Home / Rumah Tangga / Kejutan Anniversary / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kejutan Anniversary : Chapter 61 - Chapter 70

111 Chapters

Bab 61

"Alya, aku minta maaf atas ucapan ibu tadi. Aku jadi enggak enak." Imran mengantar Alya sampai di depan pintu kamarnya dan Aksa. Sengaja memang Aksa sering bangun saat malam. Dan hanya Alya, yang bisa menjaganya. "Enggak apa-apa, Pak. Sebenarnya ibu juga mewakili perasaan saya." Alya menghela napas panjang."Soal kamu enggak cocok sama cowok itu? Si siapa namanya?" "Mas Ahmad.""Nah, itu. Kamu serius enggak mau nikah sama dia?""Bukan enggak mau, Pak. Saya cuman enggak mau ibu saya kecewa kalau saya nolak. Saya belum bisa bahagiain beliau.""Aku bisa bantu kalau itu. Mau enggak aku bantu? Sama-sama untung nanti." Imran tersenyum lebar. Pria tampan itu membuat Alya salah tingkah. "Maksud Bapak gimana?""Bilang aja kamu mau nikah sama saya. Nanti kamu bakal selamat dari perjodohan itu. Dan ibu saya pun pasti senang. Kamu tau sendiri kan beliau tadi kayak apa. Beliau pengen kamu jadi mantunya," terang Imran dengan gamblang. "Apa?" Alya menelan ludahnya langsung. Ia menatap ke bawah s
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 62

Alya dan Halimah menatap keberangkatan Imran ke rumah sakit. Setelah lelaki itu pulang nanti, mereka sepakat akan ke rumah Santi untuk membicarakan semuanya. Halimah memutar badannya, menatap Alya yang masih termangu sambil menggendong Aksa. "Alya, ayo kita masuk lagi!" ajak Halimah. "Iya, Buk." Alya mengulas senyuman setelah sadar. Lalu mereka pun kembali ke dalam. Ada banyak hal yang kini memenuhi ruang kepala Alya. Apakah ia bisa membina rumah tangga dengan Imran nanti? Pikirannya mulai dipenuhi dengan hak-hak dan kewajiban keduanya setelah menikah nanti. Padahal, sebenarnya Alya rasa ia belum cukup mampu untuk hal sensitif yang bakal ia lewati. Ia pikir menikah dengan Imran hanya sekadar mengasuh Aksa. Sementara itu, setelah sampai di rumah sakit, Imran berjalan melewati lorong menuju ruangannya dengan hati berbunga-bunga. Ia teringat denga pembicaraan tadi pagi. Begitu panjang masalah rumah tangga yang sudah lama ia pendam sendiri. Dan kini, ia akan memulainya dari awal lagi.
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Bab 63

"Alya, maafkan Ibu juga. Ibu tapi sudah bilang sama mereka kalau kamu akan menikah dengan Ahmad. Sepulang dia dari Kairo nanti. Dia akan menikahimu. Dan memang sudah setuju juga. Bagaimana jika mereka marah nanti? Semua tetangga akan menggunjing kita. Semua orang akan menghina ibu karena tidak bisa mendidik anaknya. Kamu mau melihat ibu menangis sepanjang malam? Menanggung malu sepanjang usia? Lagian juga kamu harus tau diri. Kita dari keluarga biasa, sudah benar kamu sama Kairo." Santi beralih pada Imran dan Halimah. "Maaf, Buk, Pak. Anak saya akan menikah dengan Ahmad. Jadi tolong, untuk tidak mengusik dia lagi. Saya mohon maaf sekali. Silakan bicarakan dengan Alya saja."Santi tak tahan dengan sesak dalam dadanya. Akhirnya ia berdiri lalu meninggalkan ruang tamu itu. Ia pergi ke kamar lalu mengunci pintunya. Alya terlihat sedih melihat sikap ibunya. Haruskah ia menikah dengan orang yang tidak ia cintai?"Maafkan ibu, Pak, Bu Halimah. Maaf sekali lagi." Alya sudah mengusap wajahnya
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Bab 64

Suasana ramai di luar sana, terdengar riuh dan orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Dengan tugas mereka masing-masing, tak ada yang tahu sedang apa Alya di dalam ruangan rias. Hanya ditemani satu perias yang sejak tadi lelah melapisi pipi putih gadis itu karena selalu luntur oleh air mata. Wajah menatap pada cermin besar di hadapannya, bukannya bahagia, ia malah merasa sedih. Alya sudah merusaha menghalau air mata yang selalu menguras kesabaran. Yang ada hanyalah rasa bersalah. Sekarang ia tak bisa apa-apa lagi. "Mbak, jangan sedih, dong! Nanti enggak selesai-selesai ini make up-nya. Saya juga udah beberapakali membenahi, tapi Mbaknya masih menangis aja. Gimana mau siap kita, Mbak?" keluh salah seorang perias. Ia sudah lelah kemudian menyudahinya. Perias pengantin tadi memutuskan untuk keluar dari kamar rumah Alya. Gadis itu tak menanggapinya dengan serius. Ia hanya terus mengusap make up yang luntur itu. Hingga pada akhirnya, Santi masuk karena aduan dari sang perias.
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Bab 65

"Selamat ya, buat kalian berdua. Aku ikut bahagia," ucap Ahmad ketika pria itu menepuk pundak Imran selepas akad. "Aku udah hutang budi sama kamu, Mad. Kita belum kenal betul, tapi kamu udah kasih aku kepercayaan buat jagain Alya." Imran masih tak percaya hal ini terjadi. "Udahlah, santai aja. Oh ya, nih, anakmu! Aku mau ke toilet dulu. Dari tadi dia ngucek hidungnya terus. Kayaknya ngantuk, deh," balas Ahmad lagi. Lantas Imran pun menggendong Aksa lagi. "Makasih banget, ya, Mad. Udah bantuin jaga Aksa juga. Jadi enggak enak aku." Imran tertawa. "Halah, enakin aja. Dah, ah, aku ke toilet dulu." Ahmad pun segera beranjak dari tempatnya berdiri tadi. Saat Imran menoleh ke belakang, ia melihat Alya sedang memeluk ibunya. Sepertinya mereka terlibat pembicaraan yang sangat serius. Sampai air mata kembali tak dapat dibendung. Kemudian dagang pernah tua Ahmad ikut menenangkan. Meninggalkan tamu undangan yang tengah menikmati acara makan-makan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan saa
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Bab 66

Sampai di rumah sakit, Imran meminta Alya dan ibunya tetap di dalam mobil. Sementara dirinya membawa Mega ke dalam bersama perawat yang membawa brankar. Mereka membawa Mega ke ruangan periksa. Setelah Imran sendiri yang memeriksa keadaan wanita itu, ternyata Mega hanya pingsan biasa. Tekanan darah dan keadaan fisik Mega baik-baik saja. "Sus, tolong saya titip dia. Kalau ada apa-apa, telpon saya, ya!" pinta Imran pada wanita yang membantunya memeriksa di dalam ruangan itu. Sang suster yang tengah mencatat identitas dan keamanan wanita itu pun lantas menjawab, "Baik, Dok. Dua jam lagi saya kabarin.""Oke. Saya pulang dulu." Imran lekas keluar dari ruangan itu setelah memasang selang infus di tangan Mega. Imran menghampiri mobilnya lagi. Kemudian ia berkata, "Mega enggak apa-apa, hanya pingsan biasa.""Terus, siapa nanti yang ngurus dia, Im?" tanya Halimah. "Nanti suster jaga yang bakal ngabarin. Kalau udah sadar, Imran akan menemuinya." Lelaki itu menatap Halimah dari kaca spion dal
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Bab 67

"Apa Pak Imran mau tidur di kamar itu juga? Jika benar, itu tandanya mereka berdua rujuk. Lantas, kenapa Pak Imran selalu bilang enggak mau rujuk sama wanita itu?" gumam Alya sendiri. Ia merasa khawatir. Ia takut menjadi penghalang di antara mereka nanti. Gadis itu sadar, ia bukan saingan yang tepat. Lagi pula, ia juga tidak mau saingan. Tak mau punya musuh dan juga sadar diri. Saat tengah bergelut dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Alya segera menoleh karena tak dapat menahan diri. "Pak Imran ...." Alya berdiri. "Duduk saja!" kata Imran lalu berjalan mendekat. Setelah duduk di sebelah Alya, seraya menatap putranya yang terlelap itu, Imran menghela napas. Ia beralih pada Alya yang tampak gugup, tak mau bicara lebih dulu. "Alya.""Iya, Pak.""Aku mau minta maaf."Alya mendongak. Ia rasa tak ada yang perlu dimaafkan karena tak ada yang salah. "Maaf?""Iya. Aku sudah membawa mantan istriku ke sini tanpa bicara dulu sama kamu dan ibu. Soalnya dia minta pulang ta
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Bab 68

"Ya Allah, mau di bawa ke mana sih, itu Dek Aksa. Kenapa Bu Mega malah lari?" gumam Aliya sendiri. Ia melihat Mega malah masuk ke dalam taksi yang kebetulan lewat di depan kompleks. "Buk!" teriak Alya. "Tunggu! Mau ke mana?" Alya mengejar sampai terengah-engah. Namun, Aksa dan Mega sudah masuk ke dalam taksi. Hilang sudah mereka dari pandangan mata. Alya yang gugup itu pun segera menekan kontak pada ponsel di tangannya. Ia menghubungi Imran. Saat bersamaan, Alya melihat tukang ojek. Ia pun kembali mematikan ponselnya dan menyetop tukang ojek tadi. "Pak, kejar mobil taksi di depan itu, ya!" "Oke, Mbak." Tukang ojek kembali menarik gas setelah Alya naik di belakangnya. Mereka mulai mengejar taksi yang ada di depan. Tepat saat berhenti di bawah lampu merah, Alya turun lalu mengetuk pintu taksi yang ditumpangi oleh Mega. "Buk, bukain!""Buk, mau ke mana?""Bukain, Buk! Dek Aska mau dibawa ke mana?" Alya masih menggedor pintu takdir tersebut dan tak peduli dengan sang sopir yang ten
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Bab 69

“Kamu pernah suka sama seseorang?” tanya Imran di tengah keasyikan bersama Alya malam itu. Ia tak mengalihkan tatapan sedetik pun dari gadis itu. “Belum, Mas. Saya ... juga tidak pernah terikat hubungan serius dengan seseorang.” Alya terlihat malu. “Aku beruntung bisa menikahimu. Terima kasih, ya, sudah mau menerimaku. Padahal aku seorang duda. Idamanmu pasti pria-pria lajang yang tampan dan gagah seperti CEO di luar sana,” goda Imran lagi. “Enggak juga, Mas. Kenapa Mas bisa tanya seperti itu? Memangnya apa saya terlihat seperti itu? Enggak apa-apa duda mah." Alya terlihat malu-malu. “Kali aja gitu. Lagian kamu cantik, penyayang, dan juga bisa cari siapa pun yang lebih tampan dariku.”“Mas mau menguji saya atau gimana? Punya suami dokter saja seperti mimpi. Masih enggak percaya aja. Padahal dulu ngiranya dapat orang biasa. Eh, malah dapat yang luar biasa."“Ya sudah, kalau begitu. Aku mau tanya satu hal. Apa kamu sudah siap?” Setelah sekian malam berada dalam satu kamar, akhirnya
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Bab 70

Imran membuka pintu kamar, ia melihat Alya sedang menerima telepon dari seseorang. Pria itu lantas kembali mendekat, memangkas jarak kemudian menangkupkan tangannya melingkar pada pinggang Alya. Meski terkejut, gadis itu menoleh sambil tersenyum. Telunjuknya berada pada bibirnya. Alya masih menjawab setiap ucapan seseorang di seberang sana. Merasa diabaikan, Imran beralih pada Aksa yang tengah bermain sendirian. Ia memberi putranya mainan yang ada di dekatnya. “Oke, Mbak. Wa’alaykumsalam warahmatullahi wa barokatuh.” Alya mematikan panggilan. Ia segera menatap suaminya yang kini tengah menunggu penjelasan. “Mas, barusan ....”“Siapa yang nelpon, Sayang?” Imran langsung menyahut. Ia tak mau kalah. Alya tertawa sebentar. “Mbak Diandra. Beliau bilang besok mau liburan sama suaminya. Kita enggak bisa silaturahmi ke sana,” terang Alya. “Oh. Ya udah, enggak apa-apa. Lagian juga kita bakal liburan juga.”“Loh, ke mana? Kok, mendadak? Eh, tapi Mas bukannya barusan berangkat ke rumah sak
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status