Home / CEO / Wanita Malam Kesayangan Tuan Muda / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Wanita Malam Kesayangan Tuan Muda : Chapter 71 - Chapter 80

91 Chapters

CEO 71 Kejujuran Oscar

“Apa kamu bilang? Ayya adalah putri dari adiknya Ariyanto yang hilang dan dinyatakan meninggal dua puluh tahun yang lalu?” Mustika tidak bisa menahan diri untuk tidak memekik horor dengan berita yang Oscar sampaikan. Wanita tua itu ternyata tidak kehilangan akal. Setelah tidak mendapatkan jawaban dari Ibrahim, dia langsung memanggil Oscar dan bicara di dalam kamarnya. Pria tinggi dan bertubuh proposional itu mengatakan semua apa yang ingin mustika ketahui. “Seperti yang anda dengar, Nyonya. Dengab begitu, Tuan Ariyanto akan menjadi wali Nona Ayya di hari pernikahannya nanti. Dan ada satu berita mengejutkan lagi untuk Anda.” Oscar melanjutkan perkataannya. Mustika yang tadi membelakangi Oscar pun kembali menoleh pada pria itu. “Apa lagi?” tanyanya datar. “Kemungkinan setelah menikah Nona Ayya akan membawa ibu kandungnya tinggal di sini, dan itu udah dapat izin dari Tuan Ibrahim, Nyonya.”“Astaga! Kenapa harus bawa orang sakit dan lumpu
Read more

CEO 72 Emosi Khrisna

“Oscar udah pulang?” Alayya memejamkan kedua matanya kuat-kuat. Jelas dia terkejut dengan suara berat nan khas milik Ibrahim. Dia sampai memegang dadanya seakan-akan menahan jantungnya agar tidak copot. Alayya segera memutar tubuhnya sambil bersungut-sungut, “Abang mau bikin aku mati berdiri ya? Nggak bisa sih, nyapa dulu baru bicara?”Ibrahim tersenyum miring. Dia tegakkan kembali tubuhnya yang sedang bersandar di salah satu dinding rumahnya sambil melipat tangan di dadanya.“Maaf mengejutkanmu. Salah sendiri jalan sambil melamun,” ujarnya masih mempertahankan senyuman di bibirnya meski gejolak di hatinya sangat menyesakkan dadanya. Bagaimana mungkin, orang yang dia percayai selama ini bisa menyukai wanitanya?“Aku nggak melamun, ya, Bang. Abang aja yang nanya tapi nggak pake basa basi dulu!” celoteh Alayya lagi dengan bibir manyun dan wajah memerah karena kesal. Sambil melangkahkan kaki mendekati Alayya, Ibrahim kembali berkata, “Okay, I'm sorry. Tapi ngomong-ngomong kalian ngobro
Read more

CEO 73 Bayangan Ayya

“Tuan muda bilang apa?” Dev bukannya tidak mendengar hanya saja, hal seperti ini sudah lama tidak diminta oleh tuannya ini. Dev tentu harus memastikan pendengarannya. Khrisna melepaskan tangannya dari cekalan kedua ajudannya lalu melangkahkan kaki mendekati Dev. Dia cengkeram kerah jas Dev dengan kedua tangan sambil berucap, “Sekarang juga carikan wanita buatku. Aku ingin bersenang-senang dengannya sampai pagi. Kamu dengar itu Dev.”“Ta-tapi Tuan, Anda sudah lama tidak membeli wanita, kenapa malam ini ….”“Diam!” desis Khrisna yang sukses membungkam mulut Dev. “Lakukan perintahku sekarang atau aku akan memecahkan kepalamu ini,” lanjutnya sambil menunjuk pada dahi Dev dengan jari telunjuknya. Tentu saja itu membuat Dev ketakutan. “Oke, Tuan muda. Aku akan carikan wanita itu. Biar Boy dan Miko yang antar Anda ke hotel, oke?” Seringai senyum terbit di bibir Khrisna, hatinya mendadak berbunga-bunga mendengar Dev bersedia mencarikan wanita untuknya. Khrisna yang hampir satu tahun ini ha
Read more

CEO 74 Kekesalan Ibrahim

“Selamat pagi, Tuan,” sapa Oscar pada Ibrahim yang baru saja turun dari mobil mewahnya. “Pagi,” jawab pria tampan itu dengan nada dingin pun tanpa menoleh pada asistennya itu. “Saya pikir Anda belum akan ke kantor hari ini, Tuan.”Ucapan itu menghentikan langkah Ibrahim, pria itu pun segera menengok pada sang asisten. “Mau saya ke kantor atau nggak, itu nggak ada hubungannya sama kamu, kan? Jadi, nggak usah bicara hal yang nggak perlu.”Oscar terperangah. Dari cara Ibrahim menjawab, pria bertubuh tinggi itu seakan-akan sedang berhadapan dengan orang lain saja. Bagaimana bisa dalam semalam bisa merubah tabiat seseorang, bukan?“Anda nggak lagi marah sama saya, kan, Tuan?” tanya Oscar hati-hati saat mereka masih di dalam lift. Tanpa melihat kepada Oscar, Ibrahim menjawab, “Kenapa saya harus marah padamu? Apa kamu ada salah sama saya?” Terang saja ungkapan itu langsung mengena pada dir
Read more

CEO 75 Alayya yang Kecewa

“Lepasin aku, Bang!” Alayya masih saja meronta sambil menggoyangkan tangannya agar terlepas dari genggaman tangan Khrisna. Akan tetapi, pria tampan berkulit putih itu tidak menggubris dan semakin mengeratkan pegangannya. Sampai akhirnya Khrisna masuk ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai satu rumah orang tuanya. Membanting pintu dengan keras kemudian menarik tangan Alayya cepat lalu mendorong tubuh langsing itu ke atas ranjang besar yang ada di tengah ruangan. Akibatnya Alayya mengaduh dan kepalanya sedikit pening karena guncangan spring bed yang cukup kuat. Belum lagi sempat Alayya memutar tubuhnya sendiri, Khrisna sudah lebih dulu membalik dan menindih tubuh ramping itu. “Kamu mau ngapain, Bang?” tanya Alayya yang tersentak dan berusaha mendorong tubuh atletis Khrisna. “Mau ngapain? Dalam posisi seperti ini kamu masih tanya aku mau ngapain?” desis Khrisna diiringi senyuman sinis. “Nggak, Bang! Ini salah. Jangan lakukan itu, aku udah bukan Ayya yang dulu lagi,” pek
Read more

CEO 76 Ayya yang Peduli

Alayya turun dari mobil mewahnya masih dalam keadaan menangis. Sepanjang perjalanan dia mengumpat dan bersungut kesal atas apa yang sudah Khrisna lakukan. Dia memang bukan anak gadis lagi, mahkotanya sudah dia berikan pada pria hidung belang jauh sebelum mengenal Khrisna atau pun Ibrahim. Akan tetapi, dirinya sudah bertobat, bukan? Dan sekarang dia hanya ingin menyerahkan diri juga hidupnya kepada pria yang mencintai dan dia cintai. Kebetulan dia sudah menemukannya. Dia adalah Ibrahim, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alayya benar-benar kecewa atas apa yang Khrisna perbuat. Kalau saja Maura tidak masuk ke kamar itu, entah apa yang akan terjadi padanya. Lalu apa yang akan dia katakan pada Ibrahim nanti dan saat ini? Belum lagi Alayya dapat jawaban dari kegalauannya, dia dikejutkan dengan sosok yang ada di balik pintu yang baru dia buka. “A-abang di rumah?” “Ayya? Kebetulan. Abang baru aja mau—.” Ibrahim tidak bisa melanjutkan ucapannya karena matanya melihat baju Ala
Read more

CEO 77 Keputusan Maura

Benar kata Alayya. Di kediaman Devananta, Khrisna benar-benar sedang di sidang oleh Maura. Masih berada di kamar tamu, kedua ibu dan anak itu belum ada yang bicara lagi setelah sempat berdebat hebat tadi. Bagaimana tidak begitu? Setelah kepergian Alayya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja tadi, Maura kembali memberi tamparan keras pada pipi sang anak.“Ma!” pekik Khrisna saat itu.“Ma? Masih bisa kamu panggil mama padaku? Apa dosa Mama sampai Mama harus lihat kelakuan kamu yang seperti ini, Khris? Di mana otak kamu sampai punya pikiran untuk melecehkan sepupu kamu sendiri?” Maura tak kalah memekik. Sakit hatinya melihat putra kesayangannya kehilangan kendali atas dirinya. Kecewa dan marah menyelimuti hatinya saat mengetahui kalau tabiat sang putra ternyata sudah di luar batas. “Aku nggak lagi melecehkan dia, Ma. Seperti yang aku bilang. Ayya mantan wanita malam dan aku pernah jadi pelanggan dia selama hampir satu tahun ini sebelum dia bertemu dengan Ibrahim. Lalu di mana salahny
Read more

CEO 78 Memilih Gaun Pengantin

Sesuai rencana Ibrahim, hari ini dia akan mengantarkan Alayya untuk memilih gaun pengantinnya. Dia sudah merubah rencananya yang tadinya hanya akan mengadakan ijab qobul di rumah saja, tetapi akhirnya pria itu akan merayakan pesta pernikahannya di sebuah hotel ternama.Bukan tanpa sebab kalau akhirnya Ibrahim merubah konsep pernikahannya. Itu semua karena Alayya sudah menemukan keluarganya. Ibrahim ingin keluarga dari kedua belah pihak bisa merasakan kebahagiaan yang dia rasakan. “Kenapa harus pilih baju lagi, Bang? Bukannya kemarin udah ya buat acara ijab qobulnya?” Alayya bertanya saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah butik cukup terkenal di kota ini. “Kalau ini kamu harus pilih gaun untuk resepsi. Abang dan pihak WO udah merubah rencana pernikahan kita. Malam harinya kita akan adakan pesta resepsi di hotel,” jelas Ibrahim sambil melepas seatbelt-nya. Alayya sempat terkejut sebelum akhirnya melakukan hal yang sama dengan Ibrahim. “Kok jadinya ada resepsi?” Ibrahim m
Read more

CEO 79 Izin Ariyanto

Ariyanto menyambut dengan tersenyum Alayya dan Ibrahim di dalam ruang kerjanya. Keempatnya kini duduk saling berhadapan di sofa tamu yang memang ada di sana. “Maaf, kalau Om mendadak memanggil kalian kemari.” Aryanto mengawali pembicaraan setelah sekretarisnya menyajikan minuman buat mereka dan pergi dari ruangan tersebut. “Nggak masalah, Om. Bilang aja ada hal penting apa yang ingin Om bicarakan,” balas Ibrahim sembari tersenyum tipis, sedangkan Alayya lebih banyak diam dan menghindari bertatapan langsung Ariyanto. Perasaan Alayya tidak nyaman sama sekali. Ariyanto sendiri menyadari sikap keponakannya itu, dia maklum kalau Alayya bersikap demikian apalagi kalau wanita itu tahu yang sebenarnya Ariyanto sudah mengetahui apa yang terjadi padanya di rumah tadi pagi, wanita itu pasti akan bersikap berbeda lagi padanya. Ariyanto pun segera berdehem dan kembali memfokuskan diri pada apa yang akan dia bicarakan kepada kedua tamunya ini. “Iya, setelah Om dan Tante pikirkan baik-b
Read more

CEO 80 Rahasia yang Terbuka

Alayya meneguk salivanya susah payah saat harus menghadapi tatapan penuh tanda tanya dari Ibrahim.“Kenapa diam aja, Ayya? Jawab pertanyaanku! Apa maksud ucapanmu tadi?” Alayya pun segera menghela nafasnya pelan, lalu menatap Ibrahim dengan takut-takut. “Itu Bang, aku pernah lihat foto Nisa ada di dalam buku agendanya Oscar. Tadinya aku nggak tahu kalau itu Nisa sampai bembi yang bilang padaku.”“Kapan itu terjadi? Dan kenapa kamu nggak bilang padaku?” cecar Ibrahim tampak kesal. Alayya mencelos, masih dengan perasaan takut yang sama, dia pun bicara, “Maaf, Bang. Karena waktu itu aku nggak tahu harus bagaimana membuktikan kalau itu adalah foto Nisa. Aku sendiri belum pernah melihat Nisa, kan? dan Bembi udah takut duluan sama Oscar.”“Tapi kamu seharusnya bisa bilang padaku. Jangan malah disembunyikan seperti ini, Ya.”“Gimana bisa bilang, sih, Bang? Dia pasti bisa berkilah karena aku memang nggak tahu wajahnya Nisa seperti apa, kan? Posisi Bembi waktu itu juga nggak lihat secara l
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status