Home / Romansa / Suami Premanku Ternyata Sultan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Suami Premanku Ternyata Sultan: Chapter 101 - Chapter 110

125 Chapters

101. Kondisi Brion.

“Sudahi tawa jelekmu itu sebelum aku robek mulutmu!.” Tawa yang tadinya menggema ke seluruh penjuru ruangan kini terhenti seketika. Ardian, yang merupakan musuh bisnis sekaligus pelaku penusukan Brion membeku seketika saat melihat Leon berada di depan pintu. Leon berjalan masuk menghampiri Brion yang sedang mematung karna terlalu shok. “Pergilah dulu, periksa ada yang terluka atau tidak.” Ujar Leon sambil menepuk pundak Brion. Brion yang masih ling-lung hanya diam sembari menatap Leon dengan wajah yang di penuhi berbagai pertanyaan. Melihat Brion yang tidak bergerak, Leon memberi kode kepada anak buahnya agar membawa Brion keluar. “Jangan lupa bawa anak itu juga.” Ujar Leon lagi ketika melihat Dion yang masih tertidur pulas. Melihat Leon yang sedang tidak memperhatikannya, Ardian perlahan-lahan berjalan mundur dan berlari untuk menyelamatkan diri. Namun karna pergerakan anak buah Leon lebih cepat dan sigap, Ardian bisa di tangkap dengan mudah. Leon tersenyum puas keti
Read more

102. Kembali.

“Apa kamu yakin?.” Leon mengangguk tanpa adanya rasa ragu di wajahnya. Selama dua hari belakangan ini Leon mencari tahu gerak gerik dari kedua wanita itu, dan di sanalah Leon mendapatkan jawaban yang sesuai dengan dugaannya. “Papah pergi dulu temui Brion, kamu urus ini secepatnya lalu perbaiki penampilanmu. Pagi tadi waktu papah pergi ke rumah sakit Riri kabur mencari kamu di mana-mana, jangan sampai Riri melihatmu dengan penampilan seperti ini.” Pak Arjuna pergi meninggal Leon sendirian di ruang kerja. Leon yang mendengar ucapan pak Arjuna hanya bisa menghela nafas, matanya melirik kearah dinding yang terbuat dari marmer, tampilannya yang bening membuat Leon bisa melihat pantulan dirinya sendiri dengan jelas. Leon yakin seratus persen kalau Riri pasti akan ketakutan ketika melihat penampilannya yang seperti ini. Leon berjalan menuju kursi yang tadi di duduki oleh pak Arjuna. Tangannya bergerak mengambil sebuah foto yang ada di atas meja kerjanya. “Dia kira aku tidak ingin m
Read more

103. Wajah Yang Di Rindukan.

“Apa aku telefon sekarang saja ya? Tidak enak juga kalau papah nungguin hp-nya.” Riri menatap ponsel ayah mertuanya yang sudah dari tadi berada di tangannya. Dari ponsel itu di berikan bahkan sampai matahari terbenam pun Riri masih ragu untuk menghubungi Leon. Jari Riri menggeser-geser layarnya saja tanpa berani menekan nomor kontak Leon, tangannya bahkan sudah bergetar hebat karna terlalu gugup, hampir dua bulan tidak bertemu membuat Riri merasakan sensasi asing yang ada di dalam hatinya. “Padahal aku hanya ingin menelepon suamiku sendiri, tapi kenapa rasanya gugup sekali? Masa iya kita jadi asing hanya karna sudah lama tidak berkomunikasi, lantas apa jadinya kalau sampai aku di tinggal pergi dinas selama enam bulan, bisa-bisa kita reuni di pengadilan agama.” Riri menarik nafas panjang-panjang lalu menghembuskannya dengan rasa berat hati. Matanya kembali menatap kearah ponsel yang sudah menampilkan wajah dirinya. Seulas senyum terbit di wajah cantik Riri saat melihat foto
Read more

104. Rencana Pernikahan.

“Jangan pingsan lagi!...” Leon duduk di samping Riri yang terlihat sangat pucat saat melihat luka di tubuhnya. Tatapan mata Riri yang kosong dan tubuhnya yang terlihat seperti akan jatuh berhasil membuat Leon panik bukan main. Leon menggendong Riri untuk meletakkannya kembali keatas tempat tidur. Mata Leon kini melirik keseluruh penjuru kamarnya untuk mencari di mana keberadaan ponselnya. “Sial! Kenapa harus hilang di saat penting begini?!.” “Apa itu sakit?” Leon yang tadinya sibuk mencari keberadaan ponselnya tiba-tiba menatap kearah Riri yang sudah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Leon menundukkan kepalanya dan menatap kearah tangan Riri menunjuk. Leon menghela nafas lega lalu mengecupi seluruh penjuru wajah Riri. Leon sempat panik karna untuk beberapa saat isi pikiran dan hati Riri tidak bisa dia baca. Leon akhirnya duduk di samping Riri yang masih terbaring lemas. ‘Aku kira mas Leon tidak kenapa-kenapa karna tidak ada luka satu pun di wajah, tapi ternyata
Read more

105. Tamu Tidak Di Undang.

“Kamu masih ingat itu? Semuanya berawal dari situ."Sebuah ikat pinggang berwarna merah berada di tangan Riri, setelah mengatakan akan menjawab semua pertanyaannya, Leon memberikan sebuah kain kecil panjang ke tangan Riri. Riri mencoba mengingat-ingat tentang barang yang ada di tangannya.‘Apa ini? Sepertinya aku pernah melihat ini, tapi di mana ya?.’“Bagaimana? Ingat tidak? Aku menunggumu selama ini dengan bantuan ikat pinggang itu, walaupun kamu tidak mengingatnya karna masih kecil, aku akan tetap kecewa kalau kamu tidak mengingat apa-apa tentang pertemuan kita di masa lalu.”Riri berusaha untuk tetap mengingat, namun apa pun yang berhubungan dengan ikat pinggang merah di tangannya sama tidak dia ingat.“Ikat pinggang?.” Tanya Riri memastikan.Mendengar pernyataan Riri, Leon hanya mengangguk sambil tersenyum.Melihat Leon hanya mengangguk Riri bertambah kebingungan. Riri mencoba mengingatnya, namun tidak dapat mengingat apa pun.Leon akhirnya turun tangan ketika melihat waja
Read more

106. Menagih Janji.

Dengan langkahnya yang gontai, Riri berjalan menuju kearah beberapa orang yang sudah menunggunya, melihat pemandangan yang ada di depannya, Riri mendumal sejadi-jadinya. “Dia yang suruh menunggu, dia sendiri yang hilang entah kemana. Memangnya tidak bisa ya menjemputku dulu? Kalau ada yang penting kan bisa tinggal bilang saja, kenapa pula dia menyuruhku menunggu di dalam, benar-benar menyebalkan.” “Kembali anakku! Kamu sendiri kan yang berjanji akan menjaga Renata! Kenapa sekarang malah kamu sendiri yang menyakitinya! Mana janjimu yang dulu?!.” Tubuh Riri seketika membeku, langkahnya terhenti, dan mulut yang sudah dari tadi terus mendumal tiba-tiba diam seribu bahasa. Suara yang terdengar sangat jauh namun jelas membuat Riri kehilangan kata-katanya. ‘Tunggu dulu, tadi dia bilang janji kan? Apa yang datang barusan itu ibunya Rena?.’ Riri menoleh menatap jendela butik, rasa penasaran memenuhi hatinya, kakinya yang diam kembali ingin bergerak karna merasa gatal. Riri berpikir s
Read more

107. Pernikahan Ke-2.

Riri menatap sebuah tempat duduk yang ada di depannya. Tempat yang akan menjadi tempat pelaminannya di hias sedemikian rupa sesuai dengan apa yang dia inginkan. Walaupun melihat pemandangan indah di depannya, Riri masih terpikirkan tenang perkataan suaminya tadi. 'Apa benar mas Leon akan melepaskan Rena? Lalu bagaimana kalau sampai Rena tertangkap lagi? Tidak mungkin mas Leon akan benar-benar menghabisinya kan? Lalu bagaimana dengan lanjutannya?.’ Riri di buat kesal sekaligus kebingungan. Percakapan antara Leon dan ibu Rena hanya di dengar setengah oleh Riri. Riri yang sebenarnya penasaran pun berniat untuk mendengar pembicaraan mereka lebih lanjut, namun karna di seret paksa oleh beberapa anak buah Leon, Riri jadi tidak bisa mengetahui kelanjutannya. ‘Lagi pula sejak kapan mas Leon punya anak buah perempuan? Mana cantik-cantik lagi, bukannya preman tidak ada yang perempuan ya?.’ Riri termenung dengan mata yang masih menatap lurus kearah tempat pelaminannya, berbagai pertan
Read more

108. Orang Misterius.

‘Siapa itu? Kenapa dia membawa pisau daging ketengah-tengah acara pesta seperti ini? Dan kenapa juga dia memakai masker di dalam ruangan yang penuh orang, memangnya dia tidak merasa sesak?.’ Kehadiran sesosok orang berbaju hitam yang tidak di ketahui identitasnya membuat Riri merasa sedikit was-was. Lokasinya yang berjarak beberapa meter darinya membuat hati Riri menjadi tak tenang dengan keselamatan orang-orang di sekitarnya. “Kenapa kak?.” Riri terperanjat kaget saat mendengar suara Dion di tengah-tengah pikirannya yang sedang berada di tempat lain. “Tidak apa-apa, hanya sedikit kepikiran saja.” Riri kembali menoleh kearah tempat di mana orang itu berada, namun anehnya di saat Riri mencari kembali keberadaannya, orang itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Hilangnya yang secara tiba-tiba membuat hati dan pikiran Riri menjadi semakin tidak tenang. Riri memperluas pandangan dan melihat sekeliling dengan teliti, setelah beberapa lama Riri memperhatikan sekitarnya, keberadaan
Read more

109. Gosip Daftar Para Pewaris.

“Aksa sayang!...” Riri melangkahkan kakinya menuju panti asuhan di mana Aksa tinggal saat ini. Senyumnya mengembang sempurna di kala melihat sang bayi manis yang sudah tertawa karna melihatnya. Tanpa memperdulikan ibu penjaga panti, Riri langsung mengambil Aksa yang tengah duduk di atas kasur. Melihat tingkah istrinya, Leon hanya bisa menggelengkan kepala. Leon melangkahkan kakinya menghampiri ibu panti yang berada tak jauh darinya. “Maaf bu, untuk satu minggu ke depan Aksa akan kami bawa pulang. Untuk semua keperluannya akan saya siapkan, jadi ibu tidak perlu khawatir.” Setelah hampir satu bulan menghabiskan waktu berdua, Leon dan Riri memutuskan untuk membawa Aksa pulang ke rumah selama satu minggu penuh. Di sepanjang perjalanan Riri bermain-main dengan Aksa, senyumnya mengembang sempurna, dan suara tawa mereka memenuhi seisi mobil. Mobil yang mereka tumpangi melaju kencang membelah ramainya jalanan di kota Jakarta. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka sampai di r
Read more

110. Curiga.

“Nyonya ingin mereka pergi dari sini?.” Tanya Alden memastikan. Dengan sorot matanya yang tajam, Riri mengangguk mengiyakan ucapan Alden. Secara tiba-tiba dari arah belakang terdapat dua orang wanita berbaju hitam dan berdiri di samping kanan kirinya Riri. Alden berjalan menghampiri beberapa orang penggosip yang membicarakan keluarga bosnya. Dengan modal kata-kata dan perintah dari Riri, Alden membereskan mereka tanpa menimbulkan keributan seperti apa yang dia katakan tadi. Dengan mata kepalanya sendiri, Riri melihat banyak orang yang mulai menghampiri dan mengerumuni beberapa wanita yang tadi sedang membicarakannya. Hanya berselang beberapa menit saja para wanita itu hilang dari hadapan Riri. Riri terbelalak tak percaya, berkali-kali dia menggosok matanya untuk memastikan penglihatannya. “Apa kaca mataku sudah tidak berfungsi lagi?.” ***** Di dalam sebuah apartemen yang mewah terdapat sepasang mata panda milik Riri yang sedang terkantuk-kantuk. Sudah menjadi rutin
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status