadar jika Rina sudah cukup banyak membuatku terluka?Padahal aku ini adalah istrimu, Mas! Mengapa kamu tega melihat aku disakiti kayak gini? Berulang kali Mas Ahmad ingin merengkuh pinggangku, tapi aku menolak dengan keras. Jelas aku tak hanya butuh rengkuhan dan pelukan! Tapi aku butuh diperhatikan dan diutamakan!Aku tidak ingin dikesampingkan, karena aku sadar betu
Read more

Bab 19

Bab 19Nggak ada pilihan lain. Aku harus meminta maaf sana Mas Ahmad. Kalau tidak, aku nggak tahu apa yang akan dipikirkan mas Ahmad tentang aku. Aku tidak mau citraku buruk oleh sebab ulah Rina.Ini semua gara-gara Rina. Andai saja dia tidak gegabah memperlihatkan video itu di hadapan suamiku, aku tidak akan jadi semalu ini."Mas, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku sangat nyesel Mas. Aku beneran khilaf."Biarlah sekarang kupasang aura menyesal yang mendalam. "Dan.... Aku bisa ngelakuin itu semua karena aku terlalu sayang sama Mas. Maafin aku, Mas!" Aku menundukkan kepala di hadapan Mas Ahmad.Mas Ahmad merengkuh pundakku lalu menarikku ke dalam pelukannya. Biarlah sekarang aku membenamkan diri dalam dada bidang miliknya. Dekapan yang hangat membuatku nyaman, membuat semua kemarahan sebelumnya menjadi reda. "Sayang, nggak apa-apa. Mas maafin kamu. Semua orang juga pernah khilaf. Dan Mas bangga sama kamu yang bisa mengakui kesalahan." ucapnya."Makasih, Mas. Maafin aku juga k
Read more

Bab 20

Bab 20 Makanya kadang aku suka geram kalau ada yang menyindirku pelakor. Seandainya bisa, mau kujitak tuh mulut emak-emak julid. "Mas, aku rasa Mbak Rina tuh selalu saja memicu kita untuk berbuat dosa. Contohnya mas liat aja kemarin, seandainya aja nggak ada Mbak Rina, tentu kita nggak akan berantem hebat sampe salah paham juga. Eh, maaf ya, Mas. Bukannya aku bermaksud ngejelek-jelekin Mbak Rina. Tapi ini benar-benar demi kemaslahatan kita."Aku tahu, merayu Mas Ahmad nggak bisa dengan cara kasar. Cukup hadapi dia dengan bersikap berlemah lembut."Iya, Dek Fika. Mas ngerti maksud kamu. Ntar Mas akan bicara sama Rina. Mas akan cari cara agar dia bisa pindah dari rumah kita ini tanpa harus meninggalkan dendam.""Sebenarnya aku madih ingat gimana janji mas dulu yang bilang kalo rumah ini akan jadi milik aku. Tapi... Tapi seandainya kalo mas nggak bisa menepati, aku berusaha untuk lapang dada, Mas," aku berucap pelan dan lembut. Sengaja kurendahkan nada suaraku."Sayang, Mas udah janji
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status