Home / Thriller / KKN Di Desa Metanoia / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of KKN Di Desa Metanoia: Chapter 101 - Chapter 110

125 Chapters

(101) "Mereka masih hidup, kan?"

(Momen setelah mahasiswa kumpul)Berkumpul tujuh insan dalam satu ruangan yang tidak begitu luas, ruang yang langsung tertuju kala pintu dibuka, dan ruang yang langsung terlihat dari sisi luar jika pintu utama dibuka, "sini, Kak." Seorang wanita berkulit putih dalam tangisan, berusaha terlihat kuat meski air matanya tidak berbohong terkait nilai kemanusiaan yang dimiliki.Ditariknya wanita desa ke dalam dekapan, ingus yang juga sesekali datang mengintip dari lubang hidung dipaksa masuk lagi. Meski begitu, ingus yang hampir berantakan bukan suatu hal yang memalukan bila kondisi sudah membawa pilu."Maafin kita ya, kak." Wanita berkulit tan berucap sambil memeluk temannya dari belakang, seolah hendak memeluk si wanita desa namun keterbatasan ruang, hanya membuatnya harus berkhayal telah memeluk wanita desa dalam ketenangan.Tersenyum tipis tiga pria di dekat wanita yang saling berpelukan satu sama lain, ada rasa duka dan rasa bersalah juga. Walau begitu, bagi mahasiswa tetap tidak ada a
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

(102) Kita Dijemput!

Terdiam si wanita desa untuk sesaat lalu perlahan menoleh dan bertukar tatap dengan Desry, mata yang sayu dengan sorot mata sendu didukung kantung mata menghitam, membuat si wanita desa terlihat semakin menakutkan, "mati," jawab wanita desa itu singkat dan terucap dengan santainya.Tidak ada rasa bersalah yang terlihat, tidak ada sesal pula yang terasa, "aku maunya begitu, tapi coba dilihat saja," tukas wanita desa bernama Erina, sembari ia berjalan keluar setelah melepas genggamannya dari tangan sang anak.Bingung, satu kata yang cocok untuk enam mahasiswa maupun jurnalis senior yang datang berkunjung. Sampai ketua kelompok KKN pun menoleh perlahan ke arah jurnalis bernama Gadis Nirmala, "anda kenapa bisa masuk ke sini?""Pintu gerbangnya terbuka lebar, ada banyak badan penuh luka di dekat gerbang itu. Ada salah dua dari mereka yang pegang kunci dan rantai," jawab wanita berusia empat puluh tahunan itu menatap lurus ke luar rumah Erina, pintu yang dibiarkan terbuka oleh ibu muda Desa
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

(103) Di ruang rawat khusus

Cahaya benderang memaksa masuk melewati kelopak yang bertahan kuat demi melindungi sang retina dalam kedamaian, rasa terganggu dari paksaan cahaya benderang yang terasa asing selama beberapa pekan terakhir, membuat sang empu perlahan membuka kelopaknya. Mengerjapkan pandangan dan sesekali mengintip, guna menyesuaikan cahaya dengan kemampuan retina yang baru terbangun.Melenguh sosok itu masih terus mengedipkan mata berulang kali, bukan sensasi kantuk yang dirasa, tapi lelah pikiran dan pegal seluruh badan terasa mengintai kuat. Menoleh ke kanan dan kiri untuk mengedarkan pandangan, mencari tahu keberadaan diri kini.Dalam ingatan yang terasa lemah namun menakutkan, dirinya tersandung sesuatu karena melangkah cepat tanpa memperhatikan sekitar, dan jatuh tepat di hadapan sebuah kepala dengan mata terbuka lebar. Dan sekarang, hal apalagi yang harus disaksikan dan dialaminya?"Desry ...," panggil seseorang tiba-tiba datang dan menyibak tirai putih di sekelilingnya, berkedip pelan ia menan
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

(104) Wisata Edukasi dan Film?

"Jangan," potong seseorang secara mengejutkan berada di ambang pintu, berdiri tegak ia dengan napas terengah dan melihat tegas ke arah brankar Desry, "jangan jadikan Metanoia sebagai apapun," lanjutnya berjalan masuk tanpa kembali menutup pintu dengan rapat."Kenapa?" tanya pria berambut klimis dan badan agak berisi, walau tampilan terlihat muda, namun usianya sudah melewati angka 50."Biar Metanoia menjadi bagian dari semak belukar dan lahan kosong, biar dia cuma jadi sisa kenangan bagi sebagian orang yang tahu," tukas orang itu menjawab lalu duduk di sisi brankar dekat kaki Desry, "jangan bikin nuansa Metanoia yang khas sama patriarki dan penyimpangan itu lenyap dengan kesenangan, enggak ada selaras sama semua perjuangan wanita di sana. Kalau memang mau dilenyapkan, biar Metanoia lenyap karena alam," lanjutnya menatap tegas pria yang berstatus sebagai ayah Desry.Terdiam salah satu pria terkaya di negeri, terbungkam tanpa kata sambil beralih untuk kembali melihat putrinya yang terme
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

(105) Kondisi Pemulihan

"Hhaaaaaa!"Napas tertarik panjang dari mulut hingga menimbulkan suara pekik yang mengejutkan, sontak terbangun dua wanita yang sedang tertidur di kasur lantai dekat jendela. Beranjak mereka dari posisi baring untuk memeriksa keadaan, "Vina!" seru wanita berambut bondol dengan poni yang masih berantakan di sekitar keningnya."Vin," tukas wanita dengan rambut sebatas pundaknya yang juga masih terlihat berantakan.Bergegas dua wanita itu menghampiri seseorang yang disebutkan namanya, berdiri mereka di masing-masing sisi brankar tempat wanita bernama Vina kini berada. Terduduk Vina dengan kedua kaki lurus dan pundak yang tegak, matanya menatap lurus ke hiasan dinding bergambar bunga tulip, netra yang terasa kosong juga sama sekali tidak merespon panggilan."Vin ...," panggil wanita berambut sebatas pundak itu, berhati-hati ia sedikit mencolek lengan Vina dan menunggu respon.Tapi yang didapatnya hanyalah kehampaan, Vina begitu fokus dan dalam mengamati hiasan dinding itu, seolah amat men
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

(106) Pemulihan-2

Tertunduk kepala tiga pria yang berada di tiga sisi brankar berbeda, terdiam mereka sambil memainkan jemari masing-masing guna mengisi kegundahan hati. Usai dengan lancangnya, ayah dari Desry mengungkapkan rencananya membuat Desa Metanoia dan pengalaman mahasiswa sebagai wisata edukasi untuk usia dewasa, membuat tiga mahasiswi yang baru tersadar secara utuh terpaksa kembali pada titik stres mereka yang harus dikendalikan.Terdiam satu sama lain yang menghasilkan sunyi, termenung masing-masing dalam pergulatan pikiran yang mengheningkan, dan spontan terhela napas hampir serentak dengan perasaan sesak. Bukan sesak akibat kesedihan atau amarah, tapi sesak atas perasaan lelah yang dialami."Des ... lo baik-baik saja, kan?" tanya wanita berkulit putih sedikit mengangkat kepalanya, melihat ke arah seberang yang terdapat brankar Desry, anggota KKN Metanoia yang diputuskan perlu tranfusi darah. Sedangkan dirinya dan Liona hanya butuh infus vitamin, untuk mengembalikan stamina tubuh yang sempa
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

(107) DNA Erina dan ....

Detik pada waktu terus berjalan, menit terus terganti menjadi jam, dan jam tidak kenal lelah untuk menjalani hari demi hari, yang bergantikan dengan pekan hingga menjadi bulan. Ramainya pembahasan tentang keberadaan desa mengerikan jauh di pelosok dari pinggir kota perlahan tenggelam, tidak lagi banyak dibahas terutama usai pemeriksaan dari pemerintah ke berbagai desa.Semua orang yang semula khawatir dengan lingkungannya, curiga dengan pola tingkah kepala desa dan pemimpin setempat, dan yang berprasangka buruk karena berita adanya Desa Metanoia. Sekarang telah kembali pada kehidupan seperti awal, bekerja dan beraktivitas harian sebagaimana masyarakat umum. Tidak lagi saling mencurigai atau menuduh, segala laporan berdalih kecurigaan di kantor polisi pun menurun dan kembali seperti semula.Begitulah kehidupan yang terus berjalan. Apapun yang telah terjadi pada siapapun, tidak akan dapat menghentikan atau mengendalikan dunia dengan segala hal yang dimiliki."Ah ... gue enggak sangka, p
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

(108) Persiapan Bisnis

"Pekan depan sudah bisa jadi pemeriksaan terakhir gue, karena tadi katanya kondisi gue sudah cukup stabil, jadi enggak dikasih obat," oceh seorang wanita berkulit putih pada teman-temannya.Melangkah bersama menuju taman rumah sakit yang dihiasi berbagai tanaman dan pohon berbunga, langit biru cerah terlihat menenangkan yang didukung kicauan burung sekitar. Meski rumah sakit ini berada di pusat kota, tapi penghijauan di sekitar dan di area rumah sakit kerap kali menjadi titik pertemuan berbagai burung-burung kecil.Terangkat kedua tangan kekar pria yang akrab disapa Angga, direnggangkan kecil otot-otot tangan yang dirasa cukup kaku, "ikut senang deh," katanya terkekeh ringan menanggapi ucapan wanita cantik di dekatnya, wanita yang kini mulai dapat berinteraksi dan berpendapat dengan cerianya."Kita sih sudah dari sebulan lalu lepas dari obat, ini ikut datang cuma buat antar kalian. Tapi ya sekalian periksa, lumayan kan masih gratis sampai dokter menyatakan kita berenam pulih secara me
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

(109) Syuting Dokumenter

"Iya benar banget!""Kita pernah disuruh jaga pintu depan selama mereka menyewa perempuan, mereka enggak ragu buat berhubungan dengan sesama laki-laki.""Ih ... pokoknya kalau sudah soal hubungan badan, mereka enggak ada batasan sama sekali. Tua, muda, cukup umur, di bawah umur, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, semua disikat.""Orang-orang sakit memang."Segala ocehan enam mahasiswa yang terekam saat proses syuting dokumentasi pun terdengar jelas, semua yang dikatakan dan semua yang terungkap adalah fakta yang terjadi dan dialami, "di salah satu artikel, ada yang menyatakan. Bahwa kalian pernah tidak bisa tidur dua hari dua malam, karena mereka sedang memproduksi film dewasa di tempat kalian. Apa benar?" tanya seorang wanita di balik kamera, sosok yang sudah cukup dekat dengan enam mahasiswa karena kedatangannya ke desa."Betul," jawab Vina setelah menarik napas panjang dan menjawabnya dengan tegas, "Desry yang paling merasakan akibatnya."Bergeser sedikit kepala kamera dan terfoku
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more

(110) Sidang Perdana Erina

"Saudari Erina, kamu dapat dengar saya?""Saudari Erina ....""Erina Handayani.""Rin ... Eh, halo!""Kepada kuasa hukum Erina silakan kembali duduk, jangan coba untuk memengaruhi terdakwa.""Saudari Erina, saya tanya sekali lagi. Apa semua perilaku warga desa yang sudah disebutkan sebelumnya, menjadi alasan anda untuk mengakhiri hidup mereka?"Dug!"Ah shh ...," keluh seorang wanita di antara bangku panjang, tempat beberapa orang terpilih untuk menyaksikan proses sidang.Benturan akibat kecerobohan dalam melangkah di ruang terbatas, dan benturan yang tepat mengenai lutut hingga menimbulkan sensasi setrum penuh kenikmatan konyol. Membuat wanita itu spontan berdesis dengan keluhan dalam keheningan ruang sidang, hening yang terjadi karena bungkamnya seorang Erina Handayani."Hati-hati jalannya, Vin." Sang terdakwa yang sedari tadi terdiam, tiba-tiba bersuara bahkan tanpa menoleh ke belakang untuk melihat sumber suara.Seolah telinganya lebih tajam dan diperlukan dari pada indra pengliha
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status