Home / Romansa / Gairah Liar Keponakanku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Gairah Liar Keponakanku: Chapter 101 - Chapter 110

150 Chapters

Bab 101

“Kalau Tante pikir papa nggak bisa didik Cassandra dengan baik, kenapa tidak Tante saja yang mendidik Sandra?” tantang gadis itu menimpali ucapannya. “Kamu!” Mona kehilangan kata-kata. “Lihat Irfan! Bahkan dia berani menjawab,” keluhnya. “Itu karena kamu tidak memberikan kesempatan baginya untuk menjelaskan alasan dia berbuat seperti itu.” Irfan duduk kembali di sofanya. Lelaki itu mengangkat satu kakinya bersilangan dengan kaki lainnya dengan santai. “Dia sudah dewasa, sebagai orang tua tentu saja aku tidak bisa mengekangnya. Dan sebagai konsekuensinya, dia harus bisa mempertanggungjawabkan setiap tindakannya.” Mona mendecak kesal. “Lalu bagaimana kalau semuanya terlambat dan dia hamil duluan?” “Kak Mona, sebenarnya aku ingin memberitahumu sejak kemarin. Tapi ….” Marco mengedikkan pundaknya. “Cassandra memintaku agar tidak memberitahu Kakak tentang hal itu.” “Hal apa? Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?” tanya Mona penasaran.“Aku dan Cassandra … sebenarnya kami tidak memp
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 102

Marco menekan telapak tangannya di atas ranjang, membuat tubuhnya terangkat menjauh dari tubuh gadis di bawahnya. Terlalu naif bila ia tidak tersinggung dengan kalimat yang baru saja dilontarkan kekasihnya. Ia bangkit dan berdiri dari ranjang itu. “Sepertinya kamu perlu istirahat,” ucapnya. Lalu tanpa menoleh, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil berjalan keluar dari kamar itu. “Om, mau kemana?” teriak Cassandra tepat sebelum pintu kamarnya tertutup. Namun Marco sama sekali tak mengurungkan niatnya untuk menutup pintu. Ia tidak berniat untuk menjawabnya.“Apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya?” batin Marco. “Bukankah kebanyakan perempuan lebih menyukai sebuah hubungan dengan ikatan yang jelas?”Sebaliknya dengan Cassandra. Gadis itu berguling dan membenamkan wajahnya di bantalnya. “Om Marco ngeselin! Kenapa sih dia nggak mau ngertiin aku? Aku kan masih ingin nikmatin masa mudaku. Kalau aku nikah, aku harus sibuk urus rumah, urus anak, urus segala macem,
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Bab 103

Gadis itu mendongakkan kepalanya. Napasnya terengah dan sepasang tangannya meremas rambut di batok kepala kekasihnya. Marco menghentikan permainannya. Ia menatap lembut wajah kekasihnya yang tampak kelelahan karena ulahnya. “Aku … sepertinya aku terlalu banyak lihat konten di media sosial. Aku takut jika menikah nanti, aku harus terus tinggal di rumah, melakukan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya, hamil, punya anak dan mengurus segalanya sendirian sampai tak punya waktu untuk diri sendiri.” Cassandra terdiam. “Jujur, itu sangat menakutkan.” Marco tersenyum manis. “Kalau itu yang menjadi kegelisahanmu. Aku tidak akan keberatan berbagi tugas denganmu. Kita bisa berangkat bekerja bersama-sama, pulang bersama. Mengerjakan segala sesuatunya bersama. Bukankah itu terdengar sangat manis.” Cassandra memiringkan badannya, menatap lelaki yang sedang tersenyum, seolah sengaja memamerkan pesonanya. Gadis itu membalas senyuman itu dan menganggukkan kepalanya. “Itulah kenapa aku sangat m
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Bab 104

Siang itu Marco dengan sengaja membatalkan pertemuannya dengan beberapa customer baru. Ia sudah tidak sabar untuk menemui Zissy. Sengaja ia memesan VIP room sebuah resto agar privacynya terjaga. Ia masih tak bisa melupakan bagaimana Zissy menyabotase pertemuannya dengan drama bunuh diri di hadapan banyak wartawan. Kali ini Marco tidak mau bertindak gegabah. Ia juga telah membayar beberapa orang untuk berjaga di sekitar resto itu. Ia duduk dengan tenang, menyesap secangkir americano pesanannya saat wanita yang ditunggunya datang. Wanita bertubuh mungil yang terlihat lebih gemuk dari biasanya itu menarik kursi di hadapan Marco dan duduk di sana. “Maaf, aku terlambat. Semoga aku tidak membuatmu menunggu lama,” ucapnya dengan gugup. Marco tersenyum tipis. Ia tidak mau mengacaukan rencananya hanya karena emosinya. Sekuat tenaga, ia berusaha menahan amarahnya. “Tenang saja. Hari ini aku sudah membatalkan beberapa janjiku, hanya untuk membahas sesuatu yang penting ini denganmu,” ucap Ma
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Bab 105

“Papa ngajak tante, eh … mama Mona keliling Eropa,” cicit Cassandra malam itu. “Memangnya dia nggak pamit sama Om?” “Nggak. Mungkin saja mereka nggak sempat,” sahut Marco dengan santainya. “Semua serba dadakan. Pertemuan mereka, pernikahan mereka, juga bulan madunya, semua tanpa rencana.” “Benar juga, sih.” Cassandra menganggukkan kepalanya. “Jadi kita pulang ke mana sekarang? Rumah atau apartemen?” “Hmm … kamu yakin mau pulang?” goda Marco. “Yakin nggak bakal bosen di rumah?”Cassandra menepuk-nepuk pundaknya sendiri. “Iya, Sandra capek banget nih. Seharian ini harus melototin tumpukan berkas yang ditinggalkan papa.” Marco mengulurkan tangannya, mengacak puncak kepala gadisnya. “Kan udah aku bantu setengahnya tadi.” “Tapi bener-bener nggak manusiawi kalo pemula seperti aku harus periksa segitu banyak laporan,” omel Cassandra. “Harusnya Om periksa dan langsung Om tandatangani sendiri. Apa susahnya sih? Kenapa juga aku harus ikut periksa.” “Lalu kamu mau ngerjain apa, hmm? Mau be
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Bab 106

“Pak Marco, apa Anda sudah mencari kado ulang tahun untuk Nona?” tanya Niken pagi itu. “Besok adalah hari kelahiran Nona Cassandra.” Marco berhenti mencoret kertas di hadapannya. Matanya membulat saat kepalanya terangkat, menatap sekretarisnya itu. “Besok?” ulangnya seperti sedang terkejut. “Jadi … Anda belum mempersiapkannya?” tanya Niken dengan nada meninggi karena mendadak ikut panik. Marco meletakkan penanya. Ia menggigit bibirnya, suatu kebiasaan ketika ia sedang berpikir keras. Tak berapa lama kemudian, lelaki itu menjentikkan jarinya. “Apa kamu bisa membantuku?” Niken mendadak gugup. Dengan sedikit ragu, ia menganggukkan kepalanya. Tentu saja ia merasa takut tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan Marco, sesuai ekspektasinya jika waktu yang diberikan hanya sehari saja.“Pesan sebuah hall, undang kawan-kawan dan juga beberapa relasi kita,” perintah Marco. “Aku akan mengumumkan pertunanganku dengannya besok.” “Tapi Pak Marco ….” Niken merasa semakin gugup ketika men
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

Bab 107

“Miller sedang mengadakan pesta perpisahan. Dia akan kembali ke negaranya. Dan dia mengundangku ke acara itu. Apa kamu bisa menemaniku?” tanya Marco pada gadis yang terlihat manyun di depannya. Cassandra merasa kesal seharian ini. Ia tidak mendapatkan satupun ucapan selamat di hari ulang tahunnya. Tidak dari orang yang dicintainya, juga dari sahabatnya Hani. Seperti semua orang sedang melupakan keberadaannya. “Baiklah,” sahutnya dengan perasaan kecewa. “Aku sudah membuat janji dengan Clairys Salon. Pergilah, ke sana. Aku tidak mau terlihat buruk di depan Miller,” perintahnya. Cassandra menghela napas. Ia berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan Marco dengan perasaan kesal. “Bagaimana bisa dia melupakan hari kelahiranku, di saat yang sama dia memakainya untuk membuka pintu apartemennya,” batin Cassandra. “Dan kenapa dia sampai memintaku ke salon kalau hanya sekedar untuk datang ke acara perpisahan relasi bisnisnya. Benar-benar menyebalkan!”Walau merasa kesal, namun gadis itu
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

Bab 108

Cassandra memegang pipinya yang terasa panas karena tamparan itu. Ia masih belum pulih dari rasa terkejutnya, tatkala wanita itu kembali mencerca. “Kamu memang nggak punya malu! Bahkan adik kandung papa kamu sendiri, kamu goda,” teriaknya. “Dasar perempuan jalang!” Marco menjentikkan jarinya, memberikan isyarat pada para penjaga keamanan yang disewanya, untuk mengatasi masalah itu. “Nyonya Zissy! Apa kamu bisa membuktikan bahwa aku adalah ayah bayi yang ada dalam kandunganmu?” tanya Marco. “Aku akan bersabar hingga bayi itu lahir untuk melakukan test DNA.”Dua orang penjaga mencekal lengan Zissy. Sekuat apapun wanita itu meronta, kedua lelaki itu tak melepaskannya. “Dan satu hal lagi yang belum kamu ketahui. Cassandra bukan putri kakakku,” lanjut Marco. Sepasang mata wanita itu membulat. Jika gadis itu bukan keponakan Marco, maka tak ada gunanya ia melakukan semua upaya ini. Cassandra mundur selangkah demi selangkah sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu. Pesta megah yan
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

Bab 109

Marco menatap kakaknya yang menghampirinya. Ia melihat lelaki itu melepaskan troli berisi tas koper bawaannya, hanya untuk menghampirinya. “Kakak,” sambut Marco saat keduanya sudah dekat. Namun Irfan membalas sambutan itu dengan sebuah tamparan keras di pipinya. Wajahnya terlihat sangat serius. Mona terkejut melihat reaksi suaminya. Ia bergegas menghampiri keduanya untuk melerai. Tentu saja akan sangat memalukan jika kedua kakak beradik itu bertengkar di bandara.“Apa kamu ini benar-benar sudah gila? Bisa-bisanya kamu membuat kekacauan seperti ini,” geram Irfan.Marco menelan kasar salivanya. Lidahnya terasa kelu, tak bisa menyampaikan pembelaan atas dirinya sendiri. “Maaf.” “Cuma itu yang bisa kamu katakan!” hardik Irfan. “Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya. Selesaikan urusanmu dengan Zissy sebelum mengambil alih tanggung jawabku untuk menjaga dan merawat Cassandra. Tapi apa?” Marco mengepalkan tinjunya. Bibirnya mengatup rapat. Kali ini ia tak dapat menjawab sepatah katapun
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 110

Marco masih menatap grafik di depannya. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa untuk membuatnya kembali melambung seperti semula. Usaha yang dilakukan Irfan selama bertahun-tahun musnah dalam seketika hanya karena kecerobohannya.“Butuh waktu. Semuanya butuh waktu,” kata Rexy. “Bahkan seekor ulat butuh waktu untuk menjadi kupu-kupu.” “Rex, ini nggak ada kaitannya dengan ulat atau kupu-kupu. Aku satu-satunya orang yang bersalah atas kehancuran Sophie Laurent.” Marco meletakkan kembali benda pipih itu ke atas meja. “Maksudku, setelah kamu membereskan artikel-artikel itu. Perlahan semuanya akan kembali seperti semula,” sahut Rexy. “Percayalah.” Marco menyandarkan tubuhnya dan menghela napas panjang. “Seharusnya aku tidak terlalu percaya diri. Perempuan itu tidak akan semudah itu melepaskan aku.” “Lalu apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan menunggu bayi itu lahir dan menuntut ibunya?” tebak Rexy.“Tidak! Aku akan menuntutnya karena sudah mencemarkan nama baikku,” sahut Marco. “Tapi d
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status