“Kau yakin?” Parker menghela napas panjang sambil meraih map yang baru saja diserahkan Ian. “Yes, Sir.” Ian mengangguk dengan pandangan yakin.Parker menghela napas panjang, bermuatan kecewa. “Pada akhirnya kau meninggalkanku juga. Padahal aku pikir kau akan bertahan,” keluhnya. “Maaf, Sir. Keadaan berubah,” kata Ian.“Ya, aku bisa melihatnya. Kau juga pergi karena wanita.” Parker membalik halaman demi halaman kertas yang ada di map itu. Ia memperjelas kekecewaannya.“Padahal aku merasa sudah memperlakukan kalian dengan baik. Tapi—” Ian terbatuk tidak terkendali, menutupi dengusan yang nyaris saja muncul akibat pernyataan yang yang kenyataannya tidak bisa dipertanggungjawabkan itu.“Maaf, Sir. Tenggorokan saya kering.” Ian mengelak dari pandangan mata Parker.“Ya, sudah. Aku mengerti.” Parker menutup map itu. Ian mengangkat tangan untuk memberi hormat, lebih lama dari biasanya. “Terima kasih, Sir.”“Ya. Aku tidak tahu harus bangga atau sedih karena ini.” Parker mengangguk, lalu
Read more