Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 421 - Chapter 430

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 421 - Chapter 430

433 Chapters

Extra 53 - Kau Pasti Istimewa

“Aku lupa! Turunkan itu—Please!” Ian mengangkat tangan dan panik. Ash tidak akan membunuhnya, tapi tidak keberatan melukai. Ash tahu benar dimana sasaran tembak yang tidak akan membuatnya terbunuh.“KAU MENYEBUT MATI!” Ash masih murka.“Iya, itu tadi. Aku lupa mengirim pesan lagi.” Ian Mendekati Ash sambil terus mengangkat tangan dan akhirnya bisa meraih pistolnya. “Ini disimpan saja. Maaf, aku lupa.”Ian lupa tidak mengirim pesan tambahan kalau keadaannya sudah baik-baik saja. Begitu Dawn datang—dan mengajaknya makan malam tadi, seharusnya ia langsung mengirim pesan pada Ash.“Kau tolol!” Ash belum puas memaki, dan kini melayangkan pukulan tepat ke kepala Ian, dihindari, dengan panik. Ian juga terpaksa menangkis saat kaki Ash maju menendang. Tulang keringnya berdenyut nyeri akibat tangkisan itu.“Aku lupa, sungguh.” Ian menepuk bahu Ash, dan tersenyum dengan penyesalan setulus hati. Ia tahu Ash pasti sudah bersusah payah untuk bisa sampai di restoran itu. “Temanmu? Kalau iya, ajak
Read more

Extra 54 - Kau Sama Seperti Itu

Ian melirik notifikasi di ponselnya yang menumpuk karena sejak tadi mengabaikan. Paling tidak ada lima pemberitahuan dari bank.Yang paling mencolok tentu saja pemberitahuan dari toko perhiasan. Mencolok tapi tidak mengejutkan lagi sampai titik ini. Serena memang memiliki kebiasaan belanja random.“Mereka masih membicarakanmu.” Ash berbisik sambil menyenggol siku Ian.Mereka sedang berjalan keluar dari klub golf yang dipaksa tutup itu, Ian dan Ash tidak lagi bertengkar, tapi Dawn dan Val belum selesai.“Apa lagi?” keluh Ian. Ia mengira sudah amat berhasil, tapi belum bisa meyakinkan sepenuh hati.Val terutama karena masih mencoba membujuk Dawn untuk menarik restu yang diberikannya.“Dia punya teman yang bersedia berkorban untuknya, Val. Itu berarti dia juga teman yang baik dan setia.” Dawn sedang membantah keberatan dari Val. Ia masih duduk di kursi roda, dan Val mendorongnya menuju tempat parkir. Hanya berjarak tidak sampai dua meter dari Ian dan Ash yang ada di belakang mereka.Mere
Read more

Extra 55 - Kau Pastikan Saja

“Ya, katanya dia mencintaiku.” Serena menghela napas panjang.Teh yang ada di mulut Mae nyaris tersembur, untungnya hanya ada sedikit, jadi bisa langsung menelan.“Ian—dia mengatakannya padamu?” Selain terkejut, Mae sejujurnya agak tidak percaya. Menurut pengamatannya, Ian bukan tipe pria yang ditinggal pada satu wanita. “Dia serius atau—” “Aku rasa serius. Aku biasanya bisa melihat saat seseorang berbohong. Satu dari beberapa banyak hal yang diajarkan oleh ayahku adalah membaca kapan seseorang berbohong—karena ia amat pandai berbohong. Aku menilai apa yang dikatakannya jujur,” jelas Serena.Mae hanya bisa tersenyum canggung, sambil berusaha mengabaikan info tambahan yang sekali lagi membuatnya tercengang. Serena baru saja menyebut kalau Ayahnya tukang berbohong dengan amat santai. Mae tidak tahu harus berkomentar apa atas fakta-fakta yang unik itu.“Katakanlah semua itu benar, lalu kau ingin melakukan apa?” tanya Mae. Membahas hal yang lebih normal.“Itu yang aku tidak tahu. Seb
Read more

Extra 56 - Kau Milikku

“Kau ingin apa?” Ian kini yakin dirinya amat bodoh karena tiba-tiba tidak bisa memikirkan apapun.“Tidak bisa.” Serena mendecak jengkel. Ia bisa mengambil cincin itu dari tangan Ian, tapi tidak bisa menyelipkan cincin itu ke dalam jari. Selain karena jari Serena yang diperban, ukurannya juga tidak mungkin tepat. Cincin itu dibeli Serena untuk dirinya sendiri.“Di kelingking—TUNGGU!”Sebelum pikiran gilanya mengambil alih—-mengusulkan kalau kelingkingnya akan muat untuk cincin itu—Ian menyambar lengan Serena. Tentu ada banyak pertanyaan yang masih menggantung.“Ini apa?” Ian mengangkat kelingking, karena Serena mengambil potongan ide Ian dan menyelipkan cincin itu di sana.“Aku sudah katakan tadi. Ini untuk tanda kalau kau milikku.” Serena menatap kelingking itu dengan amat puas. “Apa kau tidak perlu menjelaskan dulu—Sebentar, aku perlu bernapas.” Ian sampai harus membungkuk lalu duduk pada kursi di depan cermin. Tubuhnya terasa lemas, padahal ia bisa melakukan push up seratus kali ta
Read more

Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

“Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga
Read more

Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

“Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te
Read more

Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

“Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d
Read more

Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

“Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole
Read more

Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

“Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber
Read more

Extra 62 - Kau Disini?

“Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?
Read more
PREV
1
...
394041424344
DMCA.com Protection Status