"Mas, sudah habis," ucap Zsalsya dengan wajah tersenyum.Makanan yang enak itu cukup membuat suasana hati Zsalsya baik. Namun, meskipun begitu, ia masih merasa belum cukup karena apa yang diinginkannya belum kunjung ia rasakan."Apa sekarang?" tanya Endrick.Refleks Zsalsya menoleh. "Hah? Apanya, Mas?""Mau apa lagi setelah makan ini?" tanya Endrick sembari beranjak dari duduknya. Ia melangkah pergi dari warung makan itu untuk membayar semuanya ke kasir.Zsalsya hanya tersenyum dengan bibir mengatup rapat. Ia masih belum bisa memberanikan dirinya untuk mengatakan apa yang diinginkannya saat itu.Tangannya mengepal itu, ia mencoba untuk membuka mulutnya. Tetapi, saat itu ia masih tidak berani juga untuk berkata.Usai membayar semua makanan yang sudah mereka santap berdua, kini Endrick kembali menghampiri Zsalsya dengan pertanyaan yang serupa. "Mau makan apa?" tanya Endrick.Endrick terus memperhatikan raut wajah istrinya saat itu. Ia merangkul Zsalsya dari samping, mencoba membuatnya
"Nana, aku datang! Kamu tidak akan bisa pergi ke mana-mana lagi!" ujar Arzov dengan percaya dirinya. Ia segera turun dari dalam mobil dan langsung berjalan ke teras. Arzov menekan bel pintu rumah, hingga tak lama kemudian pintu pun dibuka. Melihat bahwa ternyata itu adalah Arzov, sepasang mata Minah membelalak. Tampak sekali ia sedang menahan takut melihat sosok Arzov."Aku mau bertemu Nana. Bilang padanya kalau ada aku datang ke sini!" pinta Arzov dengan santainya sembari memegang jam tangan. Kala itu, udah pukul 20.14, ia sudah terlambat sekitar enam belas menit yang lalu. "N-Non Nana sedang keluar dengan Tuan dan Nyonya. Mungkin akan pulang nanti malam," jawab Minah dengan agak gemetar ketakutan.Perlahan ia nyaris menutup pintu itu kembali, tetapi Arzov menahannya sebentar. "Tunggu dulu!" "Kenapa, Pak Arzov? Apa ada sesuatu yang bisa saya sampaikan?""Tidak. Ini bukan soal itu. Tapi ...."Arzov menunduk dan mendekatkan wajahnya kepada Minah. "Mbok tidak mengatakan apapun yang
Arzov yang terus menunggu di luar rumah, tetapi Nana tak kunjung kembali pun membuatnya tidak bisa terus berada di luar bersama angin malam yang dingin."Lama sekali!" umpatnya.Jarinya mencari kontak Nana dan langsung menghubungi. Arzov sudah tidak tahan lagi dengan suasana malam yang dingin dan membosankan.Ketika itu, mereka masih tengah menyantap makan malam. Begitu banyak makanan dan obrolan di antara Firman dan Rosmala, membuat Firman terlalu nyaman berada di halaman rumah itu.Tetapi, obrolan di antara mereka langsung terjeda begitu mendengar suara dering ponsel seseorang berbunyi nyaring.Melihat bahwa itu berasal dari ponsel Nana, Firman pun langsung bertanya. "Jawab dulu sana supaya tidak berisik!" ujar Firman dengan agak pelan kepada Nana.Mariana yang duduk di dekat Nana pun langsung berbisik ke telinga anaknya. "Mending kamu matikan saja teleponnya! Tidak usah dijawab!" kata Mariana sembari menggertakkan giginya."Tapi ini dari Arzov, Ma.""Sudahlah. Tinggal bilang saja b
"Sudah sejak lama aku menantikan malam ini. Akhirnya aku bisa menikmatinya dengan perasaan bahagia melebihi harapanku," batin Endrick."Emmhh!" desahan halus keluar dari mulut Zsalsya. Ia merasakan malam indah dengan segala gairah yang kian membuncah.Endrick menjeda ciuman itu sejenak. Tangan itu memeluk Zsalsya dan kemudian membawanya ke tempat tidur. Ia membaringkan Zsalsya di sana. Keduanya saling menatap satu sama lain. Endrick kembali mendekatkan wajahnya dan melanjutkan ciuman panas yang sempat terjeda itu.Zsalsya memejamkan matanya, ia membalas lumatan itu. Tangan nakal Endrick mulai masuk ke pakaian Zsalsya dan melepaskan perlahan. Kini, ia semakin pasrah dengan apa yang terjadi pada mereka malam ini."Malam ini akan menjadi malam terindah dalam hidupku. Tapi, semoga bukan hanya sekali lagi. Aku berharap setiap malam menjadi lebih indah ketika kita bersama. Semoga cintamu tidak pernah luntur dan terus tumbuh semakin kuat padaku," batin Zsalsya. Malam semakin larut dan kedu
Pagi hari yang cerah telah tiba. Malam yang hangat dan penuh gairah rupanya telah berakhir. Zsalsya membuka matanya perlahan. Ia melihat ke dirinya sendiri yang tanpa sehelai kain pun. Hanya selimut yang menghalangi tubuhnya.Lalu, sepasang matanya melihat ke samping. Di sana Endrick pun sama dengannya, bertelanjang. Ia membayangkan apa yang terjadi pada mereka semalam. Ia langsung menghilangkan bayangan itu dari pikiran ketika dirinya merasa malu telah membalas gairah Endrick dengan gairah yang sama."Sayang, jangan ke mana-mana, masih mau dipeluk," ucap Endrick dengan mata tertutup.Sebetulnya, saat itu Endrick sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia sengaja menutup mata karena saking malasnya turun dari tempat tidur dan masih ingin menikmati kehangatan itu."Apa sekarang kita harus melakukannya lagi?" tanya Endrick dengan nada nakal."Mas, apa semalam belum cukup?" tanya Zsalsya.Ia masih merasakan perih pada bagian intinya. Padahal sebelumnya sudah pernah menikah. Namun, ia kem
Firman penasaran dengan Arzov yang datang dan tiba-tiba melihat pria itu berkumpul dengan Mariana dan Nana.Sontak, Mariana pun langsung turun dari tangga itu untuk kemudian menghampiri Firman. Ia mengadukan hal tersebut kepada suaminya."Mas, lihat dia, datang ke rumah ini langsung bentak-bentak tidak jelas!" tuduh Mariana seraya menunjuk ke ataj Arzov.Arzov yang mendengar tuduhan itu langsung mendengus kesal. "Menyebalkan! Dasar wanita licik! Beraninya dia menuduhku sembarangan!" umpatnya dalam hati.Nana segera turun dan menghampiri Firman.Firman yang merasa bahwa kesehatannya belum sepenuhnya pulih pun membuatnya tidak bisa diam saja membiarkan ada keributan di rumahnya."Kamu pulanglah! Kalau ada urusan, selesaikan dengan mereka! Ajak mereka di luar, jangan membuat suasana rumah berisik!" kata Firman.Tanpa mempedulikan apapun lagi, Firman langsung melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu dan segera pergi menuju kamar untuk istirahat.Arzov yang melihat Firman yang ternyata
"Kamu kenapa rapi, mau pergi ke mana?" tanya Mariana ketika melihat Anaknya yang seolah akan pergi untuk suatu urusan. Tetapi, ia sendiri tidak tahu ke mana, sebab Nana tidak bercerita kepadanya."Aku ada urusan."Nana berlari dari kamarnya dan kemudian terus menuruni tangga. Sementara Arzov, tak henti-hentinya ia dihubungi oleh Kyora yang menagih janji padanya untuk memberikan informasi itu. Sedangkan, saat itu ia belum memiliki informasi apapun. Semuanya gagal. Rencananya tidak berjalan dengan baik. Hambatan dan hambatan selalu datang di depan mata tanpa henti.Arzov tidak sadar jika selama ini kelakuannya sangat merugikan orang lain. Hanya Karena demi mendapatkan kepuasan yang diinginkan, ia sampai rela melakukan segala hal buruk yang bahkan membahayakan orang lain."Kenapa, sih, Tante ini selalu saja menghubungiku? Apa dia sama sekali tidak mengerti kalau menjalankan rencana itu tidak semudah yang dipikirkan. Semuanya butuh waktu dan tenaga!" gerutu Arzov dengan segala kekesalan
Seorang pelayan yang melihat kedatangan Nana pun langsung menghadap kepada Rosmala."Nyonya, di luar ada Non Nana. Sepertinya ada sesuatu."Rosmala beranjak dari duduknya. Ia menutup majalah yang baru ia buka dan kemudian menaruhnya kembali ke meja. Ia melangkah pergi dari tempat santainya dan langsung berjalan ke teras."Ada apa ini?" tanya Rosmala begitu ia sampai di depan pintu tersebut.Nana yang ada di sana pun tidak bisa diam. Isi kepalanya terus berpikir keras, agar bisa terus mencari alasan sehingga bisa mendapatkan informasi yang diinginkannya dengan segala macam tipu daya yang ia lakukan."Katanya ada yang tertinggal di rumah ini," jawab kepala pelayan.Nana yang sudah membuka mulut dan siap bicara pun akhirnya tidak jadi bicara karena sudah dijawab oleh kepala pelayan di rumah itu.Rosmala yang mendengar hal itu pun hanya mengangguk-angguk. Seingatnya, tidak ada yang meninggalkan di rumah itu. Tetapi ...."Kalau begitu langsung ke taman saja. Semalam pasti tertinggal di san
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe