“Berjanjilah untuk mencoba mencintai aku sebagai Ayya bukan sebagai Nisa, apa Tuan bisa?” Akhirnya lolos juga pernyataan itu dari bibir seksi Alayya. Hal yang selama ini hanya dia simpan dalam hati dan tidak berani dia ungkapkan secara gamblang.Mata Ibrahim kembali terbeliak. Dia tidak menyangka kalau Alayya akan meminta hal seperti itu. Pikirannya ingin menolak, tetapi tangan yang menggenggam jemari lentik Alayya enggan melepaskan. Dia butuh Alayya, tetapi untuk mencintainya rasanya sangat sulit dia lakukan.Melihat lawan bicaranya tidak juga bicara, Alayya pun segera ambil tindakan. Dengan tangannya yang bebas, dia lepaskan tautan genggaman Ibrahim dengan perasaan yang kembali hancur. “Sampai kapan pun aku hanya akan menjadi bayangan Nisa, kan? Dan Anda tahu, Tuan. Sangat menyakitkan mengetahui kenyataan kalau orang yang kita cintai ternyata nggak pernah mencintai kita,” ucapnya dengan air mata yang sudah jatuh di pipi mulusnya itu.Tentu saja apa yang dilakukan dan dikatakan Alayy
Read more