Semua Bab Perjalanan Balas Dendam Termanis: Bab 261 - Bab 270

309 Bab

Bab 261 Sesuatu Yang Berbeda

"Harusnya Mama bilang dulu!" Mariana yang mendapat omelan itu dari Firman pun membuatnya tambah jengkel. Bagaimana tidak, ia yang merasa seorang istri di rumah itu yang selalu dipatuh dan selama ini tak pernah sekalipun dimarahi pun seakan langsung kena mental kala melihat sikap Firman yang jauh berbeda dari biasanya.Isi kepalanya langsung bertanya. 'Apa yang membuatnya sampai seperti ini? Mungkinkah karena hasutan dari Zsalsya?'Namun, Mariana pun tidak bisa berbuat banyak. Sebab, apa yang dilakukannya seolah akan sia-sia. Untuk itulah ia memilih mengalah dan tidak banyak membantah perkataan Firman."Kalau bukan karena dia kaya, aku pasti sudah pergi meninggalkannya sejak lama," batin Mariana dengan tatapan liciknya mengarah kepada Firman. Tetapi, karena tujuannya saat itu belum terlaksana. Ia pun terus mendekati suaminya yang mana saat itu tengah memegang ponsel."Pa, kata Mama mau telepon Zsalsya. Mana? Sampai sekarang Papa belum juga menghubungi dia," kata Mariana.Ia menagih j
Baca selengkapnya

Bab 262 Ketika si Licik Melemah

Alih-alih menghubungi Zsalsya, kini Firman mencoba untuk menghubungi Rosmala. Sebab, pikirnya bahwa Zsalsya mungkin akan sedikit terganggu jika dihubungi tiba-tiba semacam. Terlebih lagi bila itu menyangkut soal pertemuan antar dua keluarga.Firman dengan sabar terus menunggu Rosmala menjawab teleponnya. Ketika itu, Rosmala tengah dalam keadaan sibuk di kantor. Ia menggantikan posisi sebentar selama Endrick dan Zsalsya berbulan madu. Sekretaris yang mendengar bahwa ada telepon masuk pun langsung memberitahu. "Bu, Pak Firman menghubungi," kata sekretaris kantor.Lantas, Rosmala pun kemudian meminta sesuatu. "Jawab dan berikan ponselnya padaku!" kata Rosmala.Telepon Firman yang dijawab pun membuat sang pemiliknya langsung senang. "Baguslah kalau dia tidak ganti nomor, dengan begini hubungan kami akan semakin baik. Aku akan menjaga silaturahmi dengannya lagi," gumam Firman."Kalau bukan karena keperluan Nana, aku tidak akan pernah mau mengizinkan dirinya menghubungi wanita itu. Bisa-b
Baca selengkapnya

Bab 263 Apakah Memang Begitu?

Zsalsya yang masih memikirkan bagaimana dengan kondisi Firman di luar sana pun membuatnya tidak bisa makan dengan nyaman. Walaupun ia tahu bahwa Ayahnya itu sudah bisa beraktivitas kembali dan tentunya sudah pulang dari rumah sakit, tetapi ia tahu bahwa penyakitnya belum sepenuhnya sembuh. Ia khawatir jika Mariana berulah dan melakukan yang tidak baik terhadap sang Ayah -- Firman."Habiskan dulu makannya, setelah itu aku akan mengajakmu ke suatu tempat," kata Endrick. Zsalsya yang saat itu tengah melamun pun langsung menoleh ke arah Endrick. Ia menaruh sendoknya di mangkuk. Dan saat itu, ia hanya mengambil sate dari mangkuk bubur tersebut yang kemudian ia santap habis."Sudah, Mas," sahut Zsalsya dalam keadaan mulut penuh. Ia terus mengunyah makanan itu dan bergegas pergi dari sana.Endrick menyodorkan air minum yang ada di hadapannya kepada Zsalsya. "Duduk dulu, terus minum!" Zsalsya yang beranjak dari duduknya pun kemudian duduk kembali karena Endrick menyarankan hal itu dan suami
Baca selengkapnya

Bab 264 Waktunya Berkuda

Jika boleh jujur, Zsalsya sebenarnya tidak berani jika harus naik kuda. Ia takut jatuh karena dirinya pernah melihat atau bahkan mendengar sendiri bahwa kuda tidak mengizinkan sembarang orang naik ke atas punggungnya."Mas, kamu yakin bisa menunggang kuda?" tanya Zsalsya dengan nada berbisik. Endrick yang mendengar bisikan dari Zsalsya itu agak membungkukkan tubuhnya untuk membalas berbisik."Tenang saja, kamu duduk di depan."Sekalipun Endrick memperlihatkan bahwa dirinya mampu menunggang kuda, tetapi tetap saja ia merasa takut. Sebab, sebelumnya ia pernah jatuh dari atas kuda yang ia tunggangi sendirian. Kala itu, Zsalsya penasaran ingin mencobanya. Saat itu ia masih kelas dua SMA, sepulang sekolah untuk menghilangkan penatnya menjalani hidup. Ia pergi ke sebuah tempat yang mana di sana tempat orang-orang berkuda. Sengaja ia pergi karena ingin menghindari Ibu tiri dan saudara tiri yang licik. Jika langsung pulang, setibanya di rumah, ia tidak akan bisa bermain keluar. Begitulah pi
Baca selengkapnya

Bab 265 Hanya Mampu Memendam

Waktu tak terasa begitu cepat berlalu. Langit jingga mulai memperlihatkan keindahannya, tetapi Endrick masih betah dengan suasana ini."Kita pulang nanti saja, ya? Langitnya masih sangat indah. Kamu suka senja juga, tidak?" tanya Endrick.Ia melihat wajah Zsalsya yang tampak serius melihat langit jingga. Sepertinya, tanpa dijawab pun harusnya sudah tahu apa jawabannya.Zsalsya menoleh ke arah Endrick. "Mas, langitnya sangat indah. Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai warna seindah senja. Bahkan, pelangi pun kalah indahnya. Banyak orang yang mengagumi senja dan mereka selalu menunggu pada waktu yang sama hanya demi melihat keindahannya lagi," tutur Zsalsya.Endrick mengangguk sembari tersenyum setuju dengan perkataan Zsalsya. "Sama seperti aku yang selalu menunggu cantiknya senja hatiku," sahut Endrick sembari memandangi wajah Zsalsya, terus bagian bulu mata Zsalsya yang tampak lentik."Eh." Zsalsya menoleh ke arah Endrick dengan wajah polos dan mulut agak terbuka. "Apa yan
Baca selengkapnya

Bab 266 Kenikmatan

Makanan yang dipesan pun datang dan tersaji di hadapan mereka. Zsalsya yang tidak terlalu berselera untuk makan pun cukup hanya memandanginya saja.Endrick tidak bisa memaksa Zsalsya yang tampaknya sedang menginginkan makanan yang lain. Walau sampai kini ia belum tahu makanan apa diinginkan istrinya tersebut. Ia hanya memandangi Zsalsya yang terus diam tanpa menyantap satenya.Zsalsya yang merasa bahwa dirinya tengah diperhatikan oleh Endrick pun langsung menoleh dan bertanya. "Mas, kenapa belum dimakan?" tanya wanita itu dengan santainya. Ia sama sekali tidak tahu jika sebenarnya Endrick terdiam dan terus melihat ke arahnya karena sedang berpikir sekaligus mencoba menebak-nebak apa yang diinginkan oleh istrinya itu."Mau, kok, Mas. Sebentar lagi, nunggu agak dingin," jawabnya.Padahal, saat itu Zsalsya memang sedang tidak ingin makan apa-apa. Ia hanya membayangkan makanan yang ingin ia kunyah. Dan itu bukan makanan berat, melainkan hanya makanan ringan."Sudah lama sekali aku tidak
Baca selengkapnya

Bab 267 Mengerti Tanpa Berkata

"Mas, sudah habis," ucap Zsalsya dengan wajah tersenyum.Makanan yang enak itu cukup membuat suasana hati Zsalsya baik. Namun, meskipun begitu, ia masih merasa belum cukup karena apa yang diinginkannya belum kunjung ia rasakan."Apa sekarang?" tanya Endrick.Refleks Zsalsya menoleh. "Hah? Apanya, Mas?""Mau apa lagi setelah makan ini?" tanya Endrick sembari beranjak dari duduknya. Ia melangkah pergi dari warung makan itu untuk membayar semuanya ke kasir.Zsalsya hanya tersenyum dengan bibir mengatup rapat. Ia masih belum bisa memberanikan dirinya untuk mengatakan apa yang diinginkannya saat itu.Tangannya mengepal itu, ia mencoba untuk membuka mulutnya. Tetapi, saat itu ia masih tidak berani juga untuk berkata.Usai membayar semua makanan yang sudah mereka santap berdua, kini Endrick kembali menghampiri Zsalsya dengan pertanyaan yang serupa. "Mau makan apa?" tanya Endrick.Endrick terus memperhatikan raut wajah istrinya saat itu. Ia merangkul Zsalsya dari samping, mencoba membuatnya
Baca selengkapnya

Bab 268 Berhati-hati

"Nana, aku datang! Kamu tidak akan bisa pergi ke mana-mana lagi!" ujar Arzov dengan percaya dirinya. Ia segera turun dari dalam mobil dan langsung berjalan ke teras. Arzov menekan bel pintu rumah, hingga tak lama kemudian pintu pun dibuka. Melihat bahwa ternyata itu adalah Arzov, sepasang mata Minah membelalak. Tampak sekali ia sedang menahan takut melihat sosok Arzov."Aku mau bertemu Nana. Bilang padanya kalau ada aku datang ke sini!" pinta Arzov dengan santainya sembari memegang jam tangan. Kala itu, udah pukul 20.14, ia sudah terlambat sekitar enam belas menit yang lalu. "N-Non Nana sedang keluar dengan Tuan dan Nyonya. Mungkin akan pulang nanti malam," jawab Minah dengan agak gemetar ketakutan.Perlahan ia nyaris menutup pintu itu kembali, tetapi Arzov menahannya sebentar. "Tunggu dulu!" "Kenapa, Pak Arzov? Apa ada sesuatu yang bisa saya sampaikan?""Tidak. Ini bukan soal itu. Tapi ...."Arzov menunduk dan mendekatkan wajahnya kepada Minah. "Mbok tidak mengatakan apapun yang
Baca selengkapnya

Bab 269 Hasrat Yang Kuat

Arzov yang terus menunggu di luar rumah, tetapi Nana tak kunjung kembali pun membuatnya tidak bisa terus berada di luar bersama angin malam yang dingin."Lama sekali!" umpatnya.Jarinya mencari kontak Nana dan langsung menghubungi. Arzov sudah tidak tahan lagi dengan suasana malam yang dingin dan membosankan.Ketika itu, mereka masih tengah menyantap makan malam. Begitu banyak makanan dan obrolan di antara Firman dan Rosmala, membuat Firman terlalu nyaman berada di halaman rumah itu.Tetapi, obrolan di antara mereka langsung terjeda begitu mendengar suara dering ponsel seseorang berbunyi nyaring.Melihat bahwa itu berasal dari ponsel Nana, Firman pun langsung bertanya. "Jawab dulu sana supaya tidak berisik!" ujar Firman dengan agak pelan kepada Nana.Mariana yang duduk di dekat Nana pun langsung berbisik ke telinga anaknya. "Mending kamu matikan saja teleponnya! Tidak usah dijawab!" kata Mariana sembari menggertakkan giginya."Tapi ini dari Arzov, Ma.""Sudahlah. Tinggal bilang saja b
Baca selengkapnya

Bab 270 Malam Panas Pengantin Baru

"Sudah sejak lama aku menantikan malam ini. Akhirnya aku bisa menikmatinya dengan perasaan bahagia melebihi harapanku," batin Endrick."Emmhh!" desahan halus keluar dari mulut Zsalsya. Ia merasakan malam indah dengan segala gairah yang kian membuncah.Endrick menjeda ciuman itu sejenak. Tangan itu memeluk Zsalsya dan kemudian membawanya ke tempat tidur. Ia membaringkan Zsalsya di sana. Keduanya saling menatap satu sama lain. Endrick kembali mendekatkan wajahnya dan melanjutkan ciuman panas yang sempat terjeda itu.Zsalsya memejamkan matanya, ia membalas lumatan itu. Tangan nakal Endrick mulai masuk ke pakaian Zsalsya dan melepaskan perlahan. Kini, ia semakin pasrah dengan apa yang terjadi pada mereka malam ini."Malam ini akan menjadi malam terindah dalam hidupku. Tapi, semoga bukan hanya sekali lagi. Aku berharap setiap malam menjadi lebih indah ketika kita bersama. Semoga cintamu tidak pernah luntur dan terus tumbuh semakin kuat padaku," batin Zsalsya. Malam semakin larut dan kedu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
31
DMCA.com Protection Status