"Sudah sejak lama aku menantikan malam ini. Akhirnya aku bisa menikmatinya dengan perasaan bahagia melebihi harapanku," batin Endrick."Emmhh!" desahan halus keluar dari mulut Zsalsya. Ia merasakan malam indah dengan segala gairah yang kian membuncah.Endrick menjeda ciuman itu sejenak. Tangan itu memeluk Zsalsya dan kemudian membawanya ke tempat tidur. Ia membaringkan Zsalsya di sana. Keduanya saling menatap satu sama lain. Endrick kembali mendekatkan wajahnya dan melanjutkan ciuman panas yang sempat terjeda itu.Zsalsya memejamkan matanya, ia membalas lumatan itu. Tangan nakal Endrick mulai masuk ke pakaian Zsalsya dan melepaskan perlahan. Kini, ia semakin pasrah dengan apa yang terjadi pada mereka malam ini."Malam ini akan menjadi malam terindah dalam hidupku. Tapi, semoga bukan hanya sekali lagi. Aku berharap setiap malam menjadi lebih indah ketika kita bersama. Semoga cintamu tidak pernah luntur dan terus tumbuh semakin kuat padaku," batin Zsalsya. Malam semakin larut dan kedu
Pagi hari yang cerah telah tiba. Malam yang hangat dan penuh gairah rupanya telah berakhir. Zsalsya membuka matanya perlahan. Ia melihat ke dirinya sendiri yang tanpa sehelai kain pun. Hanya selimut yang menghalangi tubuhnya.Lalu, sepasang matanya melihat ke samping. Di sana Endrick pun sama dengannya, bertelanjang. Ia membayangkan apa yang terjadi pada mereka semalam. Ia langsung menghilangkan bayangan itu dari pikiran ketika dirinya merasa malu telah membalas gairah Endrick dengan gairah yang sama."Sayang, jangan ke mana-mana, masih mau dipeluk," ucap Endrick dengan mata tertutup.Sebetulnya, saat itu Endrick sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia sengaja menutup mata karena saking malasnya turun dari tempat tidur dan masih ingin menikmati kehangatan itu."Apa sekarang kita harus melakukannya lagi?" tanya Endrick dengan nada nakal."Mas, apa semalam belum cukup?" tanya Zsalsya.Ia masih merasakan perih pada bagian intinya. Padahal sebelumnya sudah pernah menikah. Namun, ia kem
Firman penasaran dengan Arzov yang datang dan tiba-tiba melihat pria itu berkumpul dengan Mariana dan Nana.Sontak, Mariana pun langsung turun dari tangga itu untuk kemudian menghampiri Firman. Ia mengadukan hal tersebut kepada suaminya."Mas, lihat dia, datang ke rumah ini langsung bentak-bentak tidak jelas!" tuduh Mariana seraya menunjuk ke ataj Arzov.Arzov yang mendengar tuduhan itu langsung mendengus kesal. "Menyebalkan! Dasar wanita licik! Beraninya dia menuduhku sembarangan!" umpatnya dalam hati.Nana segera turun dan menghampiri Firman.Firman yang merasa bahwa kesehatannya belum sepenuhnya pulih pun membuatnya tidak bisa diam saja membiarkan ada keributan di rumahnya."Kamu pulanglah! Kalau ada urusan, selesaikan dengan mereka! Ajak mereka di luar, jangan membuat suasana rumah berisik!" kata Firman.Tanpa mempedulikan apapun lagi, Firman langsung melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu dan segera pergi menuju kamar untuk istirahat.Arzov yang melihat Firman yang ternyata
"Kamu kenapa rapi, mau pergi ke mana?" tanya Mariana ketika melihat Anaknya yang seolah akan pergi untuk suatu urusan. Tetapi, ia sendiri tidak tahu ke mana, sebab Nana tidak bercerita kepadanya."Aku ada urusan."Nana berlari dari kamarnya dan kemudian terus menuruni tangga. Sementara Arzov, tak henti-hentinya ia dihubungi oleh Kyora yang menagih janji padanya untuk memberikan informasi itu. Sedangkan, saat itu ia belum memiliki informasi apapun. Semuanya gagal. Rencananya tidak berjalan dengan baik. Hambatan dan hambatan selalu datang di depan mata tanpa henti.Arzov tidak sadar jika selama ini kelakuannya sangat merugikan orang lain. Hanya Karena demi mendapatkan kepuasan yang diinginkan, ia sampai rela melakukan segala hal buruk yang bahkan membahayakan orang lain."Kenapa, sih, Tante ini selalu saja menghubungiku? Apa dia sama sekali tidak mengerti kalau menjalankan rencana itu tidak semudah yang dipikirkan. Semuanya butuh waktu dan tenaga!" gerutu Arzov dengan segala kekesalan
Seorang pelayan yang melihat kedatangan Nana pun langsung menghadap kepada Rosmala."Nyonya, di luar ada Non Nana. Sepertinya ada sesuatu."Rosmala beranjak dari duduknya. Ia menutup majalah yang baru ia buka dan kemudian menaruhnya kembali ke meja. Ia melangkah pergi dari tempat santainya dan langsung berjalan ke teras."Ada apa ini?" tanya Rosmala begitu ia sampai di depan pintu tersebut.Nana yang ada di sana pun tidak bisa diam. Isi kepalanya terus berpikir keras, agar bisa terus mencari alasan sehingga bisa mendapatkan informasi yang diinginkannya dengan segala macam tipu daya yang ia lakukan."Katanya ada yang tertinggal di rumah ini," jawab kepala pelayan.Nana yang sudah membuka mulut dan siap bicara pun akhirnya tidak jadi bicara karena sudah dijawab oleh kepala pelayan di rumah itu.Rosmala yang mendengar hal itu pun hanya mengangguk-angguk. Seingatnya, tidak ada yang meninggalkan di rumah itu. Tetapi ...."Kalau begitu langsung ke taman saja. Semalam pasti tertinggal di san
Usai mandi, Zsalsya dan Endrick yang sudah berpakaian rapi pun kemudian duduk di sofa. "Sayang, sarapan dulu, yuk!" ajak Endrick dengan santainya.Keduanya duduk berdampingan. Endrick menoleh ke arah Zsalsya sembari memeluknya dari samping. Zsalsya yang ada di sampingnya hanya menunduk seraya melihat ke arah kancing baju."Belum lapar, Mas. Mau ngemil saja," sahutnya.Lantas, Endrick pun beranjak dari duduknya. Ia langsung berjalan sedikit mengambil camilan yang masih berada di dalam kantong belanja. Segera saja ia menaruhnya di meja.Tetapi, ada hal yang perlu diambil lagi. Ia mengambil dua buah gelas kecil dan kemudian duduk di samping Zsalsya kembali."Sayang, kamu mau susu?" tanya Endrick. Ia menuangkan susu full cream itu ke dalam sebuah gelas dan kemudian meneguknya perlahan.Zsalsya yang melupakan keripik kemarin karena Endrick membuatnya tidak bisa bersantai pun kini ia ingat kembali. Ia menoleh ke belakang, karena seingatnya ia menaruh camilan itu di sana.Dan, ternyata mem
"Bagaimana? Apa barangnya sudah ketemu?" tanya kepala pelayan yang ada di sana.Lalu, tak lama kemudian Rosmala datang dan langsung bertanya. "Barangnya sudah ada?"Rosmala yang mendadak dari arah belakang itu membuatnya langsung bertanya. "Ah, ya. Ada. Ternyata jatuh di dekat semak-semak," jawabnya dengan santai."Baguslah," sahut Rosmala sembari menganggukkan kepala."Aku datang ke sini tapi wanita ini sama sekali tidak berniat mengajakku masuk ke dalam?" batin Nana yang berharap diajak masuk. Hanya saja, Rosmala merasa malas mengajak Nana memasuki rumahnya. Ditambah lagi, ia teringat pada kejadian semalam yang mana saat itu Nana bersikap sombong di hadapannya tanpa ada sopan santun sama sekali."Heh! Rasakan kamu. Makanya kamu jangan suka bersikap sombong. Cobalah untuk lebih baik menjadi orang!" batin Rosmala dengan pandangan mukanya mengarah ke hal yang lain.Rosmala meninggalkan halaman rumah dan langsung kembali ke dalam tanpa berkata apapun lagi.Kepala pelayan yang melihat
Tentu saja, Zsalsya merindukan Ayahnya. Sebab, walaupun ia sudah memiliki keluarga baru, dirinya tetap tidak bisa mengabaikan atau bahkan tidak rindu pada keluarga yang sedarah dengannya.Sekalipun Firman pernah tidak terlalu mempedulikannya dan lebih banyak mendengarkan orang lain dibanding anaknya sendiri. Tetapi, kini ia sudah melihat perubahan yang ada dalam diri Ayahnya. Firman tidak lagi mudah terpengaruh dengan apa yang dikatakan oleh Mariana."Mas, kita akan pergi ke mana?" "Ada sebuah tempat yang harus kamu lihat. Ikut saja."Zsalsya bertanya-tanya dalam benaknya. Tampak yang seperti apa yang sedang Endrick maksudkan itu. Apakah itu taman ataukah yang lain. Sebab, Endrick selalu memberikan kejutan indah yang tak pernah ia duga. Bahkan, ia pun sulit untuk menebaknya.Tak lama kemudian, sampailah kini Zsalsya di sebuah tempat yang cukup ramai."Benar juga. Tadi kan aku ngajak makan! Kenapa aku bisa sampai bingung dan tidak bisa menebaknya sama sekali?" batin Zsalsya."Kita tu