Seorang pelayan yang melihat kedatangan Nana pun langsung menghadap kepada Rosmala."Nyonya, di luar ada Non Nana. Sepertinya ada sesuatu."Rosmala beranjak dari duduknya. Ia menutup majalah yang baru ia buka dan kemudian menaruhnya kembali ke meja. Ia melangkah pergi dari tempat santainya dan langsung berjalan ke teras."Ada apa ini?" tanya Rosmala begitu ia sampai di depan pintu tersebut.Nana yang ada di sana pun tidak bisa diam. Isi kepalanya terus berpikir keras, agar bisa terus mencari alasan sehingga bisa mendapatkan informasi yang diinginkannya dengan segala macam tipu daya yang ia lakukan."Katanya ada yang tertinggal di rumah ini," jawab kepala pelayan.Nana yang sudah membuka mulut dan siap bicara pun akhirnya tidak jadi bicara karena sudah dijawab oleh kepala pelayan di rumah itu.Rosmala yang mendengar hal itu pun hanya mengangguk-angguk. Seingatnya, tidak ada yang meninggalkan di rumah itu. Tetapi ...."Kalau begitu langsung ke taman saja. Semalam pasti tertinggal di san
Usai mandi, Zsalsya dan Endrick yang sudah berpakaian rapi pun kemudian duduk di sofa. "Sayang, sarapan dulu, yuk!" ajak Endrick dengan santainya.Keduanya duduk berdampingan. Endrick menoleh ke arah Zsalsya sembari memeluknya dari samping. Zsalsya yang ada di sampingnya hanya menunduk seraya melihat ke arah kancing baju."Belum lapar, Mas. Mau ngemil saja," sahutnya.Lantas, Endrick pun beranjak dari duduknya. Ia langsung berjalan sedikit mengambil camilan yang masih berada di dalam kantong belanja. Segera saja ia menaruhnya di meja.Tetapi, ada hal yang perlu diambil lagi. Ia mengambil dua buah gelas kecil dan kemudian duduk di samping Zsalsya kembali."Sayang, kamu mau susu?" tanya Endrick. Ia menuangkan susu full cream itu ke dalam sebuah gelas dan kemudian meneguknya perlahan.Zsalsya yang melupakan keripik kemarin karena Endrick membuatnya tidak bisa bersantai pun kini ia ingat kembali. Ia menoleh ke belakang, karena seingatnya ia menaruh camilan itu di sana.Dan, ternyata mem
"Bagaimana? Apa barangnya sudah ketemu?" tanya kepala pelayan yang ada di sana.Lalu, tak lama kemudian Rosmala datang dan langsung bertanya. "Barangnya sudah ada?"Rosmala yang mendadak dari arah belakang itu membuatnya langsung bertanya. "Ah, ya. Ada. Ternyata jatuh di dekat semak-semak," jawabnya dengan santai."Baguslah," sahut Rosmala sembari menganggukkan kepala."Aku datang ke sini tapi wanita ini sama sekali tidak berniat mengajakku masuk ke dalam?" batin Nana yang berharap diajak masuk. Hanya saja, Rosmala merasa malas mengajak Nana memasuki rumahnya. Ditambah lagi, ia teringat pada kejadian semalam yang mana saat itu Nana bersikap sombong di hadapannya tanpa ada sopan santun sama sekali."Heh! Rasakan kamu. Makanya kamu jangan suka bersikap sombong. Cobalah untuk lebih baik menjadi orang!" batin Rosmala dengan pandangan mukanya mengarah ke hal yang lain.Rosmala meninggalkan halaman rumah dan langsung kembali ke dalam tanpa berkata apapun lagi.Kepala pelayan yang melihat
Tentu saja, Zsalsya merindukan Ayahnya. Sebab, walaupun ia sudah memiliki keluarga baru, dirinya tetap tidak bisa mengabaikan atau bahkan tidak rindu pada keluarga yang sedarah dengannya.Sekalipun Firman pernah tidak terlalu mempedulikannya dan lebih banyak mendengarkan orang lain dibanding anaknya sendiri. Tetapi, kini ia sudah melihat perubahan yang ada dalam diri Ayahnya. Firman tidak lagi mudah terpengaruh dengan apa yang dikatakan oleh Mariana."Mas, kita akan pergi ke mana?" "Ada sebuah tempat yang harus kamu lihat. Ikut saja."Zsalsya bertanya-tanya dalam benaknya. Tampak yang seperti apa yang sedang Endrick maksudkan itu. Apakah itu taman ataukah yang lain. Sebab, Endrick selalu memberikan kejutan indah yang tak pernah ia duga. Bahkan, ia pun sulit untuk menebaknya.Tak lama kemudian, sampailah kini Zsalsya di sebuah tempat yang cukup ramai."Benar juga. Tadi kan aku ngajak makan! Kenapa aku bisa sampai bingung dan tidak bisa menebaknya sama sekali?" batin Zsalsya."Kita tu
"Ma, besok aku mau berangkat ke suatu tempat. Aku minta uang buat beli tiket, ya~!" bujuknya. Tanpa tahu apa akar masalah yang membuat Nana ingin pergi, ia pun langsung bertanya. "Memangnya kamu mau pergi ke mana? Kenapa tiba-tiba? Coba ceritakan dulu sama Mama!" pinta Mariana seraya mencoba menahan suaranya, agar jangan sampai didengar oleh orang lain terutama Firman.Nana menarik tangan Mariana ke sofa untuk menceritakan apa yang selama ini ia simpan di dalam pikirannya. Ia tak bisa menyembunyikannya lagi, sebab ini terkait dengan apa yang sudah menjadi rencananya sejak awal.Dengan wajah serius, Mariana tampak sekali ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebelumnya, ia sempat melihat suasana hati Anaknya yang seketika berubah. Dari ceria menjadi sedih. Entah apa yang membuatnya berubah seperti itu? Tetapi, ia mencoba untuk mendapatkan jawaban itu dari Nana langsung."Jadi begini, Ma. Intinya, aku mau ...."Nana mendekatkan mulutnya pada telinga Mariana dan ia pun langsung ber
Koper sudah siap. Endrick pun kemudian berjalan keluar dari kamar hotel itu diikuti Zsalsya di belakangnya. Kecemasan itu terjadi begitu saja. Ada sesuatu yang memang tidak bisa dijelaskan. Zsalsya sama sekali tidak tahu mengapa perasaannya mendadak tidak nyaman.Nana yang saat itu baru mendapatkan yang dari Mariana pun langsung memesan tiket pesan via online. Ia sengaja memesannya secepat mungkin karena dirinya berniat melakukan penerbangan besok pagi."Tiket pesawat sudah aku pesan, besok aku akan menyusulnya ke sana!" ucap Nana dengan bibir menyeringai.Tertaut jelas senyum licik yang membingkai bibirnya. Seperti banyak rencana jahat yang telah ia persiapkan untuk Kakak tirinya.Hanya saja, saat itu ia tidak tahu jika sebenarnya intuisi Zsalsya jauh lebih kuat. Bahkan, kini ia tidak bisa mengabaikan hal itu.Perasaan tidak nyaman yang muncul di hati sampai membayangi pikiran, membuatnya langsung bergegas pergi dari tempat itu."Kamu tunggu di sini sebentar!" kata Endrick.Zsalsya
"Bawa kami ke toko makanan saja!" pinta Endrick kepada sopirnya tersebut. Tak lama dari itu, mereka pun sampai di toko makanan. Endrick segera keluar dari sana, Zsalsya memandangi toko itu sebentar baru dirinya keluar.Endrick yang belum melihat Zsalsya di sampingnya pun terus menunggu. Sampai Zsalsya berada di sisi, ia baru memasuki toko itu."Kamu mau beli apa saja nanti di sana?""Mas, kalau semuanya saja, boleh, tidak?" tanya Zsalsya.Endrick mendorong pintu kaca toko. Ia membiarkan Zsalsya memasuki toko itu terlebih dahulu, baru dirinya menyusul.Zsalsya berjalan-jalan di toko tersebut, ia terus melihat sekeliling yang ada di toko itu. Matanya seolah langsung lapar melihat banyak makanan yang tampak menggoda di mata, walaupun ia belum tahu entah akan menyukainya atau tidak.Endrick mengambil keranjang belanja dan memilih beberapa kue yang dilihatnya di sana. "Kamu mau apa?" tanya Endrick dengan santainya. Ia terus berjalan mengikuti Zsalsya. Tetapi, Zsalsya tidak mengatakan apa
Karena waktu keberangkatan bandara sekitar satu jam lagi. Mereka pun bisa bersantai. Tetapi, sebelum itu Endrick pergi untuk check-in tiket pesan yang telah ia pesan melalui aplikasi online. Usai melakukan check-in, Endrick kembali kepada Zsalsya sembari menunggu jadwal keberangkatan tiba. Rosmala yang berada di rumah pun penasaran dengan perjalanan mereka di sana. Ia pun mencoba untuk menghubungi Endrick.Suara ponsel berdering, Endrick pun segera mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Ia melihat siapa yang menghubungi. Begitu tahu bahwa itu Rosmala, ia pun segera menjawabnya.Zsalsya yang ada di sampingnya hanya melihat Endrick menjawab telepon.[Halo, Ma. Ada apa?][Mama kangen sama kamu dan Zsalsya. Tapi, Mama akan senang kalau kalian juga bersenang-senang. Tapi, kamu sudah melakukan itu dengannya, kan?]Pertanyaan yang membuat Endrick tidak bisa menjawabnya. Ia merasa bahwa itu privasi dan tidak perlu menceritakannya kepada siapapun.[Mama sehat, kan, di sana?]Endrick ber