All Chapters of Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan: Chapter 101 - Chapter 110

172 Chapters

BAB 101 'Memaafkan tetapi tak bisa melupakan'

Sesampainya di London, Ayrin langsung pergi ke apartemennya yang masih dia pertahankan sampai sekarang. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam apartemen, aroma yang menyengat dari kenangan masa lalu menyergapnya. Semuanya terasa begitu akrab, namun pada saat yang sama terasa begitu jauh dan hampa. Tidak ada yang berubah di sana, tetapi semuanya terasa berbeda tanpa kehadiran Raymond dan Ayra. Tidak ada kehangatan yang menyambutnya, tidak ada tawa riang yang memecah kesunyian.“Di mana kamu, Sayang? Mama kangen sekali sama Ayra,” Tidak ada yang berubah di sana, tetapi semuanya tergumam Ayrin sambil memeluk erat boneka beruang kesayangan Ayra. Air matanya mengalir tanpa henti, merindukan pelukan hangat putrinya.Tatapan Ayrin kemudian tertuju pada ke
Read more

BAB 102 'Tak semudah itu melupakannya'

Beberapa hari berlalu sejak kepergian Raymond dari apartemen mereka. Ayrin terjebak dalam pusaran kekosongan yang semakin menyiksanya. Namun, di tengah kesedihan yang melanda, wanita itu mulai merasakan perubahan dalam dirinya.Ayrin merasa lelah yang tak kunjung reda, mual yang menghantuinya sepanjang hari, dan ketidaknyamanan yang aneh di perutnya. Awalnya, dia mengabaikan gejala-gejala itu, berpikir itu hanya efek samping dari beban emosional yang dia rasakan.Namun, ketika gejala itu semakin kuat dan tidak bisa diabaikan lagi, Ayrin mulai merasa gelisah. Dengan gemetar, dia mengambil tes kehamilan dari laci kamar mandi. Detik-detik menegangkan mengikuti, dan ketika garis kedua muncul, Ayrin merasakan dunianya berputar.Dia duduk tegak di tepi bak mandi, tidak percaya pada apa yang baru saja dia lihat. Kehadiran
Read more

BAB 103 'Jangan melewati batas'

Ayrin bersimpuh di pusara suaminya dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti sampai kepalanya terasa sakit. Bayangan masa lalunya terus berputar di benaknya seperti film yang diputar berulang-ulang. Dia melihat kembali momen-momen bahagia bersama Raymond, Ayra, dan segala penyesalan yang menghantui pikirannya. Tetapi di tengah-tengah rasa sakit yang mendalam, Ayrin menyadari bahwa penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Orang-orang yang dicintainya telah pergi, dan dia harus belajar untuk hidup tanpanya. Hidup tanpa cinta.“Maafkan aku karena pada akhirnya aku tidak bisa menjaga buah hati kita, Ray,” ujar Ayrin dengan serak. “Maafkan aku karena terus menyakitimu sampai akhir.”Selama beberapa saat, Ayrin terus berbicara seorang diri. Dia menceritakan semua yang terjadi pada Raymo
Read more

BAB 104 'Satu kesempatan lagi?'

Ayrin menghela napas dalam-dalam ketika mereka sampai di depan pintu apartemennya. Rasanya seperti beban berat menekan dadanya setiap kali dia berada di dekat Reygan. Dia ingin pria itu pergi, menghilang dari kehidupannya sekali dan untuk selamanya."Tolong pergi," desis Ayrin dengan suara gemetar, mencoba menahan gejolak emosinya. "Aku mohon, biarkan aku sendiri."Reygan hanya menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan keinginan yang mendalam. “Saya mengerti, Rin. Tapi saya nggak akan pergi begitu saja. Saya akan menunggu di luar sampai kamu mau bicara dengan saya lagi.”Ayrin menelan ludah, berusaha menguatkan hatinya untuk tidak terpengaruh oleh ucapan Reygan. “Aku nggak akan keluar lagi. Jangan sia-siakan waktumu menunggu di luar.”Reygan men
Read more

BAB 105 Jejak yang mulai terlihat

Ayrin menatap tajam ke arah Reygan, mencoba menunjukkan keteguhan hatinya. Bibirnya tersenyum tipis, tetapi matanya memancarkan keputusan yang bulat. "Kamu harus tetap pergi dari sini! Maaf karena aku nggak bisa memenuhi fantasi kamu tentang kebersamaan kita," ujarnya dengan suara tegas.Reygan menatap Ayrin dengan tatapan tajam yang penuh dengan kekecewaan. "Pria itu sudah meninggal, kan? Jadi apa lagi yang mau kamu tunggu?" bentak Reygan dengan nada yang tajam, seolah-olah mencoba merobohkan benteng keteguhan hati Ayrin. "Kalau memang ini hanya soal anak kamu, saya janji akan membantumu mencarinya. Tapi tolong jangan jauhi saya seperti ini, Rin."Tanpa ragu, tangan Ayrin melambai dengan keras menampar pipi Reygan. Wajahnya langsung memerah karena amarah yang membuncah. "Jangan pernah melewati batas, Mas! Setelah apa yang kamu lakukan sama aku. Kamu nggak pant
Read more

BAB 106 Perempuan Gila

Dalam perjalanan mereka menemui Madeline Maddison, Ayrin terus mencoba menenangkan diri dan mempersiapkan segala kemungkinan yang akan mereka hadapi. Namun, ketika akhirnya mereka bertemu dengan Madeline, Ayrin merasa seolah dunianya hancur berkeping-keping.“Dimana Ayra? Di mana kau menyembunyikan anakku, huh?” tanya Ayrin dengan suara gemetar, mencoba menahan amarah yang membara di dalam dirinya.Madeline menatap Ayrin dengan wajah yang penuh kebingungan. "Maaf, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Aku hanya seorang pengurus apartemen, saya tidak tahu apa-apa tentang anakmu." “Jangan berpura-pura lagi wanita sialan! Atau aku akan segera memanggil polisi untuk menangkapmu,” teriak Ayrin sambil mencengkeram bahu wanita berambut pirang itu itu.
Read more

BAB 107 Hilang kesabaran

Dengan wajah yang penuh kepuasan atas kemenangannya, Daisha melihat Ayrin dengan tatapan tajam. "Kamu ingin tahu di mana Ayra berada, bukan? Aku akan memberitahumu, tapi ada satu syarat," ucapnya dengan suara yang penuh dengan keangkuhan.Ayrin menatap Daisha dengan mata yang dipenuhi dengan campuran antara kebingungan, ketakutan, dan keputusasaan. Namun, di dalam hatinya, ada bara kemarahan yang semakin berkobar. "Apa syaratnya?" tanyanya dengan suara yang gemetar."Berlututlah di hadapanku, Ayrin, dan mungkin aku akan mempertimbangkan untuk memberimu informasi tentang Ayra," desak Daisha dengan nada sombong, matanya menyipit menatap Ayrin dengan penuh kepuasan atas penderitaan yang dia ciptakan.Ayrin merasakan darahnya mendidih dalam amarah. Dia ingin menolak tawaran itu dengan segala cara, tetapi bayangan Ayra y
Read more

Tidak dibutuhkan lagi

“Katakan! Siapa yang membawa Ayra pergi?" desak Ayrin dengan suara yang hampir berteriak. “Atau aku akan membunuhmu sekarang juga.” Daisha tersenyum sambil menatap Ayrin dengan tatapan yang penuh dengan kesenangan. "Oh, Ayrin, sekarang kamu mau tahu? Pria itu adalah orang yang sangat kamu kenal," kata Daisha dengan nada yang penuh dengan ketenangan.Ayrin merasa kesabarannya sudah berada di ambang batas. Dengan gemetar, dia mendekati Daisha. Dia menggores wajah kakaknya itu. Walau hanya sedikit, dia merasa harus menekan Daisha. “Jangan berputar-putar lagi! Katakan siapa pria itu! Katakan sekarang juga!" desaknya dengan jerit tertahan. Daisha hanya tersenyum lebar, senyum yang penuh dengan kemenangan dan kepuasan. "Pria itu adalah seorang bernama Raymond, dan dia mengaku sebagai su
Read more

BAB 109 Luka dan air mata

Ayrin terduduk di lantai kamar, tubuhnya gemetar di bawah tekanan emosi yang tak tertahankan. Air mata mengalir deras membasahi pipinya saat dia terus-menerus teringat akan kata-kata kejam Daisha. Setiap kata seperti belati yang menusuk ke dalam hatinya, meninggalkan luka yang semakin dalam.Di tengah-tengah tangisannya, bayangan Raymond muncul di benaknya. “Ayra… dia… dia baik-baik saja, Lily. Aku… aku yakin suatu hari nanti kau bisa menemukannya.” “Benarkah dia baik-baik saja, Ray,” gumam Ayrin dalam kesedihannya yang menyakitkan. Mungkinkah Raymond hanya mengatakan itu untuk menenangkannya, ataukah memang dia benar-benar tahu bahwa Ayra berada dalam keadaan yang aman? pikirnya dengan getir. Segalanya terasa tidak nyata baginya. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dipercayai. Apakah Daisha benar-benar bisa dipercaya dengan semua informasi yang dia berikan? Ataukah ini hanya bagian dari rencananya untuk menyakitinya lebih dalam lagi?“Tolong buka pintunya, Rin! Kamu bisa sakit kala
Read more

BAB 110 'Kamu gila!'

Hari demi hari berlalu, dan Reygan tetap setia menemani Ayrin, meskipun gadis itu bersikap dingin dan sering kali mengabaikannya. Meski terkadang terluka oleh sikap dingin mantan istrinya itu, dia tetap bertahan.Reygan terus berusaha mencari keberadaan Ayra, mengikuti setiap petunjuk dan jejak yang bisa dia temukan. Meskipun sulit dan tidak pasti, dia tidak pernah kehilangan harapan untuk menyatukan kembali Ayrin dengan putrinya.Di tengah-tengah semua itu, saat Ayrin jatuh sakit, Reygan dengan sabar merawatnya. Dia mengurusnya dengan penuh perhatian meskipun sikap wanita itu masih tidak berubah."Kamu harus minum obat ini, Rin" ujar Reygan dengan lembut, sambil menawarkan gelas obat yang sudah disiapkan.Dia memandang wajah pucat dan lesu mantan istrinya dengan penuh perasaan. “Mau sampai kapan kamu menyakiti diri sendiri seperti ini, Rin?” "Aku nggak butuh obat itu," sahut Ayrin dengan nada yang tegas, menolak gelas obat yang ditawarkan Reygan. “Aku cuma mau ketemu sama anakku.”
Read more
PREV
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status