"Bawa kami ke toko makanan saja!" pinta Endrick kepada sopirnya tersebut. Tak lama dari itu, mereka pun sampai di toko makanan. Endrick segera keluar dari sana, Zsalsya memandangi toko itu sebentar baru dirinya keluar.Endrick yang belum melihat Zsalsya di sampingnya pun terus menunggu. Sampai Zsalsya berada di sisi, ia baru memasuki toko itu."Kamu mau beli apa saja nanti di sana?""Mas, kalau semuanya saja, boleh, tidak?" tanya Zsalsya.Endrick mendorong pintu kaca toko. Ia membiarkan Zsalsya memasuki toko itu terlebih dahulu, baru dirinya menyusul.Zsalsya berjalan-jalan di toko tersebut, ia terus melihat sekeliling yang ada di toko itu. Matanya seolah langsung lapar melihat banyak makanan yang tampak menggoda di mata, walaupun ia belum tahu entah akan menyukainya atau tidak.Endrick mengambil keranjang belanja dan memilih beberapa kue yang dilihatnya di sana. "Kamu mau apa?" tanya Endrick dengan santainya. Ia terus berjalan mengikuti Zsalsya. Tetapi, Zsalsya tidak mengatakan apa
Karena waktu keberangkatan bandara sekitar satu jam lagi. Mereka pun bisa bersantai. Tetapi, sebelum itu Endrick pergi untuk check-in tiket pesan yang telah ia pesan melalui aplikasi online. Usai melakukan check-in, Endrick kembali kepada Zsalsya sembari menunggu jadwal keberangkatan tiba. Rosmala yang berada di rumah pun penasaran dengan perjalanan mereka di sana. Ia pun mencoba untuk menghubungi Endrick.Suara ponsel berdering, Endrick pun segera mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Ia melihat siapa yang menghubungi. Begitu tahu bahwa itu Rosmala, ia pun segera menjawabnya.Zsalsya yang ada di sampingnya hanya melihat Endrick menjawab telepon.[Halo, Ma. Ada apa?][Mama kangen sama kamu dan Zsalsya. Tapi, Mama akan senang kalau kalian juga bersenang-senang. Tapi, kamu sudah melakukan itu dengannya, kan?]Pertanyaan yang membuat Endrick tidak bisa menjawabnya. Ia merasa bahwa itu privasi dan tidak perlu menceritakannya kepada siapapun.[Mama sehat, kan, di sana?]Endrick ber
Semua penumpang sudah menempati tempat duduknya masing-masing. Pesawat pun mulai lepas landas. Tetapi, Zsalsya yang tiba-tiba mengantuk pun membuatnya tanpa sadar tidur dalam duduk. Ia bersandar di kursi pesawat. Endrick yang melihatnya pun langsung menyandarkan kepada Zsalsya pada pundaknya."Kasihan. Dia pasti merasa capek," gumam Endrick. Ia memandnagi Zsalsya yang tengah dalam keadaan tidur. Endrick membiarkan Zsalsya tidur di dalam pesawat itu sebelum mereka sampai di kota asal. Keduanya tampak dekat dan bahkan jauh lebih akrab dibanding sebelumnya. Semakin hari, hubungan semakin harmonis. Mereka saling mendukung satu sama lain dalam segala hal apapun. "Jangan ke mana-mana. Aku mau kamu tetap di sini!" ucap Zsalsya yang mengigau. Ia memegang erat tangan Endrick. Endrick yang melihat itu membuatnya terus memperhatikan tanpa henti. "Iya, aku tidak akan ke mana-mana," sahutnya.Sekalipun ia tahu bahwa Zsalsya sedang tidur dan itu hanya mengigau, tetapi ia memilih untuk tetap me
Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia masih memikirkan dan bahkan sampai mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu. Tetapi, entah mengapa kecemasan itu selalu datang begitu saja. Sedangkan Endrick, ia yang merasa kelelahan pun langsung membaringkan tubuhnya di ranjang tempat tidur kamar hotel.Zsalsya hanya memperhatikan suaminya dari samping dengan setengah bagian tubuhnya sudah ditutup selimut.Sesekali, ia menoleh ke arah suaminya. Ia pun ikut membaringkan tubuhnya, hanya saja rasa kantuk itu tak kunjung datang."Sepertinya dia sudah tertidur."Namun, rupanya Endrick belum selelap itu. Ia hanya berbaring dengan mata terpejam. Tak sedikitpun ia membuka matanya, tetapi mulutnya menyahut."Belum." Endrick pun memiringkan tubuhnya ke arah Zsalsya. Ia mencoba memeluknya dari samping, mendekatkan tubuh Zsalsya padanya, hingga ia memeluk Zsalsya lebih dekat."Aku kira kamu sudah tidur. Tapi, kalau kamu mau tidur, tidur saja," kata Zsalsya."Sepertinya malam ini tidak akan
Nana yang dengan girangnya, ia terus tersenyum karena pikirnya bahwa selain liburan, dirinya juga akan bisa bersama dengan mereka.Sementara Nana pergi untuk menyusul, Zsalsya yang baru selesai mandi pun kemudian bersiap-siap. "Mas, hari ini kamu tidak ke kantor, kan?" tanya Zsalsya sambil mengeringkan rambutnya yang baru selesai keramas."Tidak. Kenapa memangnya?" balas Endrick dengan sebuah pertanyaan. Usai mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, ia pun kemudian melangkah untuk mengambil alat rias. Ia merias wajahnya supaya terlihat lebih segar dan tidak pucat."Aku kalau dandan suka lama, Mas. Takutnya kamu mendadak harus ke kantor tapi harus menunggu aku dulu," jawab Zsalsya."Kalau begitu, dandan sederhana saja. Kamu sudah cantik kok dandan, nanti malah banyak cowok lain yang suka," balas Endrick.Zsalsya langsung terdiam. "Tapi make up dengan tampilan yang baik itu membuat percaya diri. Bukan buat siapapun, tapi buat diri sendiri," ucap Zsalsya. Ia melanjutkan diri merias
Priyatna menepikan mobilnya di depan hotel mentari seperti yang disebutkan oleh Endrick sebelumnya. Ia keluar dari dalam mobil sana untuk menjemput kedua majikannya.Matanya mencari keberadaan Tuannya. Sampai, Endrick yang saat itu duduk di lobi pun langsung menghampiri Priyatna begitu menoleh dan melihat sopir pribadinya ada di depan gedung hotel itu."Dia sudah datang. Yuk, kita ke mobil sekarang!" ajaknya kepada Zsalsya yang saat itu tengah duduk menunggu dengan tubuh yang tampaknya agak lemas kurang bertenaga."Hah?!" ucapnya dengan agak samar. Ia melihat ke sekeliling. Lalu, ia pun beranjak dari duduknya. Matanya agak menyipit dan tampak mengantuk. "Kalau kamu mengantuk, kamu tidur di mobil saja, jangan ditahan."Zsalsya tidak menyahut. Ia memang mengantuk, tetapi hanya beberapa kali menguap tanpa bisa menutup matanya hingga dapat tidur dengan nyenyak.Endrick yang dengan kopernya pun berjalan keluar dari hotel itu dan berjalan menghampiri Priyatna.Segera setelah melihat kebera
"Sepertinya aku harus mengabari Papa," gumam Zsalsya sembari memegang ponsel di tangannya. Tetapi, Endrick segera merebut ponsel di tangan Zsalsya itu sambil berkata. "Daripada menelepon Papa, sebaiknya kita datang langsung ke rumah dan memberinya kejutan," ucap Endrick dengan santainya.Zsalsya yang kala itu tetap ingin menghubungi pun kemudian mencoba merebut kembali ponsel yang ada di tangan suaminya tersebut. "Sini, Mas, ponselnya! Biar kita hubungi saja. Aku mau mengabari Papa kalau sudah pulang!" ujarnya sembari berusaha meraih ponsel yang kini ada di tangan Endrick.Tetapi, ponsel itu malah dijauhkan dari Zsalsya. Ia mengangkatnya ke atas dan tidak membiarkan Zsalsya mengambil itu."Kamu siap-siap, kita ke rumah Papa sekarang!" ajaknya. Ia memasukkan ponsel Zsalsya ke dalam saku celana dan lalu melangkah pergi."Ya sudah deh," sahut Zsalsya dengan nada lemas.Endrick memandangi wajah Zsalsya dan kemudian melangkah pergi menuju kamar mandi. " Aku duluan, ya, mandinya!" ujar En
"Cobain, Ma. Sengaja aku beli ini buat Mama sama Papa Zsalsya. Waktu itu Papanya minta belikan oleh-oleh katanya, jadi beli banyak saja supaya semuanya kebagian!" jelas Endrick."Kalau begitu bawa ke sana saja!" sahut Rosmala sebelum mencoba oleh-oleh dari Gorontalo itu.Namun, karena Rosmala belum mencobanya, Endrick terus mendekat Ibunya itu untuk mencoba terlebih dahulu apa yang sudah ia beli tersebut. Dirinya tidak mau jika Rosmala sampai melewatkan camilan itu.Endrick membuka plastik makanan itu dan kemudian menyodorkannya kepada Rosmala. Rosmala memandangi makanan itu sejenak. "Kenapa Mama harus mencobanya? Sepertinya tidak ada yang berbeda dari kue pada umumnya," kata Rosmala dengan nada agak meremehkan.Ia tidak tahu jika apa yang hendak ia tolak itu rupanya sangat enak, walau dengan tampilan yang tampak biasa.Karena penasaran, Rosmala coba mengambilnya satu dan begitu ia menggigit kue tersebut. Tampaknya memang biasa, tetapi rasanya sangat enak. Rosmala kini setuju denga
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe