All Chapters of Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan: Chapter 81 - Chapter 90

172 Chapters

BAB 81 'Sepertinya dia lebih menyukai cara kasar!'

Alarm berbunyi pukul lima pagi. Ayrin sudah bangun dan bersiap untuk lari pagi, gerakannya begitu cekatan sejak turun dari ranjang. Hari-harinya menjadi semakin padat setelah keputusannya untuk membantu Reygan. Tugas-tugasnya kini bertambah kompleks, dan ia membutuhkan ketajaman pikiran sejak awal pagi. Ayrin yakin, hanya dengan kesiapannya fisik dan mental, ia bisa menjalani hari-harinya yang melelahkan ini.Saat keluar, dia berpapasan dengan Beni yang juga sedang berolahraga. “Selamat pagi, Ben,” sapanya dengan sopan.“Pagi,” jawab Beni singkat. “Bagaimana keadaannya semalam?” tanya Ayrin, memastikan kondisi Reygan.“Dia tidur dengan nyenyak. Sampai sekarang, dia masih b
Read more

BAB 82 'Alasan di balik sikap angkuhnya!'

Ayrin melangkah menuju dapur. Sejak memutuskan untuk tinggal di rumah itu, dia sama sekali belum sempat berkeliling. Dia menyipitkan mata ketika dilihatnya Bi Tin yang baru saja masuk lewat pintu belakang sedang menatapnya dengan penuh keterkejutan.  “Mbak Ayrin!” serunya dengan tak percaya, matanya memperbesar cakupan pandangan, mencoba memastikan bahwa wanita di depannya adalah mantan majikannya yang telah lama tak terlihat. “Apa kabar, Bi?” sapanya sopan, senyumannya tetap terpatri di wajahnya. “B-baik, Mbak,” jawab Bi Tin, jelas terlihat gugup. “Saya masih benar-benar nggak nyangka lihat Mbak Ayrin di sini. Mbak makin cantik dan bikin pangling.” Senyum tipis terukir di wajah Ayrin mendengar pujian itu. “Terima kasih ya, Bi.”
Read more

BAB 83 'Jadilah pria yang berguna!'

Prang!!Suara piring yang pecah menjadi serpihan kecil kembali memecah keheningan pagi itu. Reygan menatap tajam ke arah Ayrin, wajahnya merona merah karena kegeraman yang memuncak."Sudah cukup! Saya tidak mau memakan sampah ini!" bentak Reygan, amarahnya meledak seperti gunung berapi yang lama terpendam. Tanpa ampun, piring berisi roti dan beberapa butir telur terlempar ke lantai dengan keras, menghantam ubin dengan suara keras. Gelas susu pun menyusul, isinya tumpah berserakan.Ayrin masih tetap tenang, seolah-olah sudah mengantisipasi reaksi Reygan yang begitu impulsif. Tatapan matanya penuh keberanian, tanpa tergoyahkan oleh kemarahan pria di hadapannya. Dia memaklumi sikap mantan suaminya itu. “Bawakan yang baru, Bi,” perintah Ayrin pada Bi Tin ya
Read more

BAB 84 'Mimpi buruk itu selalu menghantui!'

“Bawalah dia ke kamarnya, Ben,” pinta Ayrin dengan suara yang tenang namun penuh otoritas. Matanya terus mengawasi setiap gerak Reygan yang terlihat begitu kesal.Reygan menggertakkan giginya, menolak untuk diurus oleh orang lain. “Jangan perlakukan saya seperti anak kecil! Saya bisa kembali sendiri!” desisnya, memberikan respons yang penuh dengan amarah pada Beni yang mulai mendekatinya.“Berhentilah bersikap seperti anak kecil kalau begitu!” tegur Ayrin tanpa ragu. Dia beranjak dari sofa dengan langkah mantap, mendekati Reygan dengan tatapan yang menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan pria itu menentang keputusannya. Dengan santai, Ayrin mendorong kursi roda Reygan, tanpa memedulikan protes pria itu.“Saya akan mengurusnya, Ben. Lebih baik kamu istirahat sekarang,&rdq
Read more

BAB 85 'Kembali menutup diri'

Hari masih terasa lebih gelap daripada kemarin ketika Ayrin terbangun. Cahaya redup di kamar itu membuatnya tersentak, dan ketika menyadari bahwa dirinya berada di kamar Reygan, detak jantungnya berdegup tak teratur. Dengan gerakan refleks, dia memeriksa gaun tidurnya, dan helaan napas lega pun terlontar, menyusul kelegaan karena semuanya masih utuh.Namun, kelegaaan itu hanya bertahan sesaat karena pandangan Reygan yang menusuknya dengan tatapan yang tak terbaca."Kamu pikir saya bisa menyentuhmu dalam keadaan seperti ini, huh?" suara Reygan terdengar sinis.Ayrin mencoba menahan denyut jantungnya yang semakin cepat. Dia berusaha menunjukkan ketenangan, "Siapa yang tahu? Bahkan orang sepertimu juga masih punya nafsu, kan?"
Read more

BAB 86 'Pelukan lemah yang hangat'

Keesokan malamnya, Ayrin kembali ke rumah pukul sebelas malam setelah prakteknya selesai. Dia langsung masuk ke kamar untuk menyegarkan diri. ketika melangkah masuk ke dalam kamar Reygan, Ayrin terkejut melihat bahwa tempat tidur mantan suaminya itu kosong. Tatapan cemas melintas di matanya saat dia melihat pintu balkon terbuka lebar. Tanpa ragu, Ayrin menghampiri pintu balkon dan di sana, dia menemukan pria itu.Reygan duduk di kursi rodanya sambil memandang ke langit dengan tatapan hampa. Ditangannya Reygan memegang sebotol whisky yang entah darimana bisa dia dapatkan. "Berhenti merusak diri sendiri!" tegur Ayrin sambil meraih botol dari tangan Reygan.Reygan memandang Ayrin dengan tatapan yang menyala, matanya merah padam karena kemarahan. "Kembalikan itu!
Read more

BAB 87 'Batasan itu tetap ada'

Di dalam rumah, Ayrin duduk sendirian di ruang tamu, terdiam dalam ketenangan yang hanya ditemani oleh suara gemercik hujan di luar. Sejak malam itu, dia sengaja menciptakan jarak antara dirinya dan Reygan.Baginya, menjaga jarak adalah langkah yang tepat, seolah-olah menyadari betapa berbahayanya terlalu dekat dengan pria itu. Namun, jarak itu tiba-tiba lenyap dalam sekejap ketika malam itu tiba.Saat langit di luar jendela bergemuruh dengan petir, Ayrin mendengar suara pecahan kaca dari kamar Reygan. Dia menoleh ke arah pintu kamar dengan kegelisahan yang tak terbendung. Apa yang terjadi? Apakah Reygan baik-baik saja? Tanpa ragu, dia bergegas pergi, hatinya berdebar keras di dadanya.Sesampainya di sana, Ayrin mendapati pintu kamar Reygan terbuka lebar, memperlihatkan cahaya samar dari dalam. Dengan langkah cepat,
Read more

BAB 88 'Jangan teruskan lagi'

“Tidak… tidak…!” gumam Reygan sambil menggelengkan kepalanya. Sementara keringat dingin mengucur deras di dahinya, menciptakan jejak-jejak kegelisahan yang nyata. Dia berusaha menangkis mimpi buruk yang membelenggunya, tapi bagaikan ombak yang terus menghantam pantai, mimpi itu terus menghantui pikirannya.Tak jauh dari tempat tidurnya, Ayrin terbangun oleh gumaman Reygan. Dalam kegelapan, dia melihat bayangan tubuhnya yang terkatung-katung, diselimuti oleh mimpi-mimpi mengerikan. Tanpa ragu, Ayrin melangkah mendekati Reygan, menyadari bahwa pria itu tengah berjuang melawan mimpi buruknya.Hujan turun dengan derasnya, disertai kilatan petir yang menggetarkan udara. Pria itu seolah sedang berada di tepi jurang, berusaha menahan diri agar tidak jatuh ke dalam kegelapan yang mengerikan. 
Read more

BAB 89 'Menuntut tapi tidak tergesa-gesa'

Semakin hari, hubungan antara Reygan dan Ayrin menjadi semakin dekat. Begitu juga perhatian Beni kepada pada wanita itu yang dirasa semakin meningkat. Menimbulkan kecemburuan di hati Reygan. “Saya mau kamu memecatnya, Rin,” gerutu Reygan ketika Ayrin tengah masuk ke kamarnya untuk memeriksa kondisinya. “Jangan mulai lagi, Mas. Semuanya sudah mulai membaik,” sahut Ayrin dengan tenang. “Lihatlah berat badanmu sudah bertambah. Kondisimu juga sudah lebih baik,” sambungnya dengan nada puas yang kentara.“Tapi saya masih belum bisa berjalan,” balasnya dengan sinis. “Semua perlu proses, Mas,” jawab Ayrin dengan sabar. “Sudahlah, jangan banyak p
Read more

BAB 90 'Kembali Berdiri'

“Apa yang kamu pikirkan sekarang, Rin?” tanya Reygan, suaranya bergetar dengan keinginan yang tersembunyi.Ayrin tertegun, tak bisa menemukan jawaban yang tepat. Matanya memandang hampa ke arah Reygan, mencari-cari kata-kata yang sesuai, tetapi tak ada yang muncul. Hanya kebingungan dan kekosongan yang menggelayuti pikirannya.Tanpa menunggu jawaban, Reygan mendekatkan dirinya dan mencium Ayrin. Bibirnya lembut menyentuh bibir wanita itu, mengirimkan guncangan elektrik melalui tubuh Ayrin.Reygan mengejar ciuman itu, membiarkan lidahnya menari-nari di bibir Ayrin, mencoba menyalakan bara yang sudah lama padam di antara mereka.Reygan memperdalam ciuman itu, tak memberikan Ayrin waktu untuk berpikir, untuk menolak. Baginya, ini adalah kesempatan untuk mendapat
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status