"Ma, besok aku mau berangkat ke suatu tempat. Aku minta uang buat beli tiket, ya~!" bujuknya. Tanpa tahu apa akar masalah yang membuat Nana ingin pergi, ia pun langsung bertanya. "Memangnya kamu mau pergi ke mana? Kenapa tiba-tiba? Coba ceritakan dulu sama Mama!" pinta Mariana seraya mencoba menahan suaranya, agar jangan sampai didengar oleh orang lain terutama Firman.Nana menarik tangan Mariana ke sofa untuk menceritakan apa yang selama ini ia simpan di dalam pikirannya. Ia tak bisa menyembunyikannya lagi, sebab ini terkait dengan apa yang sudah menjadi rencananya sejak awal.Dengan wajah serius, Mariana tampak sekali ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebelumnya, ia sempat melihat suasana hati Anaknya yang seketika berubah. Dari ceria menjadi sedih. Entah apa yang membuatnya berubah seperti itu? Tetapi, ia mencoba untuk mendapatkan jawaban itu dari Nana langsung."Jadi begini, Ma. Intinya, aku mau ...."Nana mendekatkan mulutnya pada telinga Mariana dan ia pun langsung ber
Koper sudah siap. Endrick pun kemudian berjalan keluar dari kamar hotel itu diikuti Zsalsya di belakangnya. Kecemasan itu terjadi begitu saja. Ada sesuatu yang memang tidak bisa dijelaskan. Zsalsya sama sekali tidak tahu mengapa perasaannya mendadak tidak nyaman.Nana yang saat itu baru mendapatkan yang dari Mariana pun langsung memesan tiket pesan via online. Ia sengaja memesannya secepat mungkin karena dirinya berniat melakukan penerbangan besok pagi."Tiket pesawat sudah aku pesan, besok aku akan menyusulnya ke sana!" ucap Nana dengan bibir menyeringai.Tertaut jelas senyum licik yang membingkai bibirnya. Seperti banyak rencana jahat yang telah ia persiapkan untuk Kakak tirinya.Hanya saja, saat itu ia tidak tahu jika sebenarnya intuisi Zsalsya jauh lebih kuat. Bahkan, kini ia tidak bisa mengabaikan hal itu.Perasaan tidak nyaman yang muncul di hati sampai membayangi pikiran, membuatnya langsung bergegas pergi dari tempat itu."Kamu tunggu di sini sebentar!" kata Endrick.Zsalsya
"Bawa kami ke toko makanan saja!" pinta Endrick kepada sopirnya tersebut. Tak lama dari itu, mereka pun sampai di toko makanan. Endrick segera keluar dari sana, Zsalsya memandangi toko itu sebentar baru dirinya keluar.Endrick yang belum melihat Zsalsya di sampingnya pun terus menunggu. Sampai Zsalsya berada di sisi, ia baru memasuki toko itu."Kamu mau beli apa saja nanti di sana?""Mas, kalau semuanya saja, boleh, tidak?" tanya Zsalsya.Endrick mendorong pintu kaca toko. Ia membiarkan Zsalsya memasuki toko itu terlebih dahulu, baru dirinya menyusul.Zsalsya berjalan-jalan di toko tersebut, ia terus melihat sekeliling yang ada di toko itu. Matanya seolah langsung lapar melihat banyak makanan yang tampak menggoda di mata, walaupun ia belum tahu entah akan menyukainya atau tidak.Endrick mengambil keranjang belanja dan memilih beberapa kue yang dilihatnya di sana. "Kamu mau apa?" tanya Endrick dengan santainya. Ia terus berjalan mengikuti Zsalsya. Tetapi, Zsalsya tidak mengatakan apa
Karena waktu keberangkatan bandara sekitar satu jam lagi. Mereka pun bisa bersantai. Tetapi, sebelum itu Endrick pergi untuk check-in tiket pesan yang telah ia pesan melalui aplikasi online. Usai melakukan check-in, Endrick kembali kepada Zsalsya sembari menunggu jadwal keberangkatan tiba. Rosmala yang berada di rumah pun penasaran dengan perjalanan mereka di sana. Ia pun mencoba untuk menghubungi Endrick.Suara ponsel berdering, Endrick pun segera mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Ia melihat siapa yang menghubungi. Begitu tahu bahwa itu Rosmala, ia pun segera menjawabnya.Zsalsya yang ada di sampingnya hanya melihat Endrick menjawab telepon.[Halo, Ma. Ada apa?][Mama kangen sama kamu dan Zsalsya. Tapi, Mama akan senang kalau kalian juga bersenang-senang. Tapi, kamu sudah melakukan itu dengannya, kan?]Pertanyaan yang membuat Endrick tidak bisa menjawabnya. Ia merasa bahwa itu privasi dan tidak perlu menceritakannya kepada siapapun.[Mama sehat, kan, di sana?]Endrick ber
Semua penumpang sudah menempati tempat duduknya masing-masing. Pesawat pun mulai lepas landas. Tetapi, Zsalsya yang tiba-tiba mengantuk pun membuatnya tanpa sadar tidur dalam duduk. Ia bersandar di kursi pesawat. Endrick yang melihatnya pun langsung menyandarkan kepada Zsalsya pada pundaknya."Kasihan. Dia pasti merasa capek," gumam Endrick. Ia memandnagi Zsalsya yang tengah dalam keadaan tidur. Endrick membiarkan Zsalsya tidur di dalam pesawat itu sebelum mereka sampai di kota asal. Keduanya tampak dekat dan bahkan jauh lebih akrab dibanding sebelumnya. Semakin hari, hubungan semakin harmonis. Mereka saling mendukung satu sama lain dalam segala hal apapun. "Jangan ke mana-mana. Aku mau kamu tetap di sini!" ucap Zsalsya yang mengigau. Ia memegang erat tangan Endrick. Endrick yang melihat itu membuatnya terus memperhatikan tanpa henti. "Iya, aku tidak akan ke mana-mana," sahutnya.Sekalipun ia tahu bahwa Zsalsya sedang tidur dan itu hanya mengigau, tetapi ia memilih untuk tetap me
Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia masih memikirkan dan bahkan sampai mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu. Tetapi, entah mengapa kecemasan itu selalu datang begitu saja. Sedangkan Endrick, ia yang merasa kelelahan pun langsung membaringkan tubuhnya di ranjang tempat tidur kamar hotel.Zsalsya hanya memperhatikan suaminya dari samping dengan setengah bagian tubuhnya sudah ditutup selimut.Sesekali, ia menoleh ke arah suaminya. Ia pun ikut membaringkan tubuhnya, hanya saja rasa kantuk itu tak kunjung datang."Sepertinya dia sudah tertidur."Namun, rupanya Endrick belum selelap itu. Ia hanya berbaring dengan mata terpejam. Tak sedikitpun ia membuka matanya, tetapi mulutnya menyahut."Belum." Endrick pun memiringkan tubuhnya ke arah Zsalsya. Ia mencoba memeluknya dari samping, mendekatkan tubuh Zsalsya padanya, hingga ia memeluk Zsalsya lebih dekat."Aku kira kamu sudah tidur. Tapi, kalau kamu mau tidur, tidur saja," kata Zsalsya."Sepertinya malam ini tidak akan
Nana yang dengan girangnya, ia terus tersenyum karena pikirnya bahwa selain liburan, dirinya juga akan bisa bersama dengan mereka.Sementara Nana pergi untuk menyusul, Zsalsya yang baru selesai mandi pun kemudian bersiap-siap. "Mas, hari ini kamu tidak ke kantor, kan?" tanya Zsalsya sambil mengeringkan rambutnya yang baru selesai keramas."Tidak. Kenapa memangnya?" balas Endrick dengan sebuah pertanyaan. Usai mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, ia pun kemudian melangkah untuk mengambil alat rias. Ia merias wajahnya supaya terlihat lebih segar dan tidak pucat."Aku kalau dandan suka lama, Mas. Takutnya kamu mendadak harus ke kantor tapi harus menunggu aku dulu," jawab Zsalsya."Kalau begitu, dandan sederhana saja. Kamu sudah cantik kok dandan, nanti malah banyak cowok lain yang suka," balas Endrick.Zsalsya langsung terdiam. "Tapi make up dengan tampilan yang baik itu membuat percaya diri. Bukan buat siapapun, tapi buat diri sendiri," ucap Zsalsya. Ia melanjutkan diri merias
Priyatna menepikan mobilnya di depan hotel mentari seperti yang disebutkan oleh Endrick sebelumnya. Ia keluar dari dalam mobil sana untuk menjemput kedua majikannya.Matanya mencari keberadaan Tuannya. Sampai, Endrick yang saat itu duduk di lobi pun langsung menghampiri Priyatna begitu menoleh dan melihat sopir pribadinya ada di depan gedung hotel itu."Dia sudah datang. Yuk, kita ke mobil sekarang!" ajaknya kepada Zsalsya yang saat itu tengah duduk menunggu dengan tubuh yang tampaknya agak lemas kurang bertenaga."Hah?!" ucapnya dengan agak samar. Ia melihat ke sekeliling. Lalu, ia pun beranjak dari duduknya. Matanya agak menyipit dan tampak mengantuk. "Kalau kamu mengantuk, kamu tidur di mobil saja, jangan ditahan."Zsalsya tidak menyahut. Ia memang mengantuk, tetapi hanya beberapa kali menguap tanpa bisa menutup matanya hingga dapat tidur dengan nyenyak.Endrick yang dengan kopernya pun berjalan keluar dari hotel itu dan berjalan menghampiri Priyatna.Segera setelah melihat kebera