Beranda / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Extra 45 - Kau Ingin Apa?

Share

Extra 45 - Kau Ingin Apa?

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Serena menatap tangan Mae yang saat ini ada dalam genggaman Ash, dengan cermat.

Mereka sedang sarapan—yang memerlukan dua tangan, tapi satu tangan Ash hampir tidak pernah melepaskan tangan Mae.

Menggenggam saat ada kesempatan, meski terkadang membuat canggung karena harus membelah telur dan bacon dengan satu tangan. Ash mau bersusah payah hanya agar bisa terus menggenggam tangan Mae, sementara matanya juga tidak lepas menatap Mae, mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan Mae, meski hanya berisi daftar belanja bahan yang akan dibeli Mae sore nanti.

Kalau tidak ingat sedang berada di rumah ayah Ash, Serena mungkin akan langsung menertawakan, mengejek bahkan. Tapi ia masih cukup ingat sopan santun yang diajarkan ibunya, dan menahan lidah.

Kini setelah menahan diri dan terus menatap tangan itu, keinginan Serena untuk mengejek dan keheranan tadi berubah menjadi rasa yang lain. Awalnya ia tidak tahu rasa apa itu. tapi kemudian perlahan paham. Ia sudah pernah merasakannya, tapi lupa kare
aisakurachan

Serena, kamu udah Ngapain aja wkwkw

| 8
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Haruki Matsuda
siian ketemu pasangan yg sepadan...yg satu tengil..nah yg ini ..somplak jg..
goodnovel comment avatar
virnaputriberliani
keluarga Dean tershock kaget nih dgn tamu yg satu ini.. hehehe.. unik dan menegangkan..
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Serena gunakan kebebasan mu dengan sebaik mungkin. Ah sebenernya kurang kalo dua hari. Ceritain Kak Ai, Serena udah melakukan atraksi apa aja, wkwk. Ah Ian kalo tahu Serena udah dapat kebebasan apa gak langsung balik dia. Nanti kalo ya di hari kedua.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 46 - Kau Tidak Lagi Menakutkan

    “Mrs. Cooper, apakah orang yang melakukan penganiayaan ada di ruangan ini?” tanya Stewart.“Ya. Ada.” Mae menjawab sejelas mungkin, sementara tangannya meremas ujung rok hitam yang dipakainya. Telapak tangannya berkeringat dingin.“Dimana?” tanya Stewart, lagi. “Disana.” Mae melepaskan rok, dan menunjuk Monroe yang tangannya tersangga. Telunjuk Mae gemetar, tapi cukup jelas siapa yang ditunjuknya. Mae masih tidak bisa menatap mata Monroe yang besar itu, tapi tidak pingsan saat berada dalam satu ruangan dengannya saja sudah kemajuan.Stewart mengangguk puas. Tunjukan tangan Mae itu sudah cukup.“Maaf kalau setelah ini pertanyaan saya mungkin akan terdengar mengerikan untuk Anda, karena harus mengingat hal yang pasti ingin Anda lupakan.” Stewart tersenyum samar dengan simpatik.Mae mengangguk. Ia tahu kalau Stewart lebih keji dan licik dari Hubert, karena itu tidak akan terpengaruh dengan senyumnya. Tapi seperti yang Ash katakan, pekerjaannya jauh lebih rapi dari Hubert. Mae akan foku

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 47 - Kau Sedang Dijaga

    Serena mendengus dengan jijik. Ia terbiasa hidup dalam kekerasan. Ia tahu pekerjaan ayahnya bukan berada dalam lingkup yang lemah lembut, tapi tetap saja mendengar penjelasan kekejaman bertubi-tubi itu membuatnya bergidik.Ayahnya melakukan kekejaman dengan masuk akal. Ia tidak akan segan memotong tangan, tapi karena memang pemilik tangan itu pantas mendapatkannya. karena mencuri misal—atau membunuh seseorang yang tidak seharusnya kehilangan nyawa.Ayahnya tidak akan melakukan kekejaman hanya karena bisa dan ingin, tidak seperti pria botak yang kini berada di podium. Ia bahkan masih mencoba membela diri dengan menghindari pertanyaan-pertanyaan dari pengacara. Pemandangan yang semakin membuat Serena merasa muak.“Kenapa kantong kotoran seperti dia masih hidup dan bernapas? Tidakkah dimatikan lebih mudah?” tanya Serena, pada Ash yang akhirnya duduk dengan tenang di sebelahnya.Saat Mae ada di podium tadi, hampir setiap tiga menit sekali Ash berdiri dengan wajah penuh kecemasan. Kini le

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 48 - Kau Pergi Juga?

    “Kau yakin?” Parker menghela napas panjang sambil meraih map yang baru saja diserahkan Ian. “Yes, Sir.” Ian mengangguk dengan pandangan yakin.Parker menghela napas panjang, bermuatan kecewa. “Pada akhirnya kau meninggalkanku juga. Padahal aku pikir kau akan bertahan,” keluhnya. “Maaf, Sir. Keadaan berubah,” kata Ian.“Ya, aku bisa melihatnya. Kau juga pergi karena wanita.” Parker membalik halaman demi halaman kertas yang ada di map itu. Ia memperjelas kekecewaannya.“Padahal aku merasa sudah memperlakukan kalian dengan baik. Tapi—” Ian terbatuk tidak terkendali, menutupi dengusan yang nyaris saja muncul akibat pernyataan yang yang kenyataannya tidak bisa dipertanggungjawabkan itu.“Maaf, Sir. Tenggorokan saya kering.” Ian mengelak dari pandangan mata Parker.“Ya, sudah. Aku mengerti.” Parker menutup map itu. Ian mengangkat tangan untuk memberi hormat, lebih lama dari biasanya. “Terima kasih, Sir.”“Ya. Aku tidak tahu harus bangga atau sedih karena ini.” Parker mengangguk, lalu

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 49 - Kau Ingin Mati Muda?

    Ian sudah mengirimkan alamat kepada Ash, tapi masih mempertanyakan pilihan tempatnya yang agak aneh. Ia tadinya mengira mereka akan membawanya ke gudang tua, atau tempat sepi yang lain, bukan lapangan golf.Tapi perlahan Ian menjadi paham kalau lapangan itu juga termasuk tempat yang sepi karena tidak menemui banyak orang di dalam. Area lobby yang seharusnya penuh oleh orang yang mondar-mandir untuk bermain golf hanya menampilkan pria yang berdiri dalam posisi waspada. Penampilannya sangat mirip dengan orang-orang yang tadi menghampirinya. Tempat itu dikosongkan dengan sengaja. Ian dengan terpaksa harus merasa terkesan, dan mungkin memang itu tujuannya. Pria yang mengundangnya kali ini ingin memastikan Ian melihat kalau kekuasaan dan uangnya berada jauh di atas level kehidupannya.Dua orang yang mendampinginya tadi kini menunjukkan jalan menuju ke area indoor, tempat pemain berlatih memukul, bukan area lapangan luas. Dan disanalah ia berada. Silver Fox dengan penampilan necis, sedang

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 50 - Apa Yang Kau Inginkan?

    Dua orang yang tadi berjaga di belakang Val, langsung maju menanggapi panggilan dengan tangan menyusup ke balik jas.Ian tidak ingin tahu tangan itu sedang mengambil apa, ia langsung mengangkat tangan.“Maaf, tapi kalau bisa saya tidak ingin membuat keributan. Kalau dipaksakan saya akan melawan.”Ian tidak perlu menjelaskan kemampuannya seperti apa, Val sudah tahu. Ia bisa melawan kalau terpaksa. Ian tidak benar-benar ingin mati muda tentu.“Kau tidak bersikap seperti tidak ingin menantang. Kau sangat menguji kesabaranku.” Val menjentikkan jari, dan dua orang itu kembali mundur. Ian agak lega, tapi ujiannya masih jauh dari selesai. “Saya hanya tidak pandai berbohong,” katanya. Ingin sedikit memperbaiki diri dengan menyebut kalau ia tidak amat pandai bicara, “Apa kau baru saja menyebutku pandai berbohong?” Val menyeringai lagi. Pernyataan sederhana itu juga tetap membuatnya tersindir dan tersinggung.Padahal fakta itu sekali lagi benar. Ian cukup melihat video pembuktian yang kemarin

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 51 - Kau Lucu Rupanya

    “Dawn?” (Fajar) Ian mengira Val baru saja memundurkan waktu kematiannya menjadi saat fajar nanti, tapi kemudian menyadari kalau ia sedang memanggil nama wanita yang baru saja memasuki area latihan itu Wanita itu duduk di atas kursi roda sementara pria yang mendorong di belakangnya dikenali oleh Ian. Pria itu yang kemarin berhasil menyergap mereka saat akan kabur.“Bagaimana bisa kau sampai di sini?” Val berlari menghampirinya.Ian sampai mengangkat alis karena pertanyaan itu terdengar manis di telinganya, padahal sudah jelas Val tadi sedang amat gusar. Pria itu bukan hanya mematikan niat membunuh, tapi berubah menjadi orang yang sama sekali lain menurut Ian—dan hanya karena wanita yang saat ini sedang duduk di kursi roda itu.Tubuhnya mungil, tidak tampak berbahaya sama sekali, bahkan agak pucat, tapi Ian langsung tahu kalau tubuh yang tampak tidak berdaya itu adalah dunia yang menjadi tempat rubah itu hidup.Dunia yang membuat pria seperti Val, mendadak terlihat mirip dengan Ash.

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 52 - Seharusnya Kau Mati

    “Kau tidak suka wortel?” tanya Dawn, saat melihat Ian masih menyisakan potongan wortel di tepi piring. Steak yang menjadi makanan utama sudah berkurang separuh tapi sayuran rebus—termasuk asparagus—masih cukup banyak.“Suka. Saya terbiasa memakannya terpisah saja. Untuk lebih menikmati rasa.” Ian tersenyum dan menusuk salah satu wortel kemudian memakannya setelah mengoleskan pada saus steak—banyak agar rasanya tersamarkan.Ian membatin kalau ibunya pasti akan merayakan penuh suka ria seumpama melihatnya sekarang. Ian membenci sayuran dan akan selalu menyisakannya. Tapi hari ini ia tidak akan menunjukkan cela apapun di hadapan Dawn—meskipun terkesan sepele. Ian akan memakan semua sayuran itu sampai potongan terakhir asalkan bisa membuat Dawn mendukungnya.“Jangan memakan yang ini. Terlalu asin.” Ian mengangkat kepala, dan melihat Dawn menyingkirkan potongan ikan salmon dari hadapan Val yang ada di sampingnya. Menggantinya dengan steak yang sudah terpotong.“Sausnya agak manis, tapi mas

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 53 - Kau Pasti Istimewa

    “Aku lupa! Turunkan itu—Please!” Ian mengangkat tangan dan panik. Ash tidak akan membunuhnya, tapi tidak keberatan melukai. Ash tahu benar dimana sasaran tembak yang tidak akan membuatnya terbunuh.“KAU MENYEBUT MATI!” Ash masih murka.“Iya, itu tadi. Aku lupa mengirim pesan lagi.” Ian Mendekati Ash sambil terus mengangkat tangan dan akhirnya bisa meraih pistolnya. “Ini disimpan saja. Maaf, aku lupa.”Ian lupa tidak mengirim pesan tambahan kalau keadaannya sudah baik-baik saja. Begitu Dawn datang—dan mengajaknya makan malam tadi, seharusnya ia langsung mengirim pesan pada Ash.“Kau tolol!” Ash belum puas memaki, dan kini melayangkan pukulan tepat ke kepala Ian, dihindari, dengan panik. Ian juga terpaksa menangkis saat kaki Ash maju menendang. Tulang keringnya berdenyut nyeri akibat tangkisan itu.“Aku lupa, sungguh.” Ian menepuk bahu Ash, dan tersenyum dengan penyesalan setulus hati. Ia tahu Ash pasti sudah bersusah payah untuk bisa sampai di restoran itu. “Temanmu? Kalau iya, ajak

Bab terbaru

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

    “Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

    “Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

    “Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga

DMCA.com Protection Status