Semua Bab Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan: Bab 71 - Bab 80

172 Bab

BAB 71 'Jangan Pergi!'

“Raymond!” desisnya, suaranya penuh dengan keputusasaan dan rasa sesak yang melanda dadanya.Ayrin merasakan detakan jantungnya semakin cepat, seperti lonceng yang berdentang keras di telinganya. Dengan sisa-sisa tenaganya, dia menghambur ke depan. Mencekal pergelangan kaki Raymond dengan erat, menahannya agar tidak pergi. Bahkan, saat selimut yang menutupi tubuh polosnya tersingkap dan terhempas ke lantai, Ayrin tidak peduli. Yang terpenting bagi dia saat ini adalah mencegah Raymond meninggalkannya dengan amarah yang membara seperti itu.Bulir-bulir air matanya semakin meleleh ketika Raymond menyentakkan kakinya dengan gusar. Sekuat tenaga, ia merangkul kaki pemuda itu dan memeluknya dengan tubuh gemetarRaymond menoleh, matanya mencari sesuatu dalam tatapan Ayrin. Sejenak, tampaknya ia terpaku, melihat bagaimana wanita itu menggenggam erat kakinya, memohon dengan tatapan penuh rasa takut dan harapan.Ketika merasakan tungkai pem
Baca selengkapnya

BAB 72 'Wanita gila'

Ayrin merasakan dadanya terasa sesak, ketika Raymond memeluknya dengan erat. Segala beban yang dia rasakan seolah-olah sirna saat tubuhnya berada dalam dekapan pemuda itu.“Maafkan aku karena tidak bisa menjagamu dengan baik, Lily,” desah Raymond, suaranya terdengar penuh penyesalan. Dia membiarkan wanita itu menangis sepuasnya di dadanya. “Seharusnya aku tidak membiarkanmu pergi dari kamarku!”Ayrin menggeleng lemah. “Aku ingin kembali, Ray! Aku tidak ingin melihatnya lagi!”“Kita akan pergi, Lily,” sahut Raymond lembut. “Kau tidak akan pernah melihatnya lagi!” Janji itu diucapkan dengan tekad yang bulat, seolah ingin memastikan Ayrin bahwa masa lalu yang kelam tidak akan menghan
Baca selengkapnya

BAB 73 'Jauhi sumiku!'

Ketika Ayrin memilih bersembunyi di balik tubuh Raymond, hatinya berdegup kencang. Dia tidak tahan melihat wajah mantan suaminya lagi. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan, menyiksa hatinya yang sudah rapuh.“Untuk apa lagi kau datang?” geram Raymond sengit, matanya memancarkan api kemarahan. “Masih belum cukup kau mengganggunya?”Reygan menatap Raymond dengan dingin, tanpa terpengaruh oleh amarahnya. “Itu sama sekali bukan urusanmu.”Raymond melangkah maju, mencengkeram kerah kemeja Reygan dengan kuat. Ayrin langsung memeluknya dari belakang, mencoba menenangkan keadaan. “Sebaiknya kita pergi dari sini, Ray,” bisiknya lemah, mencoba meredakan kemarahan pemuda itu.Dengan berat hati, Raymond melepaskan cengkrama
Baca selengkapnya

BAB 74 'Menikahlah denganku, Lily'

Ayrin memandang kosong ke luar jendela, tatapan matanya terlihat menyelam dalam dalam pikirannya sendiri. Sebuah tatapan yang terlalu sering dilihat oleh Raymond dalam beberapa minggu terakhir.“Masih belum bisa melupakannya, Lily?” Raymond bertanya dengan suara lembut, tetapi penuh kekhawatiran. Dia melihat betapa Ayrin tampak terpuruk setelah kembali dari perjalanan ke Indonesia, dan dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan untuk membantu kekasihnya itu.Ayrin menarik nafas dalam-dalam, berusaha menahan gelombang emosinya yang mendesak untuk pecah. “Bagaimana aku bisa melupakannya, Ray? Luka yang dia berikan kali ini jauh lebih dalam,” keluhnya dalam hati, meskipun dia mencoba memaksa senyumnya muncul di bibirnya.Raymond mendekatinya dan dengan lembut memeluk Ayrin. Dia bisa merasakan geta
Baca selengkapnya

BAB 75 'Permata Hati'

Sejak Ayrin menerima lamaran Raymond, hidupnya berubah menjadi penuh dengan cinta dan kebahagiaan yang dia tidak pernah bayangkan sebelumnya. Dan dia tidak pernah menyesal. Rasa cintanya kepada pemuda itu semakin bertambah setiap hari, terlebih setelah putri kecil mereka lahir. Usia Ayra memang baru empat bulan, namun kehadirannya telah mengisi rumah tangga mereka dengan cinta yang melimpah. Tiap gerak kecilnya, senyumnya yang polos, semuanya membuat mereka begitu bahagia.Dan meskipun mereka sering merasa lelah karena harus menyeimbangkan waktu antara pekerjaan, studi, dan kehidupan keluarga, kehadiran Ayra selalu menjadi penyemangat bagi mereka berdua.Malam itu, ketika Ayra sudah terlelap di dalam buaian kecilnya, Raymond duduk di samping Ayrin dengan tatapan penuh kasih.“Dia cantik sekali sepertimu, Lily! Aku jadi semakin sayang kepadanya setiap hari,” ucap Raymond dengan suara lembut, matanya terpaku pada wajah mungil Ayra yang sedang tertidur pulas.Ayrin tersenyum bangga, tet
Baca selengkapnya

BAB 76 'Happy Anniversary'

Pada awalnya, perjalanan mereka terasa begitu menyenangkan. Penuh dengan aroma romantis. Panorama indah Laut Karibia yang menjamah hati membuat keluarga kecil itu bahagia."Lihatlah, Lily," ucap Raymond sambil memeluk erat Ayrin dari belakang, mengarahkan pandangan istrinya ke keindahan panorama Laut Karibia yang terbentang luas di depan mereka. "Ini adalah hadiah untuk ulang tahun pernikahan kita yang kedua."“Sesaat aku berpikir kalau kita sudah berada di surga, Ray,” sahut Ayrin dengan senyum hangatnya. “Semuanya terasa begitu indah.”Raymond telah merencanakan perjalanan ini sejak lama, sebagai hadiah spesial untuk ulang tahun pernikahan mereka yang kedua. Dia ingin memberikan sesuatu yang istimewa bagi istrinya dan putri kecil mereka. Dan sekarang, mereka semua berada di atas kapal pesia
Baca selengkapnya

BAB 77 'Ada apa sebenarnya?'

“Jangan pernah salahkan dirimu sendiri lagi, Lily. Semua yang terjadi adalah atas kehendak-Nya.” Kata-kata itu kembali terngiang ketika Ayrin duduk sendirian di ruang kerjanya yang sunyi. Cahaya remang-remang lampu menyelimuti ruangan, menciptakan suasana yang hening namun terasa menyedihkan baginya. Pandangannya melayang-layang ke seluruh sudut ruangan, memperhatikan setiap detail yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sehari-hari.Ruang kerja itu bukan hanya tempat kerja bagi Ayrin, tetapi juga menjadi saksi bisu dari rasa hampa yang terus menyergapnya sejak kepergian Raymond. Di antara rak-rak buku yang tertata rapi, foto pernikahan mereka masih terpampang dengan indahnya, mengingatkannya pada saat-saat bahagia yang kini hanya tinggal kenangan.Ya, di ruangan itulah dia bisa merenung, bekerja, atau sekadar menenangkan diri dari segala kelelahan yang menumpuk setiap harinya. Pagi mengajar. Siang ke rumah sakit. Dan sore membuka praktek pribadi. Namun, saat ini, kesendirian yang m
Baca selengkapnya

BAB 78 'Hampa dan layu'

Ayrin menatap Vina dengan perasaan campur aduk. Wanita itu masih terdiam, memandang kosong ke lantai, enggan menatapnya. Tangan Vina gemetar saat meraih tangannya, dan dirinya bisa merasakan dinginnya genggaman itu."Ada apa sebenarnya, Tante?" tanyanya dengan suara lembut, mencoba menyelipkan kehangatan dalam kalimatnya."Tolong Mama, Rin…," pinta Vina dengan suara yang gemetar, tangannya meraih tangan Ayrin dengan erat. Ekspresinya penuh keputusasaan, dan Ayrin bisa merasakan getaran kecemasan yang menghantamnya.Sebelum Ayrin sempat menjawab, Vina melanjutkan dengan suara yang penuh penderitaan, “Mama tahu Mama nggak pantas meminta apa-apa lagi dari kamu setelah semua yang Reygan lakukan. Tapi Mama nggak tahu harus apa lagi, Rin. Hanya kamu yang bisa membantu Mama.”
Baca selengkapnya

BAB 79 'Ingatlah aku selamanya!'

Reygan menatap Ayrin dengan sinis, mencoba merendahkan keberadaannya di rumah itu. Tatapan tajamnya menjadi cambuk yang menyentak batin Ayrin, menggugah pertanyaan-pertanyaan yang selama ini terpendam.“Apa yang kamu cari di sini, Ayrin? Bukannya kamu sudah tidak mau melihat saya lagi?” goda Reygan dengan nada sinis, seperti merasa bahwa dia memiliki kendali atas situasi.Ucapan pria itu berhasil menyentak batin Ayrin. Membuatnya kembali memikirkan alasan sebenarnya dirinya kembali. Mengapa dia harus menghadapi orang yang pernah menyakiti hatinya begitu dalam?“Aku bukan kembali untukmu. Aku kembali untuk diriku sendiri,” kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya, tanpa dia sadari bahwa itu adalah ungkapan dari keinginan yang paling dalam di hatinya.
Baca selengkapnya

BAB 80 'Kau tidak akan mati semudah ini'

Ayrin baru saja meletakkan tasnya di ruang depan ketika suara pecahan kaca mengganggu keheningan rumah. Dia menghela napas dalam-dalam, mengetahui pasti bahwa keributan itu berasal dari kamar mantan suaminya, Reygan. Tanpa ragu, langkahnya bergerak menuju sumber suara tersebut.“Ada apa lagi?” tanya Ayrin kepada Beni, terapis profesional yang ditugaskan untuk membantu pemulihan Reygan.“Dia menolak semua yang saya katakan dan inilah hasilnya,” sahut Beni dengan sabar sambil menunjuk ke arah pecahan gelas yang berserakan di lantai.Pandangan Ayrin beralih ke arah Reygan yang duduk di kursi roda. Tatapannya begitu tajam. Wajahnya terlihat memerah oleh kemarahan yang terpendam. “Biar saya yang mengurusnya,” tawar Ayrin, suaranya penuh dengan tekad.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status