Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 411 - Chapter 420

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 411 - Chapter 420

433 Chapters

Extra 43 - Kau Akan Menerimanya?

Ian merasa perlu menemui dokter. Pernyataan itu tadi sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan dan mungkin kesintingan otaknya sudah masuk dalam kategori yang perlu diperiksa.Ia selalu merasa kalau Ash yang dulu bisa mengeluarkan dua ratus ribu pound untuk Mae tanpa berpikir, adalah karena kekayaan yang dimilikinya tidak akan berpengaruh banyak meski mengeluarkan jumlah itu. Lalu kini dirinya yang baru saja dengan mudah menjanjikan seluruh uang miliknya boleh dihabiskan oleh Serena. Padahal kebutuhannya tidak berhubungan dengan hal yang urgent— seperti membayar jaminan agar tidak berada di dalam penjara.“Kau tidak sekaya itu.” Serena mengernyit, bingung dengan dualisme yang dihadirkan Ian. Otak dan perasaannya belum berada di tempat yang sama.“Aku rasa uangmu tidak akan cukup untuk membeli apa yang aku inginkan. Kalaupun cukup, aku tetap tidak mau menghabiskan uang yang bukan milikku untuk kesenanganku sendiri.” Serena kembali menunjuk ke arah struk itu.“Tulis saja di sini aku akan
Read more

Extra 44 - Kau PIkirkan Dulu

“Wait—I…” Serena menjatuhkan hair dryer yang ada di tangannya—untungnya ada karpet yang menerima di bawahnya. Ia terkejut pastinya.“Apa sangat mengejutkan?” Ian geli melihat reaksi itu. Kecanggungan yang tidak cocok dengan sifat Serena terlihat jelas. “Ya! Maksudku—” Serena mengatupkan mulut dengan sangat cepat. Ia nyaris saja membocorkan keadaan memalukan. Ini pertama kalinya ada pria yang berani menyatakan perasaan cinta padanya. Jangankan menyebut, mendekati pun biasanya belum sampai menyentuh. Serena sudah mencoba berbohong tentu, tidak menyebut siapa dirinya dengan jelas agar pria yang mendekatinya tidak takut, tapi percuma kalau akhirnya bodyguard yang bersamanya akan mendekat dan terus mengikuti dengan hawa ingin membunuh setiap kali pria yang bersamanya akan maju lebih jauh. Teror seperti itu tentu ampuh membuat siapa saja kehilangan minat. Tapi tidak untuk Ian rupanya. Serena bingung karenanya. Pria yang ada di depannya jelas super tahu apa yang bisa dilakukan ayahnya ta
Read more

Extra 45 - Kau Ingin Apa?

Serena menatap tangan Mae yang saat ini ada dalam genggaman Ash, dengan cermat.Mereka sedang sarapan—yang memerlukan dua tangan, tapi satu tangan Ash hampir tidak pernah melepaskan tangan Mae.Menggenggam saat ada kesempatan, meski terkadang membuat canggung karena harus membelah telur dan bacon dengan satu tangan. Ash mau bersusah payah hanya agar bisa terus menggenggam tangan Mae, sementara matanya juga tidak lepas menatap Mae, mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan Mae, meski hanya berisi daftar belanja bahan yang akan dibeli Mae sore nanti.Kalau tidak ingat sedang berada di rumah ayah Ash, Serena mungkin akan langsung menertawakan, mengejek bahkan. Tapi ia masih cukup ingat sopan santun yang diajarkan ibunya, dan menahan lidah.Kini setelah menahan diri dan terus menatap tangan itu, keinginan Serena untuk mengejek dan keheranan tadi berubah menjadi rasa yang lain. Awalnya ia tidak tahu rasa apa itu. tapi kemudian perlahan paham. Ia sudah pernah merasakannya, tapi lupa kare
Read more

Extra 46 - Kau Tidak Lagi Menakutkan

“Mrs. Cooper, apakah orang yang melakukan penganiayaan ada di ruangan ini?” tanya Stewart.“Ya. Ada.” Mae menjawab sejelas mungkin, sementara tangannya meremas ujung rok hitam yang dipakainya. Telapak tangannya berkeringat dingin.“Dimana?” tanya Stewart, lagi. “Disana.” Mae melepaskan rok, dan menunjuk Monroe yang tangannya tersangga. Telunjuk Mae gemetar, tapi cukup jelas siapa yang ditunjuknya. Mae masih tidak bisa menatap mata Monroe yang besar itu, tapi tidak pingsan saat berada dalam satu ruangan dengannya saja sudah kemajuan.Stewart mengangguk puas. Tunjukan tangan Mae itu sudah cukup.“Maaf kalau setelah ini pertanyaan saya mungkin akan terdengar mengerikan untuk Anda, karena harus mengingat hal yang pasti ingin Anda lupakan.” Stewart tersenyum samar dengan simpatik.Mae mengangguk. Ia tahu kalau Stewart lebih keji dan licik dari Hubert, karena itu tidak akan terpengaruh dengan senyumnya. Tapi seperti yang Ash katakan, pekerjaannya jauh lebih rapi dari Hubert. Mae akan foku
Read more

Extra 47 - Kau Sedang Dijaga

Serena mendengus dengan jijik. Ia terbiasa hidup dalam kekerasan. Ia tahu pekerjaan ayahnya bukan berada dalam lingkup yang lemah lembut, tapi tetap saja mendengar penjelasan kekejaman bertubi-tubi itu membuatnya bergidik.Ayahnya melakukan kekejaman dengan masuk akal. Ia tidak akan segan memotong tangan, tapi karena memang pemilik tangan itu pantas mendapatkannya. karena mencuri misal—atau membunuh seseorang yang tidak seharusnya kehilangan nyawa.Ayahnya tidak akan melakukan kekejaman hanya karena bisa dan ingin, tidak seperti pria botak yang kini berada di podium. Ia bahkan masih mencoba membela diri dengan menghindari pertanyaan-pertanyaan dari pengacara. Pemandangan yang semakin membuat Serena merasa muak.“Kenapa kantong kotoran seperti dia masih hidup dan bernapas? Tidakkah dimatikan lebih mudah?” tanya Serena, pada Ash yang akhirnya duduk dengan tenang di sebelahnya.Saat Mae ada di podium tadi, hampir setiap tiga menit sekali Ash berdiri dengan wajah penuh kecemasan. Kini le
Read more

Extra 48 - Kau Pergi Juga?

“Kau yakin?” Parker menghela napas panjang sambil meraih map yang baru saja diserahkan Ian. “Yes, Sir.” Ian mengangguk dengan pandangan yakin.Parker menghela napas panjang, bermuatan kecewa. “Pada akhirnya kau meninggalkanku juga. Padahal aku pikir kau akan bertahan,” keluhnya. “Maaf, Sir. Keadaan berubah,” kata Ian.“Ya, aku bisa melihatnya. Kau juga pergi karena wanita.” Parker membalik halaman demi halaman kertas yang ada di map itu. Ia memperjelas kekecewaannya.“Padahal aku merasa sudah memperlakukan kalian dengan baik. Tapi—” Ian terbatuk tidak terkendali, menutupi dengusan yang nyaris saja muncul akibat pernyataan yang yang kenyataannya tidak bisa dipertanggungjawabkan itu.“Maaf, Sir. Tenggorokan saya kering.” Ian mengelak dari pandangan mata Parker.“Ya, sudah. Aku mengerti.” Parker menutup map itu. Ian mengangkat tangan untuk memberi hormat, lebih lama dari biasanya. “Terima kasih, Sir.”“Ya. Aku tidak tahu harus bangga atau sedih karena ini.” Parker mengangguk, lalu
Read more

Extra 49 - Kau Ingin Mati Muda?

Ian sudah mengirimkan alamat kepada Ash, tapi masih mempertanyakan pilihan tempatnya yang agak aneh. Ia tadinya mengira mereka akan membawanya ke gudang tua, atau tempat sepi yang lain, bukan lapangan golf.Tapi perlahan Ian menjadi paham kalau lapangan itu juga termasuk tempat yang sepi karena tidak menemui banyak orang di dalam. Area lobby yang seharusnya penuh oleh orang yang mondar-mandir untuk bermain golf hanya menampilkan pria yang berdiri dalam posisi waspada. Penampilannya sangat mirip dengan orang-orang yang tadi menghampirinya. Tempat itu dikosongkan dengan sengaja. Ian dengan terpaksa harus merasa terkesan, dan mungkin memang itu tujuannya. Pria yang mengundangnya kali ini ingin memastikan Ian melihat kalau kekuasaan dan uangnya berada jauh di atas level kehidupannya.Dua orang yang mendampinginya tadi kini menunjukkan jalan menuju ke area indoor, tempat pemain berlatih memukul, bukan area lapangan luas. Dan disanalah ia berada. Silver Fox dengan penampilan necis, sedang
Read more

Extra 50 - Apa Yang Kau Inginkan?

Dua orang yang tadi berjaga di belakang Val, langsung maju menanggapi panggilan dengan tangan menyusup ke balik jas.Ian tidak ingin tahu tangan itu sedang mengambil apa, ia langsung mengangkat tangan.“Maaf, tapi kalau bisa saya tidak ingin membuat keributan. Kalau dipaksakan saya akan melawan.”Ian tidak perlu menjelaskan kemampuannya seperti apa, Val sudah tahu. Ia bisa melawan kalau terpaksa. Ian tidak benar-benar ingin mati muda tentu.“Kau tidak bersikap seperti tidak ingin menantang. Kau sangat menguji kesabaranku.” Val menjentikkan jari, dan dua orang itu kembali mundur. Ian agak lega, tapi ujiannya masih jauh dari selesai. “Saya hanya tidak pandai berbohong,” katanya. Ingin sedikit memperbaiki diri dengan menyebut kalau ia tidak amat pandai bicara, “Apa kau baru saja menyebutku pandai berbohong?” Val menyeringai lagi. Pernyataan sederhana itu juga tetap membuatnya tersindir dan tersinggung.Padahal fakta itu sekali lagi benar. Ian cukup melihat video pembuktian yang kemarin
Read more

Extra 51 - Kau Lucu Rupanya

“Dawn?” (Fajar) Ian mengira Val baru saja memundurkan waktu kematiannya menjadi saat fajar nanti, tapi kemudian menyadari kalau ia sedang memanggil nama wanita yang baru saja memasuki area latihan itu Wanita itu duduk di atas kursi roda sementara pria yang mendorong di belakangnya dikenali oleh Ian. Pria itu yang kemarin berhasil menyergap mereka saat akan kabur.“Bagaimana bisa kau sampai di sini?” Val berlari menghampirinya.Ian sampai mengangkat alis karena pertanyaan itu terdengar manis di telinganya, padahal sudah jelas Val tadi sedang amat gusar. Pria itu bukan hanya mematikan niat membunuh, tapi berubah menjadi orang yang sama sekali lain menurut Ian—dan hanya karena wanita yang saat ini sedang duduk di kursi roda itu.Tubuhnya mungil, tidak tampak berbahaya sama sekali, bahkan agak pucat, tapi Ian langsung tahu kalau tubuh yang tampak tidak berdaya itu adalah dunia yang menjadi tempat rubah itu hidup.Dunia yang membuat pria seperti Val, mendadak terlihat mirip dengan Ash.
Read more

Extra 52 - Seharusnya Kau Mati

“Kau tidak suka wortel?” tanya Dawn, saat melihat Ian masih menyisakan potongan wortel di tepi piring. Steak yang menjadi makanan utama sudah berkurang separuh tapi sayuran rebus—termasuk asparagus—masih cukup banyak.“Suka. Saya terbiasa memakannya terpisah saja. Untuk lebih menikmati rasa.” Ian tersenyum dan menusuk salah satu wortel kemudian memakannya setelah mengoleskan pada saus steak—banyak agar rasanya tersamarkan.Ian membatin kalau ibunya pasti akan merayakan penuh suka ria seumpama melihatnya sekarang. Ian membenci sayuran dan akan selalu menyisakannya. Tapi hari ini ia tidak akan menunjukkan cela apapun di hadapan Dawn—meskipun terkesan sepele. Ian akan memakan semua sayuran itu sampai potongan terakhir asalkan bisa membuat Dawn mendukungnya.“Jangan memakan yang ini. Terlalu asin.” Ian mengangkat kepala, dan melihat Dawn menyingkirkan potongan ikan salmon dari hadapan Val yang ada di sampingnya. Menggantinya dengan steak yang sudah terpotong.“Sausnya agak manis, tapi mas
Read more
PREV
1
...
394041424344
DMCA.com Protection Status